Share

Chapter 2

Author: Diah Novita
last update Last Updated: 2022-02-22 14:04:33

Terik matahari menerobos melalui sela - sela kecil genteng hitam yang tatanannya sudah tidak lagi rapih.

Kabut putih mengebul dari dapur. Ibu Nur terlihat sangat sibuk, sepertinya dia mendapat banyak pesanan.

"Nur bangun, bantuin ibuk buat jajan pesanan!" teriak ibu dari arah dapur membangunkan Nur.Hening tak ada sahutan dari Nur.

Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 09:15 tapi Nur masih lelap, merebahkan tubuhnya di dipan miliknya.

Ibu melangkahkan kaki menuju kamar Putrinya.

"Nur ayo bangun udah siang nih, bantuin ibu nak! Anak perawan jangan malas-malas!"

Nur memanyunkan bibir sambil mengerdipkan matanya yang rasanya masih lengket

"Iya buk, nur udah bangun. Kenapa nggak adek-adek aja sih yang bantuin ibuk?" protes Nur.

"Hiisss kamu ini! Adek - adek kamu lagi bantuin bapak di ladang. Udah jangan banyak protes! Cuci muka terus ke dapur bantuin ibuk! Ibuk ada banyak pesanan hari ini. Ada pesanan dari bu Yai, barusan bu Ais juga pesan buat tahlil nanti malem".

Nur segera mandi setelah itu membantu pekerjaan ibu nya.

****

Pekerjaan ibu akhirnya selesai, Nur tampak lelah. Dia mengistirahatkan tubuhnya di kursi kayu depan tv, sedikit bersantai sambil mengamati acara tv yang dia suka.

Bunyi beberapa ketukan terdengar dari pintu. Dia buru - buru membuka pintu, penasaran siapa yang bertamu sore-sore gini? Pria tampan berbadan setinggi kurang lebih 172-an berdiri tegak di depan pintunya. Pria itu tersenyum menatap Nur yang sedang membukakan pintu untuknya.

"Ibu kamu ada, Nur?" tanya mas danung lembut

"Mas Danung mau ambil pesanan ya? tunggu bentar ya mas ibu lagi sembayang ashar. Duduk dulu mas!" Nur mempersilahkan mas Danung duduk di kursi rotan ruang tamu, yang agak sempit itu.

Mereka berdua hanya duduk, diam tak bergeming. Canggung karena jarang sekali bertemu bahkan hampir tak pernah. Walaupun rumah mas Danung berada tepat di depan rumah Nur (terpisah jalan raya) tapi selama ini mas Danung memang merantau, dan sekalinya pulang kerumah mungkin jarang sekali keluar rumah.

Nur yang sadar mas Danung sedang curi-curi pandang ke arahnya malah membuatnya merasa tidak nyaman.

"Baru pulang ya mas?" Nur mencoba meluweskan suasana yang kaku sedari tadi.

"Iya Nur, tapi besok mas balik lagi ke perantauan...."

"Ehh mas Danung pasti mau ambil pesanan ya?"  ibu Nur yang tiba - tiba muncul memotong obrolan mereka berdua.

"Tunggu sebentar, ibu ambilin dulu ya" lanjutnya.

Mas Danung tersenyum mengiyakan.

"Ini jajannya. Kok tumben mas Danung ya ambil?biasanya kan bu Yai" Tanya bu Nur sambil menyodorkan plastik putih yang berisi jajan.

"Ummi lagi nggak enak badan buk, jadi aku yang ambil" jelasnya.

"Ya Allah mas, semoga bu Yai cepet sembuh ya mas"

"Inggih buk, aamiin. Makasih doa baiknya. kalau begitu aku pamit dulu ya buk, Nur. Nitip salam buat bapak ya". Mas danung melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu.

Matahari terbenam, hari berganti malam.

Malam ini bulan nampak bulat sempurna, sungguh indah. Malam yang dinanti - nanti Nur dari kemarin, bukan, lebih tepatnya dia menanti Gewanya. Rambutnya yang terikat dan polesan tipis diwajahnya membuat dia terlihat lebih manis, sampai Gewa pun enggan memalingkan pandangan dari wajah kekasihnya itu. Mereka saling melepas rindu yang sudah beberapa hari di tahan - tahan. Dialog - dialog romantis mengiringi malam yang dingin. Sampai ditengah obrolan Gewa mengatakan sesuatu yang membuat nur tersedak jus yang baru beberapa teguk ia minum.

Gadis itu menatap kekasihnya dengan ekspresi terkejut.

