Share

07. Bujuk Rayu Bu Citra

“Istrimu ini sangat subur setiap lepas KB saja dia langsung bisa hamil,  kamu bisa memanfaatkan nya dan membuat dia hamil ya paling setahunan gitu jaraknya, dan lagian dia itu nggak susah kalau melanjutkan tidak ada pendarahan atau tekanan tinggi, sangat gampang,” cerca Bu Citra bersemangat.

“Bukannya Ibu yang menyuruh Salsa untuk pakai KB agar Salsa, nggak punya anak lagi?”

“Iya memang, tetapi setelah kejadian ini kamu nggak dengar kata Desi, temannya mau membayar dengan harga mahal satu milyar Sadam.”

“Bayangkan saja kamu jual anakmu dengan satu milyar apa kita nggak kaya mendadak, apalagi kamu bisa melahirkan anak laki-laki seperti bayi yang di jual itu, lebih besar harganya dari pada yang perempuan.”

“Tidak Bu, Sadam tidak mau itu sama saja kita melawan hukum, Ibu mau masuk penjara, cukup sekali ini saja Bu, Sadam nggak mau membuat Salsa menderita.”

“Sadam nggak mau melakukan kesalahan lagi, cukup sekali saja, jika Salsa tahu kalau Sadam terlibat dia akan marah besar dan akan meninggalkan Sadam,” jawab Sadam memelas.

“Kamu bagaimana sih Sadam, nggak bakalan ketahuan lah, selama kita bermain cantik lagian kamu mau hidup begini terus, hidup miskin, wanita yang kamu nikahi ini adalah anak yatim piatu, miskin, jika dia minta cerai, lakukan saja.”

“Kamu itu ganteng, tinggi, putih, berotot dan kekar, siapa yang nggak mau dengan kamu, banyak kok.”

“Cari wanita yang orang kaya dan kamu bisa menikmatinya juga, sekarang Ibu akan mencarikan menantu orang kaya dan kamu harus menikah dengannya.”

“Bisa juga kamu memiliki dua istri yang satu untuk cinta sejatimu dan yang satu untuk keuanganmu, enak nggak sih begitu?”  rayu Bu Citra dengan penuh percaya diri.

“Apa Ibu sudah nggak waras, Sadam tidak mau, apalagi sampai poligami, Sadam sudah mempunyai anak Bu?”

“Bagaimana dengan kehidupan Syakira dan Shakila, mereka masih sangat kecil, Bu?”

“Dam, kamu harus berpikir realistis  lah jangan takut sama istrimu, kamu seperti nggak punya harga diri saja, pikirkan saja dulu, kamu pasti akan menyetujui apa yang Ibu katakan barusan,” jelas Bu Citra masih berusaha untuk menghasut Sadam.

Bu Citra meninggalkan Sadam yang masih terdiam dengan perkataan ibunya. Sedangkan wanita paruh baya itu sudah memikirkan rencana lain untuk bisa membujuk Sadam dan bisa mencarikan jodoh seorang wanita yang kaya raya.

Sadam kembali memperhatikan wajah Salsa yang masih tertidur dengan pulas, efek obat tidur itu masih berpengaruh sampai menjelang pagi. Sadam belum bisa memejamkan kedua matanya karena masih terniang-niang  dengan perkataan ibunya sendiri, hatinya menjadi dilema.

Di satu sisi dia ingin menyetujui permintaan Bu Citra, kapan lagi menurutnya bisa mendapatkan banyak uang dengan jalan seperti itu, tetapi di sisi lain apakah Salsa mau menyetujui rencana, pastinya dia akan sangat marah dan meminta cerai dan itu yang tidak bisa dia lakukan, karena Sadam sangat mencintai Salsa apa pun alasannya.

 

***

Matahari sudah menyinari kamar wanita itu, walaupun pun jarum jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Pantulan sinar itu akhirnya membuat Salsa terbangun. Rasa pusing kemudian langsung menderanya. Dengan mata yang belum terbuka sempurna dia pun segera merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Selamat pagi Sayang, bagaimana tidurmu sudah agak mendingan?” tanya Sadam sambil mengecup kening istrinya dan duduk di pinggir ranjang.

“Aku kenapa Mas, kenapa kepalaku pusing sekali?”

“Kamu hanya kecapean Sayang, dan ini sudah aku buatkan sarapan pagi untukmu kebetulan hari ini hari Minggu jadi aku  bisa menemanimu sepanjang hari,” jawabnya bersemangat.

Salsa kemudian membetulkan duduknya, lalu menatap sarapan pagi yang sudah dibuat khusus oleh Sadam di dalam nampan itu  dan meja kecil itu. Ada senyuman menghiasi wajahnya saat bentuk perhatian kecil itu baru di lakukan oleh Sadam dan pastinya membuat Salsa bingung dan tersentuh.

“Mas, apa ini, kamu  membuatkan aku sarapan pagi, tetapi untuk apa Mas?” tanyanya bingung.

“Aju hanya ingin kamu bahagia Sayang,  apa salahnya aku memberikan perhatian sama kamu ibu dari anak-anakku,” jawabnya tanpa dia sadari telah menyinggung atasan nama anak-anak.

