Share

Chapter 8

"Nggak Gew! Kamu kira pernikahan kita akan bahagia tanpa restu orang tua? tidak akan. Aku sudah janji ke bapak dan ibu untuk menuruti perintah mereka. Aku nggak mau jadi anak durhaka Gew!." Nur mengeraskan suaranya menolak ajakan mantan kekasihnya.

(Apakah menurut Gewa pernikahan itu sepele sehingga dengan seenaknya dia mengajak Nur kawin lari. Menikah bukan hanya menyatukan pasangan, antara laki - laki dan perempuan saja, tapi juga menyatukan keluarga kedua belah pihak).

"Kita masih bisa berteman Gew! Aku harap kamu akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku. Maafkan aku. Tidak sedikitpun aku membencimu, ku harap kamu juga tidak membenciku atas keputusan yang sudah aku ambil" pungkas Nur sebelum dia menyeka air matanya lalu pergi meninggalkan pria yang duduk termenung dengan mata yang berkaca - kaca itu.

***

Kata umpatan bertubi - tubi nyaring terdengar dari sebuah kamar yang gelap.

Beberapa botol alkohol berjejeran di lantai secara acak-acakan. Gewa sudah kehilangan setengah kesadaran setelah menghabiskan entah berapa banyak dari jejeran alkohol itu. Walau begitu ia tetap meneguk minuman haram itu lagi dan lagi. Dia mengingat - ingat kembali kenangan bersama Nur yang begitu indah (dulu), sebelum akhirnya dia harus menerima kenyataan bahwa hubungan yang menjadi salah satu sumber bahagianya itu kini sudah berakhir. 

Betapa hancurnya dia saat ini. Kehilangan wanita yang dicintai membuat dirinya benar - benar kacau. Sekuat - kuatnya pria seperti Gewa tetap bisa menangis juga. Sesekali dia berteriak sambil memanggil nama Nur. Frustasi. Itulah yang dia alami saat ini. Kalut, terpukul, bimbang, sedih, dan getirnya patah hati sedang menimpanya. 

Gewa menjadi pemabuk beberapa hari ke belakang. Dan sudah berhari - hari setelah kejadian perjodohan Nur dia absen kerja tanpa alasan. Sehingga membuat dirinya di phk. Pemabuk dan pengangguran, Ya, itulah Gewa saat ini.

Mama Gewa yang hanya bisa melihat Gewa dari balik pintu kamar Gewa sangat sedih dan khawatir melihat perubahan sikap putra semata wayangnya itu.

Putra yang dulunya periang, dan terbuka kini menjadi kebalikannya. Berubah 180° dari sikap aslinya.

Mama Gewa tau masalah yang membuat putranya seperti ini sebab putranya sempat bercerita sekilas, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa - apa.

Setiap hari mama yang dengan sabar menasehati tak di gubris oleh Gewa. 

Disaat alkohol sudah mempengaruhi putranya seperti ini dia tak berani mendekati sebab tak jarang Gewa mengamuk atau membanting barang - barang di kamarnya saat sudah kehilangan akal sehat.

Sungguh Gewa yang malang.

****

Hari pernikahan Mas Danung dan Nur kian mendekat.

Suana di rumah pak kyai terlihat ramai, mereka begitu sibuk hari ini, tentu saja, ini sudah memasuki H-2 acara pernikahan mas Danung dan Nur. 

Di dalam rumah itu tampak seorang gadis muda yang sedang bergelayut manja pada bu Yai, namanya Aisyah. Merupakan satu - satunya adik mas Danung yang baru saja pulang dari pesantren. Aisyah adalah gadis yang ceria dan aktif, jahil pula. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan mas Danung. Usia Aisyah sebaya dengan Nur. Jarak usia antara Nur dengan mas Danung memang terpaut sangat jauh, yaitu 16 tahun. Meskipun begitu mas Danung terlihat awet muda, memiliki rupa yang baby face memang anugrah dan pastinya di idam - idamkan oleh banyak orang.

Semua penghuni rumah itu sedang sangat berbahagia ria. Selangkah lebih dekat, anak pertama dari pak Kyai dan bu Yai akan melepas lajang di usia 35 tahun.

Sebentar lagi putranya akan menjadi seorang suami.

Namun demikian, perasaan mas danung sedang campur aduk, antara merasa gerogi dan tidak sabar menanti hari pernikahamnya. Tak disangka hanya kurang dua hari lagi dia akan menjadi pemilik resmi gadis yang dia sukai sedari lama, seutuhnya hanya akan menjadi miliknya. 

Di waktu yang sama pihak keluarga pak Abdul juga sedang sibuk mempersiapkan segala hal untuk pernikahan itu. Sedangkan Nur sedang terbaring lemah di ranjang kamar tidurnya. Dari tempatnya bekerja dia diperbolehkan mengambil cuti selama 10 hari, di mulai dari hari ini. Hal itu tak membuatnya senang, tapi dia malah berpikir bahwa dirinya akan merasa jenuh berdiam diri dirumah dalam waktu yang lumayan lama setelah pernikahannya nanti, apalagi bersama suami yang jelas - jelas tidak dia cintai. huh! 

Ibu yang tak melihat putrinya keluar kamar sedari pagi menghampirinya, memasuki kamar Nur untuk mengecek putrinya itu.

Melihat putrinya yang masih terbaring Ibu berpikir bahwa Nur masih tidur, ibu segera mendekat untuk membangunkan Nur.

"Nur, ayo bangun!" panggil ibu dengan suara lembut.

Tidak ada tanggapan dari Nur.

"Bangun nak, mandi dulu sudah siang. Calon pengantin jangan malas. Ayo bangun!" Ibu mencoba membangunkannya lagi.

Mengetahui masih tidak ada tanggapan dari Nur ibu meraih tangan Nur untuk membangunkan.

 "Nur badan kamu panas banget?!" dengan ekspresi yang mendadak resah setelah meletakkan telapak tangan ke kening Nur untuk memastikan suhu tubuhnya. Dan benar saja, Nur sedang demam.

Chapter selanjutnya bakal ada pernikahan nih. Pernikahan siapa ya? Ikutin terus cerita cinta segi tiga ini ya guys .

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status