Share

Bab 5

Author: Lintang
Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."

Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."

Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."

Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."

Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."

Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa pun Lumi, dia tetap bukan ibunya Miles."

Serena mendorong Raven dan menimpali, "Asalkan kamu mau, dia bisa jadi ibunya Miles."

Senyuman di wajah Raven menghilang. Dia mendongak dan memandang Serena sembari bertanya, "Apa maksudmu?"

Serena menjawab dengan santai, "Lebih baik kita cerai dan kamu nikahi Lumi. Biar Lumi yang besarkan Miles saja."

Raven melempar sepatu hak tinggi dan berdiri dengan tatapan muram. Di depan pintu, sosok Raven yang tinggi menghalangi Serena. Raven bertanya dengan tatapan kesal, "Tadi kamu bilang apa? Kamu mau cerai denganku?"

"Iya, ada wanita yang lebih cocok menjadi istrimu dan ibunya anakmu daripada aku. Seharusnya kamu langsung nikahi dia! Tunggu apa lagi?" bentak Serena. Seketika dia tidak bisa mengendalikan emosinya.

Serena hanya merasa Raven munafik. Jelas-jelas akta nikah mereka palsu, tetapi dia masih berpura-pura seolah-olah sangat memedulikan perceraian.

Bahkan, mereka berdua tidak perlu mengurus prosedur apa pun. Mereka hanya perlu sama-sama setuju berpisah dan hubungan mereka selama tujuh tahun langsung berakhir.

Serena membelakangi Raven. Namun, Raven menggenggam pergelangan tangan Serena.

Ekspresi Raven sangat muram dan dadanya naik turun. Dia menegaskan, "Tanpa persetujuanku, kita nggak mungkin cerai. Kamu boleh bilang apa pun waktu marah. Pokoknya kamu nggak boleh ungkit cerai."

Serena membalas dengan ekspresi datar, "Memangnya kenapa kalau aku ungkit cerai? Nggak melanggar hukum. Apa kamu itu pria serakah yang mau menikahi dua wanita sekaligus?"

Asalkan Raven mau, Serena yang menjadi istrinya selama tujuh tahun bisa langsung berubah status menjadi kekasihnya. Keberadaan Serena tidak akan menghalangi Raven untuk menikahi Lumi.

Raven menceletuk, "Sejak kapan kamu menjadi keras kepala begini? Aku dan Lumi nggak ada hubungan apa-apa. Jangan bicara sembarangan cuma karena kamu merasa nggak nyaman."

Serena menepis tangan Raven dan membentak, "Memangnya kenapa kalau aku bicara sembarangan? Aku tegaskan lagi, kita cerai kalau kamu nggak suka! Keluar! Aku nggak mau lihat kamu!"

Raven kehilangan kesabarannya. Dia langsung menarik Serena dan mencium bibirnya yang terus melontarkan kata-kata yang tegas. Raven berusaha menggunakan ciuman ini untuk melupakan kejadian yang tidak menyenangkan tadi.

Kebetulan seorang gadis lewat di luar pintu. Dia berseru kaget begitu melihat situasi ini.

Tubuh Serena sedikit bergetar. Dia ingin mendorong Raven.

Raven merangkul pinggang Serena dengan erat dan tangannya yang satu lagi menutup pintu. Serena ditahan di pintu. Tangan Raven yang panas masuk melalui ujung pakaian Serena dan merangsang kulitnya yang dingin.

Tubuh Serena makin bergetar. Dia bukan hanya merasa tidak nyaman karena emosional, tetapi juga merasa jijik menghadapi tindakan Raven yang mendominasi.

Jelas-jelas Raven tidak menyukai Serena. Kenapa selama ini dia bisa berpura-pura setia kepada Serena? Raven menikahi Serena dan mempunyai anak dengannya. Bahkan dia juga berhubungan intim dengan Serena.

Berbagai pemikiran muncul di benak Serena sehingga dia tidak tahan lagi. Dia mendorong Raven dengan kuat dan berlari ke kamar mandi.

Serena tidak makan, jadi dia tidak memuntahkan apa pun. Serena merasakan nyeri pada lambungnya.

Raven mengikuti Serena masuk ke kamar mandi, lalu memapahnya dan berujar, "Kenapa kamu muntah lagi? Kamu pasti bukan cuma panas dalam. Aku bawa kamu ke rumah sakit."

Serena menolak, "Aku nggak mau ...."

Sebelum Serena menyelesaikan ucapannya, dia sudah digendong Raven. Kepala Serena terasa sakit sehingga dia ingin muntah lagi. Dia benar-benar tidak punya tenaga untuk memberontak.

