Share

Bagian 4

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2021-12-03 12:53:31

Sraaat!

Darah menyembur ke udara. Aroma anyir menyeruak, menusuk hidung. Suara geraman memekakkan telinga. Farzam berguling ke kanan saat lawannya mencoba menyeruduk.

Tanduk megah bozkou menancap di salah satu batang pohon. Farzam melompat setinggi mungkin. Satu gerakan cepat, pedangnya memenggal kepala hewan buruan.

“Satu lagi persediaan makanan.”

Tawa Farzam pecah. Target buruan kesatria terkuat Kerajaan Arion memang berbeda. Tempat berburunya pun sangat ekstrim, Lembah Kematian. Lokasi terkutuk ini memiliki hewan-hewan aneh. Bozkou adalah salah satunya, makhluk bertubuh seperti sapi, tetapi bertanduk layaknya rusa jantan. Ekornya memiliki ujung runcing nan tajam dan beracun. Perburuan bozkou oleh Farzam adalah ajang pelatihan, bukan sekedar mencari persediaan makanan. 

Farzam tersenyum puas melihat tumpukan bozkou bersimbah darah. Keluarga kecilnya tidak akan kelaparan sampai berbulan-bulan. Ya, kecil karena dia hanya tinggal berdua dengan sang istri. Sepuluh tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. 

Farzam segera membersihkan pedangnya di sungai. Seekor kupu-kupu bersayap keemasan terbang berputar-putar. Dia mengerutkan kening dan memutuskan untuk mengikuti hewan itu, menembus pepohonan rimbun dengan daun-daun biru dan buah berbentuk seperti kepala manusia. 

“Owe! Oweee!”

Farzam tersentak, suara bayi!

Dia berbelok cepat ke arah asal suara. Kini, tubuh tegap harus melewati sulur-sulur merambat dengan bau menyengat. Dia meningkatkan kewaspadaan. Tempat dengan vegetasi seperti ini adalah sarang marex, hewan aneh mirip ular, tetapi memiliki sisik sekeras baja dan empat cakar berkuku tajam.

“Owe! Oweee!”

Tangisan bayi terdengar semakin keras. Farzam mempercepat langkah. Ada rasa bahagia membuncah. Namun, dia tetap waspada. Terkadang, makhluk-makhluk mitologi di tempat terkutuk seperti Lembah Kematian bisa menirukan suara manusia.

Senyuman terbit di bibir saat sumber suara tangisan tertangkap pandangan. Bayi perempuan dengan iris mata hitam pekat dan berkulit putih terbungkus sutra merah tergeletak di salah satu lubang pohon. Farzam sempat ragu. Makhluk mungil itu begitu indah, seolah bukan spesies manusia. Terlebih, anting di telinga si bayi juga terlihat seperti simbol yang aneh. Namun, saat membayangkan wajah semringah istrinya yang telah sepuluh tahun mengharapkan anak, dia memantapkan hati.

Farzam hampir meraih bayi mungil. Seekor marex tiba-tiba merayap mendekat. Farzam segera mencabut pedang. Namun, hal menakjubkan sekaligus mengerikan terjadi.

Craaak!

Farzam ternganga dan terduduk. Tangan mungil bayi dengan santai meraih leher marex dan mencekiknya hingga mati. Kelemahan makhluk itu memang pada bagian leher.

“Membunuh marex dengan tangan kosong? Luar biasa! Bayi ini bukan bayi biasa! Terima kasih, Tuhan!”

Sebenarnya, mendapatkan anak saja sudah membuat Farzam senang. Namun, ternyata keberuntungan memang berpihak padanya. Bayi perempuan nan cantik itu juga memiliki kemampuan dan kekuatan yang tidak wajar, sangat pas untuk menjadi penerus kesatria.

Kesadaran Farzam telah kembali. Dia menggendong si bayi. "Gulzaar Heer, itu namamu sekarang. Ayah akan membuatmu jadi ksatria terhebat di Kerajaan Arion!" serunya girang. 

Farzam yang tadinya hendak membopong beberapa ekor bozkou untuk dijadikan cadangan makanan mengurungkan niatnya. Dia hanya membawa satu ekor agar bisa menggendong bayi perempuan cantik itu. Wajah beringasnya terlihat cerah. Kesatria terhebat Kerajaan Arion yang selalu diolok-olok mandul kini memiliki buah hati.

Tak lama waktu yang diperlukan Farzam untuk mencapai rumah. Setelah melemparkan bozkou di halaman, dia langsung mengetuk pintu dengan tempo cepat. Terdengar sahutan kesal dari dalam.

“Iya, sebentar! Sabarlah, Farzam! Kau ini selalu tidak sabaran!”

