Share

Kepincut Suami Kontrak Ku
Kepincut Suami Kontrak Ku
Author: Eunoia

1 Orang Yang Dipilih

Merasa bosan di rumah terus, siang itu Kayla memutuskan ke Mall besar sekalian belanja bahan makanan yang mulai habis. Ia hanya sendirian, tidak punya banyak teman juga. 

"Ibu suka banget buah anggur, aku beli agak banyakan deh," gumamnya. 

Setelah pulang belanja, Kayla akan mampir ke rumah Ibunya. Jaraknya memang lumayan jauh, hampir satu jam an. Tetapi Kayla sangat merindukan Ibunya itu, mungkin dengan pelukannya bisa membuat perasaannya membaik. 

"Semua totalnya jadi enam ratus tujuh puluh ribu," kata si kasir. 

Kayla memilih membayar dengan kartu debit nya. Karena belanjaan lumayan banyak, jadi membawanya dengan trolli ke mobilnya. Mobil putih bagus itu harganya sangat mahal, bukan Kayla yang beli, tapi di hadiahkan seseorang. 

Baru saja memakai seatbelt nya, Kayla terkejut karena seseorang tiba-tiba memasuki mobilnya dan duduk di sebelahnya. Kayla repleks menjerit panik, sambil bersikap siaga pada pria asing itu. 

"Heh siapa kamu? Ini mobil saya, keluar!" usir nya keras. 

Pria itu menoleh, "Aduh maaf banget mbak, saya kira gak ada orangnya."

"Kamu maling ya? Jangan macam-macam atau saya teriak sekarang."

"Jangan mbak, saya bukan penjahat kok," bantah nya cepat. 

"Jangan bohong, terus kenapa main masuk mobil orang sembarangan?!"

"Aduh gimana ya mbak jelasinnya, tapi intinya sekarang saya lagi dikejar orang mbak, jadi panik dan berusaha sembunyi."

Tatapan Kayla memicing, merasa tidak percaya, "Bohong, pasti kamu beneran penjahat."

Baru saja Kayla teriak meminta tolong, tapi pria itu dengan cepat membekap bibirnya. Posisi mereka kini sangat dekat, bahkan dengan kurang ajarnya pria itu memeluknya dari belakang. 

"Sshtt mbak jangan berisik dong, itu rentenir nya mau lewat kesini. Entar dia tahu lagi saya di sini," ucap pria itu. 

"Emmhh mm!" Kayla tidak bisa bicara jelas karena bibirnya di bekap. 

Setelah memastikan dua pria berbadan besar itu menjauh, baru lah pria itu melepaskan Kayla. Tetapi pipi kirinya langsung ditampar, membuat wajahnya berpaling. Pria itu mengusap pipinya sambil meringis pelan. 

"Dasar laki-laki kurang ajar! Saya bakal laporin kamu ke polisi!" teriak Kayla. 

"Maafin saya mbak, tapi saya beneran bukan orang jahat ataupun mesum mbak. Tolong percaya saya, saya ini orang baik-baik kok."

"Saya gak percaya!"

"Aduh saya harus jelasin apalagi nih?" gumam pria itu panik, "Lihat ini identitas saya, takut mbak belum percaya."

"Ngapain? Gak butuh. Mending sekarang kamu keluar, saya masih maafin kamu."

"Tapi saya takut mbak."

"Takut apa?"

"Nanti preman tadi ngejar saya, saya bisa-bisa dihajar."

"Hah?"

"Ceritanya panjang, mbak mau dengerin gak?"

Kernyitan terlihat di kening Kayla, untuk apa juga dirinya mendengarkan cerita pria asing kurang ajar itu? Kayla masih kesal dengan sikapnya tadi, tidak sopan sekali. 

"Tolongin saya mbak, bisa nebeng dulu sebentar gak menjauh dari sini," pintanya memelas. 

"Tapi kamu beneran bukan orang jahat, kan?" sinis Kayla. 

"Astaga bukan mbak, emangnya tampang saya kelihatan orang jahat ya?"

Tidak sih, batin Kayla. 

Malahan setelah diperhatikan, pria itu tampan juga. Penampilannya juga lumayan rapih, tidak urakan seperti penjahat lainnya. Tetapi kan Kayla hanya jaga-jaga saja, tidak mau melihat dari luar saja. 

"Ya sudah, tapi awas saja kalau kamu macam-macam!"

"Iya mbak, tenang saja. Saya duduk diam di sini, gak bakal ganggu."

Dengan terpaksa, Kayla pun mengemudikan mobilnya itu pergi. Sesekali Ia melirik awas pria yang duduk di sebelahnya ini, khawatir saja jika pria itu bertindak kurang ajar lagi. 