Gewa berkata bahwa dia akan segera melamar Nur. Seolah tak percaya bahwa pria yang saat ini duduk didepannya akan melamarnya secepat ini. Tanggal pernikahan akan ditentukan saat acara lamaran. Nur tidak pernah menyangka bahwa dia akan menikah di usia yang terbilang sangat muda. Walaupun begitu dengan senang hati pasti dia akan menerima lamaran Gewa. Dia berpikir akan hidup bahagia bersama Gewa, orang yang sangat dicintainya, pria yang begitu perhatian dan tulus. Pipinya merekah dan bibirnya mengembang, tak kuasa menyembunyikan rasa bahagia bercampur haru.

"Kamu beneran mau ngelamar aku secepatnya? Nggak lagi bercanda kan?" Nur mencoba memastikan lagi.

Gewa menangkap kedua tangan Nur yang berada di permukaan meja, mengelus lembut punggung telapak tangannya sambil tersenyum.  

"Beneran Nur, aku nggak lagi bercanda atau pun ngeprank kamu. Usia ku kan juga udah 24 tahun, sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Tapi apa kamu sudah siap menikah? Kalau pun belum siap aku akan menunggu sampai kamu siap Nur"

"Aku sangat siap, aku juga pengen nikah sama kamu. Sepertinya nikah muda dengan pujaan hati akan seru. Seneng banget sebentar lagi aku akan jadi mrs Gewa. Ku rasa aku adalah wanita paling bahagia malam ini Gew" Ujar Nur dengan wajah sumringah.

Gewa tak kalah senang melihat kekasihnya begitu bahagia.

"Bulan depan aku akan kerumah kamu untuk bertemu ibu dan bapak kamu" terang Gewa.

"Aaaaa !"Nur berteriak, membuat beberapa customer di cafe itu menatapnya.

Apa yang terjadi dengan Nur? dan kenapa Nur berteriak? Ikutin terus ya ceritanya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembali Padamu   Chapter 37

    Jarum jam bertengger tepat di angka empat. Nur masih menunggu di depan gerbang toko buku, tempat Diana bekerja, dan merupakan bekas tempat kerja Nur dulu. Tak lama kemudian, nampak para karyawati yang melangkahkan kaki keluar dari toko yang besar itu. Tentu saja, itu toko buku terbesar di kota ini.Di sana juga terlihat Bela yang sedang terburu - buru keluar dari toko."Hey, Nur!" sapa Bela."Eh, Bela. Diana belum keluar ya?" tanya Nur."Tadi sih Diana masih ngambil tasnya di loker. Mungkin bentar lagi keluar kok." jawab Bela.Bela menengok ke belakang, ke pintu keluar toko. Dan benar saja, Diana baru saja melangkahkan kaki keluar dari toko itu."Tuh Diana. Ya udah, aku duluan ya Nur." Nur mengangguk sembari tersenyum.Pandangan Nur beralih ke arah Diana yang semakin mendekat ke arahnya. "Nur, kamu ngapain di sini?" tanya Diana."Aku nungguin kamu Di." jawab Nur."Kok nggak ngabarin dulu?" tanya Diana lagi.Wajah Nur berubah sendu."Hp ku hilang Di." "Hilang? Ya udah yuk pulang du

  • Kembali Padamu   Chapter 36

    Retina Nur terpaku pada bias Indah dari wujud pria yang bernama Gewa itu. Lalu, tersadar oleh pertanyaan iseng yang Gewa lemparkan kepadanya."Ngomong - ngomong kita selalu bertemu secara tidak sengaja ya Nur? hehe..." tanya Gewa. Beberapa menit setelah pertemuan tadi, kini dia sudah duduk di kursi kosong tepat di depan Nur."Iya. Apa jangan - jangan kamu buntuti aku terus ya? haha... enggak deh bercanda." kata Nur sembari tertawa.Setelah semua masalah yang Nur hadapi, baru kali ini Nur tertawa lewas. Seakan ia lupa atas semua beban yang sedang di pikul pada pundaknya."Ah, mana berani aku buntuti istri orang." jawab Gewa. Gewa pun tertawa kecil, namun, tawa itu sangat terlihat ia paksakan.Nur sontak terdiam, lalu, termenung sejenak. Melihat ekspresi Nur, Gewa tahu bahwa Nur tak nyaman dengan jawaban darinya. Sehingga membuat Gewa jadi tak enak hati."Emm... Nur, aku salah ngomong ya? Ma.." Nur segera membuka mulutnya, dan memotong kalimat Gewa."Tidak Gew! Tidak usah minta maaf da

