“Kamu mau ke mana? Aku belum selesai! Antonio pasti membayarmu mahal untuk menghiburku malam ini!” Desis Yu Silan sambil mencengkeram dagu Saena lalu mencampakkannya.
Saena memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Gadis itu tidak berani membuka kata sama sekali. Yu Silan sudah menyebut nama Antonio di depannya, dia cemas kalau Yu Silan sampai mengetahui kalau dirinya sebenarnya adalah putri satu-satunya dari keluarga besar Abraham yang terhormat! Sampai semua aktivitas panas itu berakhir perlahan-lahan Saena mendorong tubuh Yu Silan ke samping, gadis itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Saena menatap sprei yang tadi dia duduki, kini ada noda merah di sana yang dia tinggalkan. “Aku harus pergi sekarang! Jika tidak pria ini akan menangkapku!” Ucapnya seraya bersiap turun dari atas ranjang Yu Silan. Saena sudah turun dari atas tempat tidur, gadis itu celingukan mencari gaun yang dicampakkan oleh Yu Silan beberapa jam lalu. Saat membungkuk untuk mengambilnya, tiba-tiba dia merasakan lengan kokoh merengkuh pinggangnya dari belakang. Saena menoleh ke belakang punggungnya. Ternyata Yu Silan memeluk dirinya dengan kedua mata terpejam. “Dasar, pria ini!” Saena batal memungut gaunnya. Gadis itu segera merebahkan tubuh Yu Silan kembali ke atas ranjang, lalu menyelimutinya. Dengan tergesa-gesa gadis itu segera memungut gaunnya. Setelah memakai seluruh bajunya gadis itu berjalan mengendap-endap keluar dari dalam kamar. Langkah kaki Saena sudah tiba di ambang pintu kamar. Saat memegang gagang pintu dan hampir memutarnya, langkah kakinya tiba-tiba berhenti lantaran merasa ada sesuatu yang dia lupakan. Setelah satu menit berpikir keras gadis itu baru teringat dengan gelang milik keluarga besarnya. Niatnya untuk keluar dari dalam ruangan tersebut kembali tertahan. Saena kembali berjalan ke tengah ruangan untuk menemukan gelangnya. “Ke mana perginya gelangku? Aku yakin tadi Yu Silan melemparkannya bersama dengan gaunku.” Ucapnya sambil menunduk untuk memeriksa kolong ranjang, Saena mengulurkan tangannya ke bawah ranjang. Yu Silan nampak sudah tersadar, pria itu memukuli pelipisnya sambil membuka kelopak matanya perlahan. Yu Silan merasakan keberadaan seseorang di dalam kamar tersebut, dan dia menoleh ke samping. Bersamaan dengan itu Saena segera membungkuk, hampir tiarap di lantai. Kedua pahanya terasa sangat nyeri dan sakit. Dan kini terpaksa harus sembunyi dari pria yang sudah mengambil kesuciannya itu. Yu Silan merangkak ke tepi ranjang, pria itu menopang dagunya sambil menatap Saena yang kini memejamkan kedua matanya seraya sibuk menggapai kolong tempat tidur untuk menemukan gelangnya. “Siapa kamu?” Tanya Yu Silan seraya mengulurkan tangannya, pria itu menggenggam dagu Saena dan memaksa wajah Saena agar mendongak menatap ke arah wajahnya. Karena panik dan tidak ingin ketahuan identitasnya oleh Yu Silan, Saena segera menepis tangan Yu Silan dari dagunya. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Aku bukan siapa-siapa!” Serunya seraya beranjak bangun dengan susah payah dari posisi tiarap, sangat sulit bagi Saena mencoba berdiri. Kedua kakinya terasa gemetar dan nyeri sekali. Pikirnya dia bisa keluar dengan cepat dari dalam kamar suite tersebut. Akan tetapi ternyata situasi hari ini sama sekali tidak mendukung. Saat memutar tubuhnya high heels yang dia kenakan oleng, tubuh Saena jatuh menimpa kepala dan punggung Yu Silan. “Aaaaa!" “Ukh!” Yu Silan melotot lantaran tertimpa tubuh Saena. “Bangun! Dasar ceroboh!” Bentaknya pada Saena. “Gadis mana yang begitu