Share

Bab 7

Author: Lintang
Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.

Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.

Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.

Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ...."

"Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham."

"Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.

Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera tersenyum lembut. "Tadi Miles telepon aku, katanya kamu nggak mau temani dia belajar. Kalau tugasnya nggak selesai, besok pasti dimarahi guru. Serena, jangan ngambek sama anak kecil dong. Sekolah itu sangat penting buat anak-anak lho ...."

"Sudah, jangan salahin dia." Raven tiba-tiba menyela, menghentikan perkataan Lumi. Dia menatap Serena, matanya dipenuhi kekhawatiran, tetapi suaranya tak memberi ruang penolakan. "Soal resign, besok saja kita bahas. Sekarang sudah malam, aku antar kamu pulang dulu."

Telinga Serena mulai berdengung. Dia tahu, setelahnya pasti muncul rasa mual. Setiap kali emosinya terguncang, tubuhnya ikut bereaksi.

Serena berusaha menenangkan diri. "Surat resign itu besok aku ambil lagi. Ingat tanda tangan."

"Rena ...." Raven hendak meraih tangannya, ujung jarinya menyapu jaket tipis yang Serena kenakan, tetapi hanya menyisakan sedikit rasa dingin.

Serena melangkah cepat, tak ingin mendengar sepatah kata pun lagi. Saat keluar, dia melihat ada satu ruang kantor tambahan di sebelah.

Serena jarang ke perusahaan, tetapi masih ingat jelas bahwa kantor sekretaris Raven ada di ujung lorong. Letaknya jauh, karena Raven tidak suka ada yang mengganggu di sebelah ruangannya. Kini, di pintu kantor sebelah pun tertera huruf besar.

[ Sekretaris Presdir, Lumi. ]

Jadi, ini yang dimaksud dengan "hanya membantu beberapa hari". Sungguh ironis. Serena masuk ke lift dan menekan tombol lantai.

Tepat saat itu, kepala pelayan mengirimkan permintaan panggilan video. Serena menerima. Terlihat Miles dengan kepala berdarah dan menangis keras.

"Nyonya! Nyonya, cepat pulang! Kali ini Tuan Miles benar-benar terluka!"

Satu menit kemudian, Serena sudah berlari keluar dari lift. Langkahnya semakin cepat. Angin yang berembus di telinga membawa kembali kenangan beberapa tahun lalu.

Saat itu, Miles berusia tiga tahun. Saat bermain dengannya di taman belakang, kepalanya tak sengaja terbentur. Serena sangat menyesal, menggendong Miles dari rumah sampai ke rumah sakit sambil menangis.

Ketika dokter menjahit luka Miles, anak itu tak menangis, hanya tubuh kecilnya bergetar menahan sakit. Dia bahkan berusaha mengulurkan tangan mungilnya menghapus air mata Serena. Dia berkata, "Mama jangan nangis, Miles sayang Mama."

Kini, luka Miles masih di tempat yang sama. Setetes air mata bening jatuh dari sudut mata Serena.

Dia bisa menolak Miles yang sekarang, tetapi tak bisa menolak ingatan tentang Miles kecil berusia tiga tahun itu.

....

Vila Enchanted terang benderang. Saat Serena sampai, aroma darah sudah menyebar di udara.

Miles menangis tersedu-sedu, baru saja selesai diberi obat oleh dokter keluarga. Begitu melihat Serena datang, dia menangis lebih keras lagi. "Mama, aku sudah mau mati! Aku sudah mau mati, baru Mama mau pulang!"

Serena bergegas menghampiri. "Nggak akan mati, semua baik-baik saja. Biar Mama lihat lukamu."

Miles mendekatkan kepala dengan patuh. Luka di kepalanya agak dalam sehingga tampak cukup serius. Serena menghela napas lega, hendak meniup pelan pada luka itu. Namun, tiba-tiba dia didorong menjauh.

"Tante Lumi!"

Serena tertegun.