Serena juga mabuk darat. Sekarang dia merasa lebih menderita daripada mati. Serena memejamkan matanya dan tidak bisa bergerak.

Raven mengendarai mobil sambil terus mengamati kondisi Serena. Dia mengebut ke rumah sakit. Mereka melakukan pendaftaran, mengambil bukti pembayaran, dan melakukan pemeriksaan ....

Serena masih ingin muntah, jadi dia terus menelan ludah. Serena bagaikan boneka yang dibawa suster untuk melakukan serangkaian pemeriksaan.

Saat Serena keluar, Raven sedang menunggu di koridor. Dia memberikan secangkir air madu kepada Serena. Entah dia mendapatkannya dari mana. Raven berkata, "Minum dulu biar perutmu lebih nyaman."

Serena tidak mengambil cangkir air madu itu. Dia duduk di kursi dengan wajah pucat pasi.

Raven memandang Serena dan berucap, "Maaf. Seharusnya hari ini aku nggak bertengkar denganmu."

Raven mengulurkan tangannya, lalu meraih jempol tangan Serena dan menggoyangnya. Dia juga tersenyum menyanjung.

Raven memang tidak pandai menggombal. Dia selalu menggoda Serena dengan gerak-gerik kecil seperti ini. Hati Serena sakit. Dia teringat momen di masa lalu saat melihat gerak-gerik yang familier ini.

Raven bertanya seraya mengangkat alisnya, "Setelah pemeriksaan selesai, kamu ikut aku pulang ya?"

Serena hendak menjawab. Tiba-tiba, seseorang muncul di samping dan bertanya, "Raven, kenapa kalian di sini?"

Serena mendongak dan melihat Lumi yang terlihat penasaran. Raven menarik tangannya, lalu berdiri dan menjawab, "Serena nggak enak badan, jadi aku temani dia melakukan pemeriksaan. Kenapa kamu ada di rumah sakit malam-malam begini?"

Ekspresi Lumi tampak ragu-ragu. Dia langsung menyembunyikan laporan pemeriksaan di belakang punggungnya. Lumi menyahut sembari mengerjap, "Nggak apa-apa."

Raven mengernyit. Dia mengulurkan tangannya sambil berujar, "Aku mau lihat."

Lumi menggigit bibirnya. Akhirnya, dia memberikan laporan pemeriksaannya kepada Raven.

Setelah melihat isi laporan, ekspresi Raven makin serius. Dia bertanya, "Bukannya kamu sudah sembuh setelah melakukan operasi bypass jantung? Kenapa jantungmu masih sakit?"

"Hais, biasa. Penyakit lama," sahut Lumi. Ekspresinya menjadi muram. Dia terlihat ragu-ragu untuk bicara.

Raven berpesan dengan lembut, "Konsumsi obat secara rutin. Jantungmu memang lemah. Istirahat yang cukup. Kalau butuh bantuan, kamu boleh hubungi Rumi."

Dada Serena sangat sesak mendengar percakapan mereka. Rumi adalah asisten Raven. Selama ini, dia tidak pernah mengurus masalah orang lain selain Raven dan Serena.

Sosok cinta pertama memang sangat penting. Begitu muncul, Lumi langsung mendapatkan perlakuan khusus. Napas Serena memburu.

Raven segera membungkuk untuk mengusap punggung Serena seraya berucap, "Sudah enakan? Belakangan ini, kamu sering muntah. Nggak mungkin cuma panas dalam. Nanti kita lihat dokter bilang apa."

Sering muntah? Lumi terkejut. Dia langsung melihat perut Serena sambil merenung.

"Aku pergi ke kamar mandi dulu," ujar Serena. Dia buru-buru pergi, tetapi dia masuk ke ruang pemeriksaan.

Dokter berpesan kepada suster, "Buang laporan pemeriksaan itu dan tunjukkan laporan yang sudah kuganti ini. Jangan banyak bicara."

Lumi segera bersandar di samping pintu. Setelah suster membuang selembar laporan pemeriksaan ke tong sampah dan pergi, Lumi mengambil laporan pemeriksaan itu.

Lumi membuka kertas yang berkerut itu dan melihat tulisan "tumor otak". Dia tertegun.

Suster sudah menjelaskan kepada Raven, "Pasien panas dalam dan lambungnya sedikit meradang. Dia cuma perlu konsumsi obat."

Serena bertukar pandangan dengan suster dan diam-diam merasa lega. Sebelum pergi, Serena tidak ingin mengungkapkan penyakitnya kepada siapa pun. Untung saja, dokter menghormati keputusan Serena.

