Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal

Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal

By:  LintangUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
13views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah menikah dengan Raven selama tujuh tahun, Serena divonis mengidap tumor otak. Serena memutuskan untuk bertaruh demi suami dan anaknya. Dia memilih untuk melakukan operasi yang tingkat keberhasilannya hanya 50%. Siapa sangka, cinta pertama suami Serena kembali. Serena baru tahu pernikahannya dengan Raven palsu. Raven menjadikan cinta pertamanya sebagai sekretaris. Teman baik Raven memanggil cinta pertamanya "kakak ipar". Bahkan putra Raven dan Serena yang berusia enam tahun berharap cinta pertama Raven bisa menjadi ibunya. Serena yang kecewa memutuskan hubungan dengan suami dan putranya. Dia menghilang. Suatu hari, Raven dan putranya melihat laporan pemeriksaan yang ditinggalkan Serena. Mereka sangat menyesal. Raven dan putranya mencari Serena di luar negeri. Keduanya berlutut sambil menyesali perbuatan mereka. Raven dan putranya berharap Serena mau memperhatikan mereka. Serena tetap bergeming. Dia tidak menginginkan suami yang kejam dan putra yang tidak tahu berterima kasih.

View More

Chapter 1

Bab 1

Setelah divonis mengidap tumor otak, aku menemukan dua hal. Yang pertama adalah akta nikahku dengan Raven Gunawan palsu. Yang kedua adalah putra kandung yang kubesarkan selama enam tahun juga tahu hal ini. Bahkan, dia lebih berharap orang lain yang menjadi ibunya.

Saat ini, aku baru menyadari satu hal. Aku meninggalkan keluarga, menyembunyikan identitas, dan mengorbankan segalanya selama tujuh tahun, tetapi hidupku hanya sebuah lelucon.

Jadi, aku melakukan tiga hal. Aku menghilang dari kehidupan ayah dan anak yang kejam ini. Pertama, aku membatalkan makan malam romantis untuk merayakan tujuh tahun pernikahan yang sudah dipesan satu bulan lalu.

Aku juga keluar dari grup obrolan kelas di TK putraku dan puluhan grup obrolan kesehatan. Aku masuk ke grup obrolan kesehatan itu demi menjaga kesehatan suami dan putraku.

Kedua, aku menghubungi dokter dan melakukan tes tekanan. Aku meminta dokter memberiku obat khusus untuk memastikan kondisi tubuhku tidak akan memengaruhiku sampai di luar negeri dengan lancar.

Ketiga, aku menelepon kakak yang sudah tujuh tahun tidak kuhubungi. Aku memberitahunya menikah jauh dari keluarga sangat menderita. Aku sudah menyadari kesalahanku dan ingin pulang.

....

Di koridor rumah sakit yang dipenuhi bau disinfektan, ucapan dokter seolah-olah masih terngiang-ngiang di telinga Serena Hanasta. "Bu Serena, tumor di otakmu sudah menekan saraf. Kamu harus membuat keputusan secepatnya."

Tubuh Serena gemetaran. Dia meremas kertas hasil pemeriksaan yang sudah berkerut dengan kuat.

Belakangan ini, Serena sering sakit kepala dan muntah. Dia juga sering mimisan. Awalnya, Serena mengira semua itu adalah penyakit ringan yang terpicu karena dia sering bergadang dan panas dalam. Tidak disangka, Serena menghadapi mimpi buruk setelah mendapatkan hasil pemeriksaan di rumah sakit.

Dokter mengatakan Serena harus segera memilih salah satu pengobatan. Tingkat keberhasilan operasi sebesar 50 persen. Serena bisa hidup jika operasi berhasil.

Kalau tidak ingin memilih operasi, Serena bisa menjalani terapi konservatif. Dia akan mengonsumsi obat-obatan dan menjalani kemoterapi. Serena akan menjadi botak. Terapi ini bisa membuatnya hidup beberapa tahun lagi.

Serena takut untuk bertaruh tingkat keberhasilan 50 persen itu. Sejak kecil, dia bahkan takut disuntik. Apalagi berbaring di meja operasi yang dingin untuk menghadapi pertaruhan antara hidup dan mati.

Namun, tumor di otak Serena akan membesar jika dia tidak menjalani operasi. Dia harus menerima kenyataan yang kejam, yaitu menderita sebelum mati.

Serena memejamkan matanya. Dia teringat dengan suaminya, Raven. Serena dan Raven menikah selama tujuh tahun. Serena mencintai Raven dan dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan suaminya.

Apalagi, mereka sudah memiliki buah hati. Putra mereka yang tampan dan pintar sejak kecil bernama Miles Gunawan.

Begitu teringat kedua orang yang paling penting di hidupnya, keberanian besar timbul di hati Serena. Dia berdiri, lalu membuka pintu ruangan kantor dokter dan berucap, "Dokter, aku sudah buat keputusan. Aku mau daftar operasi kraniotomi."