bodoh? Kamu dikirimkan Antonio padaku untuk menyiksaku! Pria itu sama sekali tidak bisa memilih wanita! Akh, sial! Punggungku sakit sekali!” Gerutunya sambil menggosok tengkuknya sendiri. Saena segera bangun dan meminta maaf padanya. “Maafkan saya, Tuan. Saya-saya tidak sengaja.” Ucapnya dengan wajah gugup dan cemas. “Siapa namamu?” Yu Silan segera bangkit dan duduk di tepi ranjang sambil mengusap tengkuknya yang pegal karena tertimpa tubuh Saena barusan. Bukannya menjawab pertanyaan Yu Silan, Saena segera mengambil langkah seribu dan kabur dari dalam kamar suite tersebut. Gadis itu terus berlari di sepanjang koridor. “Tidak ada untungnya tetap tinggal di kamar itu! Yang penting sekarang aku harus secepatnya kabur dari pria itu! Yu Silan akan mengulitiku kalau sampai tahu identitasku! Pria itu bahkan lebih mengerikan dari Antonio!” Serunya sambil melepaskan high heels dari kedua kakinya lalu menenteng dua benda itu sambil terus berlari untuk mencari jalan keluar dari dalam hotel. Saena masuk ke dalam lift, bersamaan dengan pintu lift Saena menutup kembali.. Pintu lift yang bersebelahan dengan lift yang dinaiki Saena juga terbuka. Para wartawan keluar dari dalam lift itu dan menyerbu kamar Yu Silan! Di dalam kamar suite, Yu Silan masih tetap tinggal di dalam kamar. Kepalanya masih terasa berat, dia tidak bisa meninggalkan kamar seorang diri. Pria itu segera memakai bajunya kembali, saat berjalan untuk mengambil jasnya tanpa sengaja kaki kanannya menginjak sesuatu. “Traak.” Suara berisik dari benda yang dia injak bergesekkan dengan lantai di bawah kakinya. “Apa ini?” Tanyanya sambil memungut benda tersebut. “Gelang giok?” Gumam Yu Silan pada dirinya sendiri. Pria itu segera mengantongi benda tersebut ke dalam saku bajunya. Yu Silan kembali menoleh ke arah ranjang yang tadi dia gunakan untuk memadu cinta dengan gadis tak dikenalnya itu. Pria itu melotot kaget karena melihat noda merah di atas sprei. Wajahnya sangat terkejut dan gugup. “Gadis ta-tadi? Bukan gadis malam? Dia masih suci? Sialan!” Keluhnya sambil meremas tengkuknya sendiri. “Antonio! Awas kamu!” geramnya pada saudara tirinya. Yu Silan dengan susah payah mencoba keluar dari dalam kamarnya. Tepat saat dia membuka pintu kamar, para wartawan menyerbu ke arahnya. Yu Silan menatap mereka sambil memijit pelipisnya, kepalanya masih terasa sedikit nyeri. Pria itu melihat mereka menjepretkan kamera ke arahnya secara beruntun tanpa memberikan kesempatan padanya untuk kabur dari dalam situasi tersebut. “Presdir Yu, kami mendapatkan laporan bahwa Anda terlibat skandal malam ini?” “Presdir Yu, siapa gadis itu?” “Mungkinkah dia salah satu asisten Anda?” “Dalam situasi seperti ini kenapa tidak ada satupun asistenku yang datang! Antonio benar-benar cari mati!” Yu Silan mengepalkan tangannya. Satu wartawan berhasil menerobos masuk ke dalam dan mulai mengambil foto dalam kamar tersebut. Disusul oleh wartawan yang lain. Mereka sangat terkejut melihat noda merah di atas sprei. Dengan tergesa Yu Silan segera menarik sprei tersebut lalu membuangnya ke lantai. “Siapa yang mengijinkan kalian masuk ke siniiiiiii?!” bentaknya pada mereka. “Kamu ingin kehilangan pekerjaanmu! Dari media mana kamu!” bentak pria itu sambil menunjuk wajah mereka satu-persatu! Tak lama kemudian asistennya baru datang dan mengusir para wartawan tersebut agar keluar dari dalam kamar itu. “Sudah, pergi-pergi! Keluar kalian!” Perintah asisten Yu Silan pada para wartawan. “Hei! Matikan kameramu!” Bentak asisten lainnya. Rupanya kekacauan malam ini ditayangkan secara live di