Share

Bab 9

Author: Lintang
Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.

Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.

Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.

Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.

Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.

Yang benar-benar memiliki akta nikah dengan Raven adalah Lumi. Serena memang orang luar dalam pernikahan mereka, hanya saja Raven menutupi hal itu selama tujuh tahun penuh.

"Eh, kenapa begitu lihat aku langsung kabur kayak tikus lihat kucing?" Yenny menyilangkan tangan di dada, wajahnya penuh ketidaksenangan.

Serena menunduk, malas berkonflik. "Nggak, tadi aku nggak melihatmu."

Yenny mendengus. "Huh, masih pura-pura! Lihat wajahmu pucat sekali, belakangan ini suasana hati nggak enak ya?"

Serena sempat heran mendengar kalimat yang mirip kepedulian, tetapi detik berikutnya Yenny sudah mengejek lagi, "Ya wajar, 'kan istri sah Raven sudah kembali. Kamu nggak punya tempat lagi, panik setengah mati ya?"

Napas Serena sedikit terhenti. Dia menatap Yenny. Dia sudah menduga Yenny tahu soal ini, tetapi tetap tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak pernah memberitahuku?"

Yenny sempat tertegun, lalu merasa itu lucu. "Itu karena Raven takut kamu tahu dan minta putus. Ujung-ujungnya, orang yang dia suka nggak kembali, ibu dari anaknya juga pergi. Kalau nggak, mana mungkin aku mau menutupinya? Aku pasti sudah terang-terangan, bilang kamu itu cuma pelakor!"

Nada suaranya cukup keras, orang-orang yang lewat ikut menoleh dengan tatapan aneh. Serena mengepalkan tangannya, menahan emosi. "Aku bukan pelakor! Kalau aku tahu mereka sudah menikah, aku nggak mungkin bersama Raven."

"Merebut suami orang, duduk di posisi Nyonya Gunawan tujuh tahun, sekarang masih sok suci dan bicara begitu. Kamu nggak merasa munafik? Menjijikkan!"

Yenny terus menyerang, kata-katanya semakin tajam. Serena tak ingin berdebat. Dia berbalik untuk pergi, tetapi lengannya ditarik.

Yenny mencengkeramnya dengan kasar. "Kalau tahu diri, cepat serahkan posisimu! Jangan terus lengket pada Raven. Kalau bukan karena anak, mana mungkin dia menikahimu?"

Wajah Serena semakin pucat. Kata-kata itu seperti paku yang menghujam hatinya. Dia melepaskan tangan Yenny, menahan gejolak hati, lalu berkata dengan tegas, "Tenang saja, aku akan pergi. Aku akan benar-benar menghilang."

Yenny mendengus. "Huh, omong kosong! Kalau benar-benar disuruh pergi, kamu jelas yang paling nggak rela. Tapi tunggu saja, sebentar lagi Raven sendiri yang akan jujur padamu dan menyuruhmu angkat kaki!"

Serena menarik napas panjang. Semua orang mengira dia pasti tak rela meninggalkan Raven, akan terus memaksa bertahan. Padahal dia tahu betul, dirinya selalu tegas. Dia bisa menggenggam, bisa melepaskan.

Kalau dulu saat hamil, Raven memberitahunya bahwa dia sudah menikah dengan wanita lain, entah Serena akan melahirkan dan membesarkan anak sendiri atau menggugurkan kandungan, dia tidak akan pernah menyuruh Raven bertanggung jawab.

Serena bisa mencintai seseorang yang tak mencintainya, tetapi dia tidak akan pernah melahirkan anak untuk suami orang lain.

Serena menatap Yenny. "Baiklah, seperti maumu. Aku akan pergi."

Yenny sedikit terkejut, tak menyangka sorot matanya begitu tegas. Namun, segera setelah sadar, dia tersenyum dingin. "Tadi pagi Raven meneleponku, minta aku memperkenalkannya dengan seorang desainer gaun pengantin terkenal. Tahu artinya apa?"

Hati Serena langsung mencelos.

"Itu artinya Raven bukan hanya akan menyingkirkanmu, tapi juga menyambut Lumi dengan megah, memberinya pernikahan besar. Kalau kamu masih ngotot bertahan, yang malu hanya dirimu sendiri!"

Yenny menatapnya dengan tatapan penuh kepuasan. Serena hampir menggigit bibirnya sampai berdarah.

Dulu saat dia hamil, Raven bilang akan bertanggung jawab. Pernikahan mereka digelar terburu-buru, hanya sebuah jamuan di hotel pusat kota. Gaun pengantin tak sempat dipesan, dia hanya membeli gaun merah di butik sebagai pengganti gaun pengantin.

Sejak dulu Serena punya impian mengenakan gaun pengantin, itu pun menjadi penyesalan kecil dalam hidupnya. Dia tak pernah menyinggung hal ini pada Raven, tetapi sekarang Raven diam-diam menyiapkan pernikahan dengan Lumi, bahkan sampai mendatangkan desainer internasional.

Jelas siapa yang lebih berharga di hatinya. Tidak, bahkan dirinya sama sekali tidak pernah masuk ke hati Raven.

Serena merasa getir. Baru hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara berat yang begitu dikenalnya dari belakang. "Tante, kenapa kalian sama-sama di sini?"

Raven melangkah cepat, langsung menatap wajah Serena. Beberapa menit lalu, manajer mal memberitahunya bahwa Serena ada di sini.

Dia segera meninggalkan pekerjaannya, takut Serena marah karena kejadian semalam, takut Serena berpikir yang macam-macam dan enggan lagi berbicara dengannya.

Melihat Yenny juga ada di sini, Raven semakin cemas. Biasanya keduanya selalu bertengkar setiap kali bertemu.

Raven menarik Serena ke belakangnya, secara halus memisahkan mereka. "Tante, kamu bicara apa saja sama Rena? Nggak bicara yang buruk-buruk, 'kan?"

Tatapan Yenny berkedip, sedikit gelisah. Takut Serena mengadu, dia buru-buru menyahut, "Bu ... buruk gimana? Kamu ini selalu menuduhku. Kami cuma kebetulan ketemu, lalu ngobrol sebentar."

"Benarkah?" Mata Raven penuh keraguan. Dia menoleh ke Serena untuk memastikan.

Serena hanya menunduk, tak menanggapi tatapannya. Dia tidak ingin berbicara dengan Raven.

Semalam Raven pasti pulang begitu saja setelah mencarinya di hotel. Pria ini pasti tidak melihat surat yang dia tinggalkan di ruang kerja. Sekarang dia hanya menunggu Raven menemukan surat itu supaya semuanya tuntas.

Dalam dunia orang dewasa, tak perlu mengungkap semua hal yang tidak pantas diucapkan.

Serena berbalik untuk pergi, tetapi Raven mengejar dan menahannya. "Tunggu, semalam kamu pergi tanpa pamit. Aku rasa kita perlu bicara."

Serena bersikap dingin. "Aku nggak mau bicara."

Raven kembali mengadangnya, tetapi sebelum sempat berbicara, ponselnya berdering. Dia menunduk melihat layar. Serena juga secara refleks ikut melirik, lalu melihat jelas nama yang terpampang.

[ Desainer Gaun, Linda ]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status