  • Kembali Padamu   Chapter 35

    "Apa kamu sudah merasa senang dan merasa bebas sekarang? Apa kamu merasa bangga menjadi janda di usia semuda ini?" bunyi pertanyaan ibu Nur yang tiba - tiba saja ia lontarkan kepada putrinya yang malang.Nur masih hanyut dengan tangisnya, ia tak ingin mendengar ataupun menjawab pertanyaan - pertanyaan ibunya yang semakin melukai hati Nur.Sedangkan bapak terduduk kaku, menatap Nur yang tak berdaya. Ada rasa kecewa di hati bapak. Bapak marah, namun, di satu sisi bapak tak tega melihat keadaan dan situasi putrinya yang sulit dan telah menjadi berantakan."Memalukan! Karena ulahmu, semua anggota keluarga kami harus menanggung malu!" imbuh ibu Nur.Nur yang mendenger hal itu, sontak menatap tajam mata ibunya, lalu meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk di ruang tamu. "Hei! orang tuamu belum selesai bicara!" bentak ibu Nur."Buk, sudah buk." kata bapak menenangkan ibu, lalu bapak pun berdiri dan meninggalkan ruangan itu.Nur mengambil kunci motornya yang ada di kamar lalu bergeg

  • Kembali Padamu   Chapter 34

    Suasana pada pagi ini begitu cerah. Namun, tidak dengan suasana hati Nur. Hatinya berdebar, tubuhnya sedikit gemetar. Sebentar lagi Ummi, Abi, dan mas Danung akan kembali mendatangi rumahnya. Lebih tepatnya menemui Nur, untuk mencari penyelesaian dari bab permasalahan rumah tangga Nur dan mas Danung yang tak kunjung tamat. Selesai Nur mandi, dia ingin mengambil ponsel yang tadinya ia simpan di kasur, tapi sekarang ponselnya sudah tidak ada."Kemana ponsel ku?" gumam batin Nur.Nur mengingat - ingat kembali dimana ia meletakkan ponselnya sebelum ia pergi mandi. Padahal ia ingat betul bahwa ia meletakkan ponselnya di atas kasurnya.Ia cari - cari di laci make up dan di meja samping ranjangnya pun tak ada. Nur kebingungan. Nur mencurigai bapak, bahwa mungkin saja bapak mengambil ponselnya lagi.Belum tuntas kebingungan Nur, ada suara salam dari teras rumah.Suara yang tak asing di telinga Nur, yaitu suara Ummi.Nur menarik napas dalam - dalam, lalu men

  • Kembali Padamu   Chapter 33

    Sepasang mata mas Danung mendelik, menatap Nur dengan penuh kemarahan. Lalu yang membuat Nur semakin tak enak hati adalah tatapan kecewa kedua mertuanya. Nur menundukkan kepalanya, sebab ia merasa malu.Abi memberi isyarat dengan arahan tangannya, menyuruh Nur untuk duduk di kursi kosong samping mas Danung. Karena sedari tadi ia memang berdiri saja."Jadi, bagaimana Nur?" tanya Abi mengawali pembicaraan.Nur masih terdiam sembari menundukkan kepala. Sama hal nya dengan mas Danung, ia tak berbicara sekecap pun."Waktu itu sebelum penentuan pernikahan kalian, bukankah Abi sudah bertanya 'apakah pernikahan itu atas kemauan nak Nur sendiri atau atas dasar keterpaksaan?'. Lantas nak Nur sendiri yang menjawab bahwa pernikahan itu atas kemauan nak Nur. Tapi kenapa sekarang nak Nur malah seperti ini?" lanjut Abi.Dengan amat sangat berat Nur memberanikan diri untuk berkata sejujurnya pada kedua mertua."Sebelumnya Nur minta maaf Abi, Ummi. Saat

  • Kembali Padamu   Chapter 32

    Tubuh Nur gemetaran. Keringat dingin pun membasahi pipinya. Ia memberanikan diri mengarahkan pisau ke pergelangan tangan kirinya. Belum sempat ia menggoreskan benda tajam itu ke tubuhnya sendiri, tiba - tiba seseorang menampik tangan kanan Nur.Seketika Nur shock.Seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping Nur dan tampak membelalakkan mata itu adalah Ibu Nur.Ternyata sedari tadi Nur tak menyadari bahwa pintu kamarnya lupa tak ia tutup. Ibu yang tadinya berniat akan ke teras rumah pun harus berjalan melewati kamar Nur terlebih dahulu dan Ibu tak sengaja melihat anaknya akan melakukan hal bodoh itu.Syukurlah Ibu masih sempat mengetahuinya sebelum Nur benar - benar melakukannya.Ibu mengambil pisau yang terjatuh di atas lantai lalu melemparnya ke luar pintu kamar.Bunyi lemparan yang cukup keras pun membuat Nur kaget."Apa kamu sudah tidak waras?" tanya ibu dengan nada tinggi.Nur tak menjawab, hanya terdengar suara sese

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status