media kaca. “Maaf Tuan Yu, kami datang terlambat. Ada yang membuat onar di jalan dan membuat jalanan macet. Sepertinya semuanya sudah diatur untuk.. untuk menghalangi kami agar tidak bisa sampai di sini tepat waktu.” Lapor salah satu asistennya pada Yu Silan. Pria itu membungkuk dalam-dalam siap menerima kemarahan presdirnya itu. “Antonioooo!” Teriak Yu Silan sambil mengepalkan tangannya. Di sisi lain, Antonio sedang menikmati gelas minuman dalam genggaman tangannya. Pria itu sangat puas melihat kemarahan Yu Silan dalam tayangan layar kaca di dinding kamarnya sekarang.“Iya, mereka menahanku. Aku hanya ingin bertemu dengan Presdir Yu! Tapi mereka malah menghalangiku, aku tidak tahu apa kesalahan yang sudah aku lakukan. Tuan harus menolongku, pertemukan aku dengan Presdir Yu..”“Maaf Nona. Presdir sangat sibuk sekali. Seperti yang beliau katakan sebaiknya Nona kembali saja ke BCC. Saya sudah mengatur ruangan di sana, di mana Nona akan menyelesaikan magang. Ruangan itu setidaknya lebih nyaman untuk ditempati jika dibandingkan dengan ruang penyimpanan kemarin-kemarin.” Ucapnya pada Saena.“Jadi, Presdir benar-benar tidak ingin bertemu denganku sekarang?” Tanya Saena Abraham sambil meremas tali tasnya. Kepala Saena menunduk dalam-dalam, kedua matanya sudah menggenang penuh air mata. Dia merasa sudah dibuang dan disingkirkan begitu saja tanpa tahu kesalahan seperti apa yang sudah dia lakukan terhadap Yu Silan.“Bukan begitu .... sementara ini Presdir sangat sibuk, saya harap Nona mengerti. Presdir bukannya ingin ....”“Aku paham!” Poton
“Aku sudah melakukan tes DNA, jadi tidak ada yang bisa menampik bahwa darah dalam tubuhmu adalah milikku.” Ucapnya sambil menekan dadanya.“Jadi selama ini keluarga Yu.. dengan keluarga Abraham..?” Yu Silan mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia tidak menyangka akan mengalami hal tragis seperti ini. Di saat dirinya dan Saena terlanjur saling menikmati tubuh satu sama lain, semua kebenaran yang terselubung kini terbuka.“Ya.. Kevan Yu ayahmu, dia tahu semua ini.. bahkan saat menikahi Yu Memei dia juga bertanya padaku tentang janin dalam kandungan Yu Memei. Aku sudah menceritakan semuanya. Perusahaan milik Yu Memei Ailen adalah wujud benih cinta perjuangan dari kami berdua. Diam-diam aku membantu Yu Memei untuk membuat perusahaan Ailen melesat hingga tak tergoyahkan! Di medan bisnis Ailen memegang hampir setiap lahan! Aku bilang pada Yu Memei untuk menyerahkan perusahaan hasil kerja keras kami pada putra kami. Dan semua itu kini menjadi milikmu.” Jelas Abraham panjang lebar.
Setelah menyelesaikan misinya, Yu Silan segera membenahi kembali bajunya. Hari ini Kevan Yu membuat janji temu dengannya. Jadi mau tidak mau Yu Silan terpaksa memenuhi janji temu dengan ayahnya tersebut. Saena agak kaget melihat Yu Silan agak tergesa memakai kembali bajunya, sementara dirinya sendiri masih dalam keadaan polos tanpa sehelai pakaian.Saena membantu Yu Silan mengancingkan baju lengan panjangnya. Karena Saena ikut membantu Yu Silan terlihat senang, pria itu kembali mengusap-usap sisi tengah di antara pangkal paha Saena yang penuh bulu itu. Saena tersenyum sambil memberikan kecupan pada bibir Yu Silan lalu menumpukan satu kakinya ke atas kloset. Area basah yang sedang diusap dan dikocok oleh Yu Silan membuat suara merdu dan menambah hasrat keduanya untuk terus melakukan hubungan intim tanpa jeda lebih dari setengah hari. Sambil mengancingkan baju Yu Silan Saena membuka bibirnya untuk melumat mesra bibir Yu Silan.“Tuan Yu, ouuh, aku suka sekali eemmm.. ouuuhh..”