Pintu perlahan terbuka. Delaram yang tadi membukakan pintu langsung melanjutkan kembali memasak. Dia tak menyadari sang suami tengah mengendong bayi.

“Lihatlah apa yang kubawa, Delaram! Berkah untuk keluarga kita.”

“Halah, paling juga bozkou!” ketus Delaram tanpa mengalihkan pandangan dari panci karena tengah membumbui sup.

“Lihat dulu, Delaram!”

Delaram mendecakkan lidah dan mengalihkan pandangan. Netranya seketika terbelalak, lalu meluruhkan air mata. Sendok sup jatuh ke lantai. Dia menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Namun, keterkejutan bercampur bahagia melimpah ruah itu hanya berlangsung sebentar. 

Delaram mendadak memicingkan mata. “Kamu tidak menculik anak orang, ‘kan?” tanyanya penuh selidik.

Farzam mendelik. “Enak saja, aku mendapatkan di Lembah Kematian. Sepertinya, dibuang ....”

“Dibuang? Bagaimana mungkin ada yang tega membuang bayi secantik ini?” Delaram merebut bayi dari gendongan suaminya. “Ya ampun, kamu manis sekali bayi kecil.”

“Aku memberinya nama Gulzar Heer.”

“Ah, dia memang secantik bunga mawar, tapi kenapa harus ditambahkan kata kuat juga, Farzam? Kenapa bukan kata anggun saja?”

“Ah, itu karena ...,” Farzam berpikir sejenak, tak mungkin mengatakan bayi itu mencekik mati seekor marex, “karena kukira anak perempuan pun harus kuat agar tidak terancam bahaya.”

“Benar juga, tidak sedikit laki-laki berengsek zaman sekarang. duduklah, aku sudah buatkan sup bozkou.”

Delaram menimang bayi mungil, lalu mematikan tungku. Dia menggunakan kemampuan pengendali angin untuk menyajikan sup bozkou. Farzam duduk di kursi, lalu mencomot sepotong roti dan mulai menikmati supnya.

Tiba-tiba tangis bayi memecah keheningan. Sepasang suami-istri itu sama sekali tidak terganggu, malah terharu. Rumah sederhana mereka kini tak sepi lagi. Namun, keduanya saling bertatapan saat hal aneh terjadi. Tangan mungil Gulzar Heer meronta-ronta, menarik baju Delaram hingga sobek. Hening sejenak.

“Ah, mungkin kain baju ini sudah terlalu rapuh,” ucap mereka bersamaan berusaha menepis keanehan yang terjadi.

...

Krieet

Suara pintu dibuka membuyarkan lamunan Farzam. Hari sudah gelap sempurna. Wajah galak istrinya menyembul dari balik pintu.

“Masuklah!”

Wajah muram Farzam berubah cerah. Dia bangkit dan membersihkan tanah dan rumput yang menempel di pakaian. Delaram membuka pintu lebih lebar, lalu mendelik saat lengan kokoh menariknya ke dalam dekapan.

“Terima kasih, Sayang, kuharap bisa memelukmu malam ini,” bisik Farzam.

“Jangan berharap lebih, Farzam. Aku ingin tidur dengan putriku tersayang selama seminggu ini.”

“Hah? Sayang, kau tidak bisa sekejam ini padaku.”

“Sudah tua, jangan genit!”

Delaram melepaskan pelukan Farzam dan mengeloyor menuju kamar Gulzar Heer. Namun, sang suami ternyata tak mau kalah. Setelah mandi, dia juga ikut tidur di kamar yang sama, berdempetan bertiga di ranjang kecil.

Akhirnya, Gulzar Heer yang merasa terjepit di tengah diam-diam menyelinap ke luar kamar. Dia memutuskan berbaring di atap sambil menatap langit malam. Matanya terpejam sejenak.

“Fay, apa yang sedang kamu lakukan saat ini? Argggh! Apa yang kupikirkan?”

...

Sementara itu, Pangeran Fayruza tengah menatap rembulan dari jendela kamar. Adegan berpelukan dengan Gulzar Heer terbayang di sana. Dia menggeleng dengan pipi memerah. Pintu yang dibuka dari luar membuatnya tersentak, Raja Faryzan.

“Ah, Yang Mulia, salam hormat hamba kepada Matahari Kerajaan.”

“Tidak usah terlalu formal, Nak. Ayah hanya ingin memintamu menghadiri pesta Keluarga Hesam.”

“Baik, Yang Mulia.”

Raja Faryzan menepuk bahu Pangeran Fayruza, lalu ke luar kamar. Sang pangeran mendesah berat. Dia tahu ada unsur rencana perjodohan dengan undangan pesta. Padahal, Pangeran Fayruza sudah memiliki gadis pujaan hati, Gulzar Heer.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status