Share

Bab 52

Author: MXXN
last update Last Updated: 2025-09-06 09:02:53

"Besok ya?" tanya Maya, dengan senyum ringan dan nada antusias yang dia harap cukup meyakinkan. "Di rumah. Om Hadi jam berapa?"

"lya, jam 1 siang," Irwan mengangguk. "Mama udah nanyain kita beberapa kali."

Maya melepaskan pelukannya perlahan, tersenyum meski hatinya berat. "Oke, besok kita dateng. Dia merapikan rambut Irwan yang sedikit berantakan. "Aku akan tampil cantik buat kamu."

Irwan tersenyum tipis. 'Thanks, Yang,"

"Kamu berangkat jam berapa?" tanya Maya, mengalihkan topik.

"Setengah jam lagi." Irwan melirik jam tangannya. "Masih harus nyiapin golf set."

"Mau aku bantu?" Maya menawarkan, masih dalam mode manja yang tidak biasa.

Irwan menggeleng, tapi senyumnya semakin lebar. "Nggak usah. Kamu istirahat aja."

Maya mengangguk, lalu tiba-tiba melingkarkan tangannya di leher Irwan dan mencium pipinya berulang kali. "Mmuah, mmuah, mmuah! Hati-hati ya golfingnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 57

    Maya membuka mulutnya, membiarkan Pak Karyo mendorong kejantanannya masuk perlahan. Ukurannya membuat Maya kesulitanmulutnya terasa penuh hanya dengan kepala kejantanan Pak Karyo. "Lebih lebar, Pak Karyo mendesak, tangannya mengarahkan kepala Maya.Maya mencoba membuka mulutnya lebih lebar, lidahnya bermain di bagian bawah kejantanan Pak Karyo. Sensasi aneh menguasainyarasa malu bercampur dengan kebanggaan aneh bahwa dia, seorang eksekutif sukses, kini berlutut melayani pembantu rumahnya. Ada sesuatu yang sangat membebaskan dalam. ketidakberdayaan ini, dalam melepaskan kendali dan hanya mengikuti perintah.Apakah ini masih untuk program? Maya bertanya dalam hati, sambil terus menggerakkan kepalanya maju-mundur.Maya menatap kejantanan Pak Karyo yang berdenyut di depan wajahnya. Dengan ragu, dia membuka mulutnya lebih lebar, membiarkan Pak Karyo mendorong masuk perlahan. Ukurannya membuat rahangnya terasa nyeri, pipinya mengembung penuh saat kepal

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 56

    Keheningan mengisi kamar tamu setelah kata-kata tegas Maya. Meski tubuhnya masih bergetar dari sisa orgasme, Maya tetap mempertahankan prinsipnyadi luar "program' kehamilan mereka, sentuhan Pak Karyo adalah pelecehan. Tatapan Pak Karyo berubah, campuran kekagetan dan, anehnya, sedikit rasa hormat.Maya masih terduduk di tepi tempat tidur, napasnya terengah, pakaiannya berantakan. Keringat mengalir di pelipisnya, rambutnya yang biasa rapi kini kusut. Di hadapannya, Pak Karyo berdiri dengan ekspresi yang sulit dibacakemarahan, rasa kagum, dan nafsu bercampur jadi satu. Dia tidak pernah menghadapi penolakan seperti ini, terutama setelah memberi wanita kenikmatan begitu hebat."Ya sudah," Pak Karyo akhirnya berkata, tangannya beralih mengelus rambut Maya dengan gerakan yang hampir lembut. "Saya maafın Bu Maya soal tamparan tadi pagi. Tapi... Dia membimbing kepala Maya turun, mengarahkannya ke selangkangannya. "Bu Maya harus buktiin kalo bener-bener minta maaf."