Dokter bertanya dengan ekspresi serius, "Tingkat keberhasilannya cuma 50 persen. Kamu nggak takut?"

Serena tersenyum dan menyahut, "Nggak. Aku yakin suami dan anakku akan menemaniku. Selama ada mereka, aku nggak takut apa pun."

Dokter mengangguk, lalu menimpali, "Oke. Aku bantu kamu atur jadwal operasi satu bulan lagi."

Serena keluar dari rumah sakit. Dia buru-buru pulang karena ingin mendapatkan perhatian dan dukungan dari suami dan anaknya.

Pembantu mengatakan Raven tidak berada di rumah. Dia pergi ke perusahaan. Serena langsung bergegas pergi ke Grup Gunawan dan sampai di depan pintu ruangan kantor presdir.

Sebelum sempat masuk, Serena tidak sengaja mendengar suara seorang pria. "Kak Raven, apa Kakak Ipar nggak marah kalau tahu kamu menjadikan Lumi sebagai sekretarismu?"

Serena tertegun. Dari celah pintu, dia bisa melihat dengan jelas teman baik Raven yang bernama Dylan Wibowo.

Lumi Ersya ... Serena tentu sangat familier dengan nama ini. Wanita ini adalah cinta pertama yang dipendam di dalam hati Raven selama sepuluh tahun.

Pria yang duduk di samping meja menunduk. Kerah kemeja hitamnya sedikit terbuka dan lengan kemejanya digulung sampai ke siku tangannya. Dia memancarkan aura pria beristri yang dingin.

Raven menanggapi dengan ketus, "Kamu nggak usah tahu urusan perusahaanku."

Dylan menciut, lalu mencebik dan membalas, "Pokoknya selama ini aku memanggil Serena 'kakak ipar' karena menghormatimu. Tapi, semua orang terdekatmu tahu kamu dan Serena cuma pura-pura menikah! Akta nikah kalian waktu itu palsu dan aku yang bantu kamu memalsukannya! Haha!"

Mendengar perkataan Dylan, wajah Serena langsung memucat. Dia terpaku di tempat seperti disambar petir.

Apa ... yang baru didengar Serena barusan? Raven hanya berpura-pura menikah dengannya?

Raven tidak duduk berhadapan dengan pintu, jadi dia sama sekali tidak memperhatikan seseorang berdiri di luar.

Dylan yang penasaran bertanya, "Kak Raven, kenapa kamu nggak bicara? Sekarang Lumi sudah kembali, kamu nggak mau mencampakkan Serena secepatnya?"

Dylan melanjutkan, "Sebenarnya kalau bukan karena waktu itu Serena terus mengganggumu dan hamil setelah menggodamu selagi kamu mabuk, kamu nggak akan berpura-pura menikah dengan Serena demi status anak kalian. Akibatnya Lumi sedih sekali sampai-sampai baru mau kembali sekarang."

Serena menahan napas. Tekanan di otaknya meningkat sehingga menimbulkan reaksi fisik. Dia menutup mulutnya untuk berusaha menahan rasa mual.

Malam itu, mereka mabuk di bar. Jelas-jelas Dylan berada di tempat. Dia tahu Serena tidak memberikan gelas anggur kepada Raven. Saingan perusahaan Raven yang memberinya obat, sedangkan Serena rela menjadi penawar makanya dia mengikuti Raven pergi ke hotel.

Kenapa Dylan melempar semua tanggung jawab kepada Serena? Dylan tertawa dan berujar, "Kapan kamu berencana memberi Lumi status dan menikahinya dengan resepsi yang mewah?"

"Kalau bukan karena waktu itu Lumi mengidap penyakit jantung, mana mungkin Serena punya kesempatan untuk mendekatimu? Lumi nggak ingin mempersulitmu makanya dia pergi. Posisi istrimu seharusnya milik Lumi," lanjut Dylan.

Raven mendongak dengan ekspresi kesal. Tatapan Raven yang dingin menunjukkan peringatan yang keras untuk Dylan. Dia berkata, "Aku dan Serena sudah punya Miles ...."

Tubuh Serena gemetaran. Dia hampir tidak bisa berdiri dengan stabil. Serena tidak tahan lagi, jadi dia berbalik dan buru-buru pergi ke kamar mandi.

Alhasil, Serena tidak mendengar ucapan Raven selanjutnya. Serena muntah sampai lemas. Entah karena merasa jijik setelah mendengar kebenaran atau reaksi fisik dari penyakitnya.

Karyawan perusahaan yang masuk ke kamar mandi terkejut. Dia memberikan tisu kepada Serena.

Serena mengambil tisu dengan mata memerah. Dia tersenyum getir dan berpesan, "Terima kasih. Jangan beri tahu Raven aku datang."

Serena berbalik, lalu keluar dari perusahaan dengan tubuh sempoyongan. Dia menyusuri jalan bagaikan mayat hidup. Serena teringat pertemuannya dengan Raven pertama kali.

