Share

16. Rumor Warga

Lututku lemas. Aku jatuh terduduk. Kututup telinga dengan kedua tangan, berharap suara Mbah Marni tak lagi terdengar.

"Laksmi!"

Sentuhan di pundak membuatku menoleh. Seketika aku terjengkang ke belakang melihat Mas Darma sudah berdiri tepat di belakangku dengan mata memerah.

Aku makin gemetar ketakutan.

"Kamu kenapa? Siapa barusan apa ada tamu?" tanyanya.

Aku menggeleng.

"Kamu kenapa begini?" Mas Darma berjongkok di hadapanku.

Aneh. Kenapa sikapnya menjadi manis seperti ini. Seperti tidak terjadi apapun sebelumnya. Apa Mas Darma melupakan ucapanku semalam?

"Aku kaget, Mas. Barusan dengar siaran dari mushalla anaknya Bu Nur tetangga kita meninggal. Dia teman sekelas Mira," ujarku terbata-bata. Tentu saja itu hanya beralasan.

Ekspresi wajah Mas Darma seketika berubah mendengar ucapanku. Dia terdiam sesaat, detik berikutnya dia menatapku intens.

"Kamu! Sini kamu!" Mas Darma tiba-tiba mencekal pergelangan tangan dan menarikku kuat-kuat. Bahkan tubuh kurusku terseret teta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status