Salsa menatap wajah Sadam, dia lalu memberikan pelukan hangat dan mengucapkan terima kasih, karena baru kali ini Sadam bisa seromantis ini, padahal hanya membuatkan sarapan pagi berupa nasi goreng dengan telur ceplok dan segelas jus jeruk.

Salsa pun langsung menikmati sarapan buatan suaminya itu dengan nikmat, walaupun sedikit asin Salsa tetap memakannya karena menurutnya ini adalah  momen yang sangat indah.

“Oh ya Mas, anak-anak sudah makan?”

“Sudah Sayang,  ya sama seperti kamu bilangnya sedikit asin tetapi habis juga, sekarang mereka lagi main dengan neneknya di depan,” jawab Sadam tersenyum bangga.

“Dan Mbak Desi, kamu nggak kasih nasi goreng ini? Biasanya dia datang dan membawa ...  Salsa berhenti makan saat mengingat sesuatu.

Ya bayi yang bersama Desi. Salsa kembali mengingat peristiwa kemarin. Sadam mulai diliputi rasa was-was karena Salsa pasti akan menanyakan di mana bayi itu.

“Mas, bukannya kemarin  kita mau mengadakan acara aqiqahan ya?”

“Dan ya di mana bayiku?”  tanya Salsa yang mulai ingat dengan kejadian kemarin.

Sadam segera menyingkirkan meja makan kecil itu takut akan dilempar olehnya. 

“Sayang minum dulu, atau mau kusuapi saja makannya?” Sadam berusaha mengalihkan arah pembicaraan.

“Mas, aku baru ingat sekarang, kemarin kita memang mengadakan acara aqiqahan, tetapi Mbak Desi bilang kalau bayi kita ...

“Ya bayi kita hilang Mas!”

“Mas, katakan apa yang terjadi saat ...saat aku pingsan dan setelah itu apa Mas?”

“Ka-kamu sudah pergi ke kantor polisi kan untuk melaporkan kalau bayi kita hilang di mall itu?”

“Sayang, aku sudah melaporkannya kemarin sebaiknya kita menunggu hasil dari penyelidikan saja,” sahut Sadam berbohong.

“Apa yang kamu katakan, kita hanya diam saja di rumah begitu, tanpa melakukan apa-apa?”

“Bukan kamu yang melahirkan tetapi aku yang mengandung selama sembilan bulan lalu diambil paksa oleh Mbakmu itu.”

“Aku sangat menyesal mengikuti permintaan kalian dan sekarang aku betul-betul kehilangan anakku sendiri.”

“Dan kamu Mas, bukannya kamu sangat menginginkan seorang anak laki-laki  dari dulu kan? Dan kenapa kamu malah memberikannya kepada Mbak Desi, kamu juga yang menyuruhku untuk melepaskan alat KB itu karena  sudah ingin mempunyai anak lagi?”

“Aku sampai di marahi Ibu karena  menganggap aku tidak becus merawat diri padahal kamu yang menyuruhku, setelah itu dengan dalih lagi kamu tidak sanggup membiayainya kamu menyetujuinya!”

Salsa turun dari ranjangnya dan segera ke kamar mandi untuk sekedar menyegarkan diri, setelah selesai dan berpakaian rapi dia pun segera ingin  keluar kamar tetapi ternyata pintu kamarnya pun di kunci dari luar.

“Mas, buka kenapa kamu mengunci pintu kamar ini?”

“Aku ingin mencari anakku, aku tidak percaya dengan kalian lagi!”

“Buka pintunya!” Salsa menggedor-gedor pintu tetap Sadam tetap tidak mau membukanya.

“Sayang aku akan membukakan pintu jika kamu tenang dulu, semua sudah aku lakukan, aku sudah lapor polisi, kita tinggal menunggu hasilnya, lagian kamu juga masih kurang sehat Sayang,” jawabnya berusaha memberi pengertian kepada Salsa.

Wanita cantik itu tidak kehilangan akal dia berlari ke jendela tetapi ternyata jendela pun sudah di tutup rapat sehingga nyaris tidak bisa keluar dari kamar itu tanpa persetujuan Sadam.

Salsa pun mencari sesuatu yang bisa membuka pintu itu dan idenya pun langsung cemerlang. Wanita itu lalu membuka tempat kunci itu dengan bantuan jepit rambut ya ... dia ingin membuktikan kalau hanya memakai benda ini bisa membuka kunci pintu kamarnya.

Dan benar saja tidak sampai lima menit pintu kamar itu bisa terbuka dan dia langsung keluar dari kamar itu.

Tampak Sadam dan Bu Citra terkejut saat tahu kalau Salsa bisa keluar dari kamarnya.

“Sayang, kamu mau ke mana?”

Salsa tidak menjawab membuat Sadam kehilangan kesabarannya.

“Berhenti Salsa, jika selangkah lagi kamu keluar dari rumah ini jangan harap kamu bisa bertemu dengan kedua anakmu yang lain!”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status