"Mau turun dimana?" tanya Kayla sambil tetap fokus menyetir. 

"Depan mini market aja deh mbak."

"Oke."

Saat sedang menyetir, perhatian Kayla teralih mendengar suara perut berbunyi di sebelahnya. Ia langsung menoleh terkejut, sedang pria itu menunduk menyembunyikan wajah malunya. 

"Maaf mbak," ucapnya pelan. 

"Kamu lapar ya?"

"Hah? Enggak kok," bantah nya. 

"Terus kenapa perutnya bunyi?"

"Enggak tahu, emang suka begini."

"Nanti pas turun, sekalian aja beli makanan di mini market."

"Saya gak punya uang."

"Jangan bohong, kamu mau meras saya ya sekarang?"

"Terserah mbak deh mau percaya atau enggak, tapi makasih ya sudah nebengin saya sampai di sini."

Kayla terdiam beberapa saat, entah kenapa jadi tidak tega sendiri melihat pria itu. Sepertinya memang dia bukan orang jahat, toh tidak mengancam dan memeras nya. Sebelum pria itu turun, Kayla memanggilnya lagi. 

"Siapa nama kamu?" 

"Oh iya kita belum sempat kenalan, nama saya Adrian."

"Saya Kayla."

"Sekali lagi makasih ya Kayla sudah anterin saya dan maaf juga atas kejadian tidak sopan tadi," ucap Adrian sambil mengusap tengkuknya. 

"Hm, tunggu."

"Ada apa?"

Kayla membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah roti, Ia pun memberikannya pada Adrian. Awalnya pria itu menolak malu-malu, tapi terus Kayla paksa akhirnya menerima juga. 

"Tadi kenapa kamu dikejar dua orang itu?" tanya Kayla penasaran. 

"Mereka itu rentenir," jawab Adrian yang sedang memakan rotinya rakus. 

"Berarti kamu pinjam uang sama mereka ya?"

"Iya dan jumlahnya besar."

"Berapa?"

"Sekarang sudah dua ratus juta."

Kayla tersedak ludahnya sendiri mendengar itu, "Kenapa banyak banget? Emangnya uang sebanyak itu buat apaan?"

"Buat bayar hutang saya."

"Aneh, tapi kan sekarang kamu jadi hutang lagi sama mereka."

"Iya sih, malahan sekarang taruhannya nyawa saya."

Tanpa Kayla duga, Adrian malah bercerita bagaimana dirinya bisa meng hutang. Hanya alasan konyol, yakni yang tidak sengaja memecahkan botol dengan isi wine seharga seratus juta lebih. 

"Sungguh? Kamu gak lagi bercanda?" tanya Kayla. 

"Iya, cuma gara-gara wine."

Kayla tidak bisa lagi menahan tawanya. Merasa alasan Adrian sampai berhutang sebanyak itu sangat konyol, hanya karena minuman alkohol. Tetapi tawa Kayla perlahan terhenti melihat tatapan kesal Adrian, sepertinya tersinggung. 

"Ekhem, bagaimana bisa?"

"Dulu saya kerja di kapal pesiar begitu, khusus perjalanan untuk orang-orang kaya."

"Waw keren juga, kerja di bagian apa memangnya kamu?"

"Koki."

"Hah? Kamu Koki? Kok saya gak percaya ya?"

"Mbak pasti gak percaya cowok ganteng kaya saya bisa masak ya? Tapi saya beneran bisa masak kok, mau dalam ataupun luar negeri," ucap Adrian sombong. 

"Terus?"

"Ya terus pas saya lagi sajiin makanan ke salah satu tamu, saya malah gak sengaja kepeleset terus nyenggol wine nya yang mahal itu sampai pecah, padahal belum mereka minum."

"Astaga," ringis Kayla, sekarang sudah mengerti, "Pasti kamu dimarahin ya?"

"Iya, saya juga sempat dimaki-maki dan dimintai tanggung jawab. Huh dasar orang kaya, sombong dan seenaknya pada orang biasa."

Padahal keduanya baru kenal, dengan kejadian tidak terduga juga. Tetapi kenapa sekarang seperti sudah nyaman mengobrol bahkan sampai bercerita panjang? 

"Saya bisa bantu kamu untuk lunasi hutang sebanyak itu," ucap Kayla tiba-tiba. 

"Beneran mbak?" tanya Adrian berbinar. 

"Iya, tapi ada syaratnya."

Entah kenapa, Kayla malah terpikirkan ini. Semoga saja keputusannya tepat, lagi pula Adrian pun sepertinya sedang membutuhkan uang. Bukankah mereka bisa saling membantu? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status