Share

Bab 48

Author: MXXN
last update Last Updated: 2025-09-04 09:04:08

Maya terbangun di kamar utama, masih mengenakan lingerie hitamnya yang kini kusut dan kaku di beberapa bagian. Dia melirik ke sisi tempat tidur yang kosongirwan tidak pernah naik semalam seperti yang dia janjikan. Bekas-bekas kegiatan semalam masih terasa di tubuhnya; setiap gerakan kecil membuat kain tipis di tubuhnya bergesekan dengan kulitnya yang masih sensitif, mengirimkan sensasi yang membuatnya menggigit bibir.

Dengan langkah tertatih, Maya berjalan ke kamar mandi. Di depan cermin, dia menatap refleksi tubuhnya dengan campuran takjub dan malu. Lingerie hitam yang dia kenakan dari sesi dengan Pak Karyo di kamar tamu semalam kini tampak berantakan dan kotor. Dengan jari gemetar, Maya melepas tali tipis di bahunya, membiarkan kain itu meluncur turun.

"Ya Tuhan..." bisiknya, melihat kondisi tubuhnya. Bekas-bekas kemerahan tersebar dari leher hingga paha dalamnyajejak aktivitas intens dengan Pak Karyo. Maya berbalik, melihat bekas cakaran di punggungnya, bukti ba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 50

    "Pak Karyo!" desis Maya marah. Wajahnya mengeras, rahangnya mengejang. 'Sudah saya bilangkita nggak bisa! Program belum dimulai hari ini. Dan Inwan masih di rumah!"Kemarahan di matanya nyata. Ketegasan dalam suaranya tak terbantahkan. Tapi tubuhnyatubuhnya memberikan sinyal yang sepenuhnya bertentangan. Maya tidak mundur dari sentuhan itu. Jarinya mencengkeram tepi meja di belakangnya, tapi pinggulnya tetap di tempat. Napasnya berubah lebih dalam, lebih berat, saat jari-jari kasar itu menemukan pola melingkar yang semakin intim.'Maaf, Bu," Pak Karyo menunduk sedikit, nadanya berubah lebih formal meski tangannya melakukan hal yang sangat tidak formal di belakang tubuh Maya. Jari-jarinya terus bergerak, merasakan kehangatan menyebar dari tubuh majikannya meski dipisahkan kain.Maya menelan ludah, jari-jarinya mencengkeram tepi meja lebih erat saat tangan Pak Karyo bergerak lebih rendah, menelusuri lekuk pantatnya dengan sentuhan yang semakin berani. Napasn

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 49

    Maya mengangguk lemah. Aku selalu simpan beberapa butir buat situasi... sulit. Tapi hari itu, aku minum dua sekaligus. Aku terlalu panik."Irwan menatapnya tak percaya. "Dan lingerie? Beli kapan? Kenapa?"'Malem sebelumnya," Maya mengakui, suaranya nyaris tak terdengar. "Aku pikir... mungkin jadi lebih mudah kalo... kalo aku pake sesuatu yang..." dia tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya."Yang seksi? Yang bikin Pak Karyo terangsang? Irwan menyelesaikan dengan pahit. "Tapi buat aku, suami kamu selama enam tahun, kamu nggak pernah mau?"Maya menunduk, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku minta maaf, bisiknya. "Aku... aku nggak bisa jelasin kenapa. Mungkin karena... karena sama kamu, aku selalu merasa harus jadi istri sempurna. Eksekutif sukses. Tapi sama dia...""Kamu bisa jadi perempuan jalang, Irwan menyelesaikan dengan kejam, membuat Maya tersentak."Nggak gitu!" Maya terisak pelan. "Tapi sama dia, aku nggak perl