Miles tidak peduli pada lukanya, langsung berlari dan menerjang ke pelukan Lumi. Sambil terisak manja, dia berucap, "Tante, kepalaku lecet, sakit banget. Tante tiupin ya? Kalau Tante tiup, jadi nggak sakit lagi."

Lumi memeluknya penuh kasih sayang, meniup beberapa kali ke lukanya. "Anak pintar, biar Tante tiup. Sudah lebih baik, 'kan?"

"Hmm! Langsung nggak sakit lagi." Miles tersenyum.

Wajah Serena pucat, perutnya terasa mual. Lumi mengusap lembut kepala Miles dengan penuh kasih, lalu menatap Serena dengan senyuman bermakna. "Serena, tadi aku beliin obat pereda nyeri buat Miles. Kalau besok masih sakit, ingat kasih dia minum ya. Obat khusus anak-anak, nggak bikin kebal kok."

Nada suaranya seolah-olah sedang memberi perintah pada pembantu. Tatapan Serena semakin dingin. "Aku nggak tinggal di sini. Kamu suruh orang lain saja."

"Eh ...." Kepala pelayan kikuk, tidak tahu bagaimana cara memecah suasana tegang. Saat ini, Raven masuk setelah memarkir mobil.

Miles membiarkan Raven memeriksa lukanya. Dari sudut mata, dia melirik Serena, lalu berkata dengan manja, "Mama, cepat bersihkan buah! Papa sama Tante Lumi suka anggur, aku mau apel!"

Begitu ucapan itu keluar, Raven langsung menepuk ringan belakang kepalanya. "Kamu suruh siapa bersihkan buah? Miles, akhir-akhir ini kamu makin keterlaluan pada Mama. Cepat minta maaf."

Lumi buru-buru melindungi anak itu, wajahnya tampak keberatan. "Dia masih kecil, lagi pula baru cedera. Raven, jangan begitu ...."

Serena tak ingin mendengar lebih lanjut. Dia mengambil tas di sofa, menunduk, hampir muntah. Tekanan di kepalanya meningkat. Dia menahan rasa mual dan bergegas keluar.

"Rena, kamu baik-baik saja?" Raven menahan Serena, lalu menoleh ke Lumi. "Kamu pulanglah. Urusan rumahku nggak perlu kamu campuri. Mulai sekarang jangan sering datang lagi."

Lumi mendongak kaget, ekspresinya berubah.

Raven mengalihkan pandangannya, suaranya sangat pelan, seakan-akan takut mengejutkan Serena. "Kamu kelihatan pucat, aku antar ke rumah sakit ya."

Tanpa memberi kesempatan, dia langsung menarik Serena pergi.

Gelombang mual menyerang, Serena tak kuat lagi. Dia mendorong Raven, lalu berlari ke kamar mandi lantai atas dan memuntahkan isi perutnya.

Dia berlutut di depan kloset, muntah beberapa kali. Suara muntah itu sampai ke lantai bawah, membuat wajah Raven berubah tegang. Dia pun buru-buru hendak naik.

Namun di belakangnya, terdengar suara lemah Lumi. "Raven ...."

Raven berhenti, mengernyit. "Kenapa?"

Miles pun tak peduli dengan lukanya, buru-buru menopang Lumi. "Tante Lumi baik-baik saja?"

Tubuh Lumi goyah. Dia terjatuh di sofa, napasnya semakin cepat. Dia memegang dadanya, berujar dengan susah payah, "Aku ... dadaku sakit ... sakit banget ...."

Kepala pelayan panik. "Nona Lumi punya penyakit jantung, 'kan? Jangan-jangan kambuh? Tuan, gimana ini?"

Di lantai atas, Serena selesai muntah dan berkumur. Dia baru saja membuka pintu kamar mandi ketika Miles menarik baju Raven dengan wajah cemas.

"Mama cuma mual biasa, biarin saja! Kalau Tante Lumi nggak dibawa rumah sakit, dia bisa mati!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status