Raven baru merasa tenang. Dia mengambil jaket, lalu menyampirkannya ke bahu Serena dan berkata, "Ayo, kita pulang."

Lumi kebetulan muncul lagi. Dia memegang dadanya dan memohon dengan hati-hati, "Raven ... sekarang sudah larut malam. Mungkin susah cari taksi di luar. Kamu bisa antar aku pulang nggak?"

Serena refleks melepaskan tangan Raven. Dia berencana memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi.

Namun, Raven malah menggenggam tangan Serena dan berucap, "Serena nggak enak badan. Aku antar dia pulang dulu. Nanti aku bantu kamu pesan taksi."

Wajah Lumi menegang. Dia mengepalkan tangannya dengan erat.

Serena terkejut sesaat, lalu tersadar. Raven pasti merasa malu jika terlalu memperhatikan Lumi di depannya.

Serena menunjukkan tatapan sinis dan turun ke lantai bawah bersama Raven. Dia buru-buru keluar dari lift. Serena ingin meninggalkan Raven.

Kemudian, terdengar suara Raven yang serak di belakang. "Tenang saja. Aku nggak paksa kamu. Aku antar kamu ke hotel."

Serena ragu-ragu sejenak sebelum naik ke mobil. Raven membawa Serena kembali ke hotel dengan mengendarai mobilnya, lalu mengikuti Serena masuk ke lift dan naik ke lantai atas.

Serena berniat segera membuka pintu, lalu mengusir Raven. Tidak disangka, pintu kamar terbuka. Pembantu di dalam kamar sedang memasang seprai beruang berwarna biru di sofa untuk Miles.

Sementara itu, Miles mengerjakan tugas di samping dengan ekspresi kesal. Begitu melihat Serena datang, Miles mendengus dan menegur, "Sudah malam, tapi kamu masih merajuk sampai-sampai buat aku dan Papa repot! Besok Papa mau bangun pagi-pagi untuk pergi kerja!"

Hati Serena terasa sakit. Dia mengabaikan Miles, lalu masuk ke kamar tidur dan menutup pintu. Terdengar suara Raven yang menegur Miles di luar.

Serena tidak ingin mendengar suara mereka. Dia mengamati sekeliling, lalu menyadari Raven sudah menyuruh pembantu membawa baju gantinya untuk besok dan laptop saat dia pergi ke rumah sakit.

Serena mengatupkan bibirnya. Dia tidak memahami apa yang dilakukan Raven. Serena berjalan ke meja, dia hendak mematikan laptop yang masih menyala.

Tiba-tiba, Serena melihat histori penelusuran di browser. Tampak tulisan yang membuat Serena tidak bisa mengalihkan pandangannya.

[ Pengecekan Status Pernikahan ]

Jari tangan Serena menegang. Dia refleks membuka tautan di histori, lalu muncul halaman web sistem pengecekan itu.

Serena yang kaget memelotot setelah melihat hasil pengecekan di layar. Dia melihat lagi untuk memastikan dirinya tidak salah lihat.

Ternyata status Raven ... sudah menikah. Nama "Lumi Ersya" tertera dengan jelas di kolom istri. Seketika Serena terpaku di tempat.

Raven bukan hanya membuat akta nikah palsu dengan Serena, bahkan dia sudah diam-diam menjadi pasangan suami istri sah dengan Lumi. Di kartu Keluarga Gunawan, hanya tertera nama Raven, Lumi, dan Miles seolah-olah mereka adalah satu keluarga.

Sementara itu, Serena seperti pengasuh yang melayani Miles selama tujuh tahun secara gratis. Bagaimana dengan Miles? Apa dia tahu Lumi dan Raven adalah pasangan suami istri yang sebenarnya?

Serena ketakutan setelah memikirkannya dengan saksama. Tubuhnya terus gemetaran. Dia mematikan laptop, lalu mundur dua langkah. Serena tiba-tiba menabrak dada seseorang yang hangat dan basah.

Serena berbalik dengan panik. Dia melihat handuk yang melilit pinggang Raven dan rambutnya yang setengah kering. Otot bagian atas tubuhnya yang kekar terlihat jelas.

Raven tidak merasakan keanehan Serena. Dia tersenyum dan bertanya dengan suara yang menggoda, "Badanmu sudah enakan?"

Serena menggigit bibirnya sambil termenung. Tatapan Raven menjadi kelam. Dia menganggap Serena yang diam mengajaknya bercinta. Raven menggendong Serena, lalu meletakkannya di tempat tidur dan menindihnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status