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 48

    Maya terbangun di kamar utama, masih mengenakan lingerie hitamnya yang kini kusut dan kaku di beberapa bagian. Dia melirik ke sisi tempat tidur yang kosongirwan tidak pernah naik semalam seperti yang dia janjikan. Bekas-bekas kegiatan semalam masih terasa di tubuhnya; setiap gerakan kecil membuat kain tipis di tubuhnya bergesekan dengan kulitnya yang masih sensitif, mengirimkan sensasi yang membuatnya menggigit bibir.Dengan langkah tertatih, Maya berjalan ke kamar mandi. Di depan cermin, dia menatap refleksi tubuhnya dengan campuran takjub dan malu. Lingerie hitam yang dia kenakan dari sesi dengan Pak Karyo di kamar tamu semalam kini tampak berantakan dan kotor. Dengan jari gemetar, Maya melepas tali tipis di bahunya, membiarkan kain itu meluncur turun."Ya Tuhan..." bisiknya, melihat kondisi tubuhnya. Bekas-bekas kemerahan tersebar dari leher hingga paha dalamnyajejak aktivitas intens dengan Pak Karyo. Maya berbalik, melihat bekas cakaran di punggungnya, bukti ba

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 47

    "Kampret!" umpatnya pelan.Dia teringat kata-kata Maya tentang kejujuran. Mungkin inilah saatnya jujur, pertama-tama pada dirinya sendiri. Mungkin dia memang memiliki kecenderungan ini, fetish yang tidak dia sadari selama ini.Tapi apa ini benar? Apa diagnosisnya tepat? Ini semua terlalu baru, terlalu membingungkan, terlalu bertentangan. dengan segala yang dia tahu tentang dirinya selama ini."Aku butuh bantuan," putusnya akhirnya. "Bantuan profesional."Mencari di ponselnya, Irwan menemukan beberapa nama psikolog spesialis seksual di Jakarta. Dengan tangan gemetar, dia mengirim email untuk membuat janji."Pak Andy Susanto, Ph.D.Spesialis Terapi Pasangan & Psikologi SeksualHalo Pak Andy, Saya Irwan Prasetyo, 36 tahun. Saya ingin membuat janji konsultasi untuk hari ini jika memungkinkan. Saya mengalami masalah personal yang membutuhkan bantuan profesional segera. Terima kasih atas perhatiannya. Irwan".Setelah email terk

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 46

    Irwan menatap kosong ke layar laptop di hadapannya. Tabel Excel untuk presentasi besok mulai mengabur di matanya setelah berjam-jam dia duduk diam di kursi ruang kerjanya. Bukan karena lelah. Bukan karena bosan. Tapi karena pikirannya terus kembali ke lantai atas ke kamar tamu di mana, beberapa jam lalu, Maya dan Pak Karyo...Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, jari-jarinya memutih. Tiga jam. Tiga jam penuh dia duduk di sini, mendengarkan suara-suara itu. Desahan Maya. Jeritan nikmatnya. Kata-kata yang tidak pernah dia bayangkan akan keluar dari mulut istrinya."Ahh! Di situ! Terus! Pak Karyo... tusuk terus... enak banget!"Tolong... Pak Karyo... entot aku lebih keras..."Irwan mengusap wajahnya kasar. Dia sudah mencoba segalanya memasang headphone, membesarkan volume musik, bahkan membanting pintu ruang kerjanya-tapi jeritan-jeritan Maya masih terngiang jelas di kepalanya. Perutnya mulas oleh campuran emosi-marah, sakit hati, terhina, tidak berdaya. Tapi

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 45

    Suara langkah kaki dari dapur membuat Maya terdiam. Pak Karyo muncul dengan membawa nampan berisi hidangan utama beef wellington yang sempurna dengan saus red wine. Ironi pahit dari makan malam romantis yang seharusnya mereka nikmati berdua.Pak Karyo bergerak dengan efisiensi yang sama seperti biasanya. Sikapnya tetap profesional, punggungnya sedikit membungkuk saat meletakkan piring-piring di hadapan mereka. Namun ada sesuatu yang berbeda dalam caranya berjalan-percaya diri yang sedikit lebih tinggi, langkah yang sedikit lebih tegas."Selamat menikmati, Pak, Bu," ucapnya sopan.Saat menuangkan air untuk Maya, posisinya sedikit berubah. Tubuhnya condong ke arah Maya, bibirnya hampir menyentuh telinga wanita itu. Napasnya yang hangat menggelitik kulit Maya saat dia berbisik."Mulut Bu Maya enak banget, bisiknya dengan suara rendah yang hanya bisa didengar Maya. "Makasih udah bikin saya jadi pria pertama yang Bu Maya puasin pake mulut. Istri saya a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status