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 55

    Wajah Maya semakin memerah, bayangan dirinya klimaks di dapur sementara Irwan berada di ruang kerja membuatnya malu sekaligus... anehnya, sedikit terangsang. "Tapi itu beda!" protesnya, suaranya lebih tegas meski tubuhnya masih lemas. 'Tadi pagi kan di dapur... Irwan masih di rumah!""Tapi Bu Maya nikmatin, kan?" tanya Pak Karyo, matanya menatap tajam ke mata Maya. Jari-jarinya yang basah oleh cairan Maya dia angkat ke wajahnya sendiri, menghirup aroma intim Maya dengan nikmat sebelum menjilat jarinya sendiri dengan gerakan lambat yang vulgar.Maya terkesiap melihat gerakan intim itu, pipinya terbakar malu. Jantungnya berdegup liar melihat Pak Karyo begitu menikmati rasanya di jari. Perutnya terasa mulas campuran gairah dan rasa bersalah yang tidak bisa dia jelaskan."I-iya, tapi... Maya tergagap, tangannya mencengkeram tepi meja lebih erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Itu beda banget! Di dapur tadi... tanpa jadwal... tanpa kesepakatan... itu bukan p

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 54

    Rasa malu dan gairah bercampur dalam dadanya, menciptakan koktail emosi yang memabukkan. Saat matanya. bertemu dengan mata Pak Karyo di cermin, Maya melihat kilatan kemenangan di sanasesuatu yang tidak pernah dia lihat dari pria yang selama ini selalu menunduk di hadapannya,"Bu Maya diem aja, dia berbisik, bibirnya menyusuri leher Maya dari belakang, meninggalkan jejak basah yang mengirimkan percikan listrik ke seluruh tubuh wanita itu. "Liat cermin. Liat wajah Bu Maya sendiri."Maya terpaku menatap cermin. Bibirnya yang bengkak dari ciuman kasar barusan. Rambutnya yang mulai berantakan. Pupil matanya yang melebar, tanda gairah yang tidak bisa disembunyikan. Di belakangnya, Pak Karyo menatap dengan mata predator, senyum puas tersungging di wajahnya yang kasar.Tangan Pak Karyo semakin agresif. Jari-jarinya dengan ahli membuka kancing celana Maya, lalu menurunkan zippernya tanpa kesulitan. Maya bisa merasakan jari kasar itu menyusup ke balik kain celana da

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 53

    Pak Karyo memimpin Maya masuk ke kamar tamu. Tangannya mencengkeram pinggang wanita itu dengan posesif, jari-jarinya menekan kuat hingga meninggalkan jejak panas di kulit Maya. Aroma tubuh Pak Karyo campuran keringat maskulin dan sabun murah memenuhi indra penciuman Maya, membuatnya pusing oleh kontras dengan parfum mahalnya sendiri.Ketika sudah di dalarn, Pak Karyo tidak mengarah ke tempat tidur. Dia mendorong Maya dengan kasar hingga tubuh wanita itu terhentak berhenti tepat di depan cermin besar yang berdiri di sudut kamar. Maya menabrak meja rias dengan pinggulnya, menimbulkan suara berdenting dari botol parfum yang bergetar."Pak..." Maya menggumam bingung, napasnya sedikit tercekat."Sst," Pak Karyo meletakkan jari telunjuknya di bibir Maya, menekannya hingga bibir bawah Maya sedikit terbuka."Bu Maya liat cermin.".Tubuh kekar Pak Karyo menempel erat di punggung Maya, memaksanya menghadap cermin. Panas tubuh pria itu menembus kain

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 52

    "Besok ya?" tanya Maya, dengan senyum ringan dan nada antusias yang dia harap cukup meyakinkan. "Di rumah. Om Hadi jam berapa?" "lya, jam 1 siang," Irwan mengangguk. "Mama udah nanyain kita beberapa kali." Maya melepaskan pelukannya perlahan, tersenyum meski hatinya berat. "Oke, besok kita dateng. Dia merapikan rambut Irwan yang sedikit berantakan. "Aku akan tampil cantik buat kamu." Irwan tersenyum tipis. 'Thanks, Yang," "Kamu berangkat jam berapa?" tanya Maya, mengalihkan topik. "Setengah jam lagi." Irwan melirik jam tangannya. "Masih harus nyiapin golf set." "Mau aku bantu?" Maya menawarkan, masih dalam mode manja yang tidak biasa. Irwan menggeleng, tapi senyumnya semakin lebar. "Nggak usah. Kamu istirahat aja." Maya mengangguk, lalu tiba-tiba melingkarkan tangannya di leher Irwan dan mencium pipinya berulang kali. "Mmuah, mmuah, mmuah! Hati-hati ya golfingnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status