Tujuh tahun yang lalu, Serena adalah desainer yang terkenal di luar negeri. Dia merupakan sosok penting di perusahaan perhiasan kakaknya. Saat itu, Serena tidak berhubungan dengan Raven.

Suatu kali, Serena melakukan perjalanan dinas. Begitu keluar dari hotel, gaun Serena tiba-tiba robek. Saat tubuhnya hampir terekspos, Raven keluar dari mobil Maybach. Dia membungkuk, lalu memberikan jasnya yang disetrika sangat rapi kepada Serena.

"Ikat di pinggangmu," ujar Raven.

Ucapan Raven yang singkat langsung mengatasi rasa panik dan malu Serena di lingkungan yang asing. Setelah mendongak, Serena jatuh cinta begitu melihat wajah tampan Raven yang sempurna.

Sejak saat itu, Serena tidak bisa melupakan Raven. Dia meminta bantuan kakaknya untuk mencari segala cara agar bisa berhubungan dengan Raven dalam urusan pekerjaan. Serena mulai mendekati Raven.

Biarpun tahu Raven memiliki cinta pertama yang pergi tanpa berpamitan dan tidak bisa dilupakannya selama bertahun-tahun, Serena juga tidak mundur.

Suatu hari, hal tak terduga terjadi di bar. Mereka berhubungan intim, lalu mempunyai anak dan langsung menikah.

Serena masih ingat dia bertanya kepada Raven saat malam pertama pernikahan mereka. Kenapa Raven menikahinya? Padahal dia tidak meminta Raven bertanggung jawab.

Raven yang biasanya selalu bersikap dingin menatap Serena lekat-lekat untuk pertama kalinya. Dia menjawab dengan tenang dan serius, "Aku ingin membangun keluarga bersamamu dan anak kita."

Serena langsung fokus dalam pernikahan ini karena ucapan Raven itu. Dia mengurus suami dan anak, bahkan meninggalkan kariernya biarpun kakaknya menentang. Serena bertekad untuk tinggal di dalam negeri.

Namun, sekarang ternyata pernikahan yang membuat Serena mengorbankan segalanya palsu. Dari awal, Raven tidak menganggap Serena sebagai istrinya. Selama tujuh tahun ini, dia memikirkan wanita lain dan berpura-pura menjadi suami istri dengan Serena.

Hati Serena sangat sakit. Dia merasa sejak awal dirinya hanya sebuah lelucon. Serena sudah memutuskan. Setelah operasinya berhasil satu bulan lagi, Serena akan membawa Miles pergi.

Raven tidak perlu memusingkan anak mereka lagi. Dia bisa menikahi siapa pun sesuai keinginannya.

Serena langsung bersemangat lagi begitu memikirkan anaknya. Dia bergegas masuk ke rumah dan kebetulan mendengar percakapan Miles dengan kepala pelayan.

Miles bertanya, "Kepala Pelayan, menurutmu kalau Mama tahu Papa cuma pura-pura nikah sama Mama, Mama bakal sedih nggak?"

Serena memelotot. Kepala pelayan tersenyum lembut dan menjawab, "Mau bagaimana lagi? Tuan Raven nggak suka sama Nyonya Serena. Tuan Miles tahu itu."

Miles mendengus dengan suaranya yang gemas dan menanggapi, "Sebenarnya aku juga nggak suka sama Mama. Aku lebih suka Tante Lumi. Dia lembut sekali. Setiap kali Mama antar aku ke kantor, Tante Lumi pasti kasih aku banyak makanan enak dan mainan."

Miles menambahkan, "Nggak kayak Mama yang selalu bilang nggak baik kalau makan camilan kebanyakan! Mama cuma suruh aku rajin belajar! Menyebalkan! Alangkah baiknya kalau Tante Lumi bisa nikah sama Papa."

Serena mengepalkan tangannya dengan erat. Hatinya sangat sakit sampai-sampai dia hampir pingsan.

Bahkan anak yang dikandung Serena selama sepuluh bulan dan dibesarkannya dengan susah payah juga sama seperti Raven, tidak berperasaan.

Serena teringat momen-momen keharmonisan keluarganya. Dia merasa semuanya seperti mimpi. Lebih tepatnya mimpi buruk yang kelihatan indah.

Dulu, kakaknya Serena menentang adiknya menikah jauh dari keluarga. Dia takut Serena menderita. Seharusnya Serena mendengar nasihat kakaknya.

Jika kakaknya Serena tahu perbuatan Raven dan sikap Miles kepada Serena, takutnya kakak Serena akan menghajar mereka berdua.

Mata Serena memerah. Dia mengerjap, lalu turun ke lantai bawah. Sebelumnya Serena tidak takut mati demi suami dan anaknya. Itulah sebabnya dia memilih untuk menjalani operasi. Sekarang harapan itu hancur.

Serena berjalan ke ruang tamu, lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon, "Kak, aku mau cerai. Kamu jemput aku pulang ya?"
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status