“Ouh, Tuan Yu, begini saja.. ouuh, emm, hentakan pinggangmu sangat nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena mengusap lembut punggung basah penuh keringat milik Yu Silan. Wanita itu sesekali menatap organ intim mereka berdua yang masih bertautan. Yu Silan sengaja memperlambat gesekannya karena Saena sedang melihat sisi bawah tubuh mereka berdua. Pria itu juga menarik mundur tubuhnya untuk menunjukkan pada Saena, gesekan organ intimnya yang selalu berubah ritme pada liang basah penuh lendir milik Saena ternyata membuat gadis itu tertarik untuk melihatnya.“Kamu menyukainya..”“Tuaaan Yu, ouuh, gesekanmu ouuh, nikmat sekali.. ouuh Tuan..” Saena kembali meletakkan kepalanya di atas bantal seraya menikmati desakan pada organ intim miliknya.“Kamu ingin aku memuaskanmu berapa kali? Katakan padaku.. ah, ouh, ah, ah.” Yu Silan menghentakkan pinggulnya dengan gerakan super cepat, sampai Saena menggelinjang hebat akibat ulahnya.“Ak, akkkh, akh, ouhwhh, akk, Tuan, ahh, akhh!”“J
Di dalam kamar Yu Silan, Saena berjalan mondar-mandir sementara Nuan sibuk membereskan kamar itu kembali bersama dengan tiga pelayan. Jika sampai kamar masih belum beres saat Yu Silan kembali maka bisa-bisa mereka akan dipecat oleh majikannya itu.Saena belum mengenal sosok Yu Silan. Perilaku sedikit lembut yang ditunjukkan oleh Yu Silan padanya, itu hanya bisa dilihat oleh Saena seorang. Mendengar suara langkah kaki menuju ke sana, pelayan di dalam kamar segera berbaris dengan kepala menunduk juga punggung membungkuk. Tidak seorangpun yang berani mengangkat wajahnya saat berhadapan dengan Yu Silan di dalam kediamannya itu kecuali Saena Abraham. Sebelumnya Saena sudah menyuruh mereka pergi karena dia ingin menunjukkan kamar porak-poranda itu pada Yu Silan. Tapi para pelayan itu tetap berkeras untuk membereskan semua kekacauan yang dia lakukan.“Kalian pergi saja! Semua ini adalah urusanku! Sudah kalian pergi sana!” Usir Saena pada para pelayan beberapa jam yang lalu.“Ma
Saena segera berlari menuju ke dalam kamar Yu Silan. Saena ingin mengganti bajunya dengan baju yang dia pakai sebelumnya.“Nuan! Kamu urus Nona Abraham! Aku akan mengurus pria ini!”“Baik Tuan..” Nuan segera menyusul Saena ke dalam kamar Yu Silan. Dia melihat Saena sedang sibuk mencari sesuatu di sana-sini.“Nana..?” Panggi Nuan padanya, gadis itu merasa sedih melihat Saena begitu panik.“Nuan!” Serunya seraya berlari menghambur ke dalam pelukan asisten Yu Silan. “Nuaan, bantu aku pergi dari sini.. tolong bantu aku..” Ucapnya dengan wajah memelas.Nuan menyentuh kedua bahu Saena, wanita itu menggelengkan kepalanya. “Maafkan aku, Nana. Aku datang ke sini hanya untuk menjagamu. Tuan Presdir tidak mengijinkanmu keluar dari dalam rumah ini. Bersabarlah dan tunggu besok, pasti Tuan Presdir akan..”“Tidak! Yu Silan tidak akan pernah bermurah hati padaku! Pria itu sangat kejam dan tidak manusiawi! Aku sangat membencinya! Aku benci diaa!” Teriaknya sambil mengamuk da