Share

Bagian 5

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-03 13:23:12

“Lain kali, kau bersikan dulu dengan benar, Farzam!”

 “Iya, iya, Sayang.”

Semangkuk sup diletakkan dengan sedikit diihentak di meja. Farzam menelan ludah. Delaram melotot seolah-olah matanya akan terlempar keluar. Dia mendengkus sambil berkacak pinggang.

“Kau selalu mengatakan iya, tapi tidak pernah dilakukan dengan benar! Ada-ada saja yang kacau!”

Farzam mencoba merayu sang istri. “Maafkan aku, Sayang. Aku hanya sedikit lupa. Kau tahu, kan, suamimu ini sangat sibuk sehingga–”

“Selalu banyak alasan!” sergah Delaram, lalu melanjutkan omelannya.

Ya, seminggu berlalu tanpa terasa. Aktivitas pagi di rumah Farzam tak berubah. Delaram mengomeli sang suami sambil menata masakannya di meja makan. Gulzar Heer telah terbiasa dengan pertengkaran “manis” orang tuanya, tak banyak bicara, tampak fokus mengelap permukaan pedang. Sesekali dia melemaskan otot leher, menimbulkan bunyi “krek”, juga menggoyangkan ujung rambut sebahu yang dikucir kuda.

“Ah, Gulzar! Lagi-lagi kamu lupa memakai hadiah dari ibu,” keluh Delaram tiba-tiba. Namun, gerutuannya kepada Gulzar Heer lebih lembut dibandingkan saat mengomeli Farzam.

“Hadiah apa, Sayang?” Farzam yang menyahut, tetapi langsung bungkam saat dipelototi sang istri.

“Kenapa kamu tidak memakainya, Gulzar?”

“Maaf, Bu, aku lupa.”

Gulzar Heer bangkit dari kursi, menyarungkan kembali pedangnya. Dia melangkah cepat ke kamar dan kembali dengan penampilan spesial. Farzam sampai tersedak, hampir saja menyemburkan teh ke wajah Delaram. Untung saja, Farzam sempat mengalihkan pandangan, sehingga wajah sang istri terselamatkan. Hadiah yang dimaksud istrinya memang sedikit janggal ada pada seorang Gulzar Heer, hiasan rambut berbentuk kupu-kupu.

Delaram seketika menjadi semringah. “Nah, putriku jadi terlihat lebih manis! Kalau begini, pasti akan ada pria yang tertarik dan kita bisa mengadakan pesta pernikahan meriah!” serunya antusias. 

Farzam menepuk kening. “Ah iya, soal pernikahan, Ayah baru ingat! Ada kabar dari istana, Raja Faryzan merencakan perjodohan Pangeran Fayruza dengan putri sulung dari Keluarga Hesam. Sepertinya, mereka akan dipertemukan di pesta Keluarga Hessam hari ini.”

Bruk!

Farzam dan Delaram tersentak. Gulzar Heer menggaruk kepala sambil memungut pedangnya yang terjatuh.  Suasana sempat hening, hingga dia menarik kursi meja makan dan duduk di atasnya.

“Sepertinya, aku sangat kelaparan sampai tak kuat mengangkat pedang,” cetus Gulzar Heer sambil terkekeh canggung, lalu menyendok sup ke mulut.

Farzam terbahak-bahak mendengarnya. Sementara Delaram menatap penuh selidik. Dia semakin memicingkan mata saat melihat perubahan wajah sang putri setiap suaminya membicarakan perjodohan Pangeran Fayruza.

“Putrinya Tuan Hesam memang cantik dan anggun, sangat cocok mendampingi Pangeran Fayruza. Kudengar, dia juga baik hati dan hangat, juga–”

“Aku sudah selesai. Ayah, Ibu, aku permisi hendak mencari kayu bakar untuk persediaan musim dingin.”

Gulzar Heer mengelap mulut, lalu bangkit dari kursi. Dia bergegas ke luar rumah, seolah diburu hantu. Farzam hanya melongo melihat tingkah putrinya. Sementara itu, Delaram melotot, mendengkus-dengkus, dan menggemeletukkan gigi.

“Kenapa kau terus membahas perjodohan Pangeran Fayruza di depan Gulzar, Farzam?” desis wanita itu di telinga suaminya.

Farzam mengerutkan kening. “Memangnya kenapa? Mereka sahabat baik, Gulzar pasti senang pangeran akan menikah.”

“Farzaaam! Dasar lelaki tidak peka!” Tangan Delaram pun langsung melancarkan serangan jeweran maut.

“Aduh! Ampun, Sayang!” Farzam hanya bisa meringis dengan hati dipenuhi tanda tanya, kenapa istrinya begitu murka.

***

Pesta Keluarga Hesam berlangsung meriah. Mereka bahkan mengganti perabot lama dengan yang baru dan lebih mewah. Wangi semerbak dari ribuan tangkai mawar merah menyegarkan penciuman. 

Pangeran Fayruza duduk di salah satu meja perjamuan, menikmati segelas anggur. Tatapannya hampa dan tampak tak acuh dengan sekeliling. Dia bahkan terlihat tak menyadari gadis cantik bergaun merah muda mendekat dengan senyum malu-malu.

“Salam hamba untuk Pangeran Fayruza,” sapa si gadis, anak pertama Hesam.

“Salam,” sahut Pangeran Fayruza dingin.

Namun, sang gadis tampak tak ingin menyerah. Dia terus mengajak bicara, tak henti memuji kehebatan teknik penyembuhan sang pangeran. Kegigihan putrinya membuat Hesam yang tengah mengamati di kejauhan tersenyum bangga. Lelaki itu sangat fokus, hingga tak menyadari sang istri mendekat, lalu menarik lengannya.

“Ya ampun, kau membuatku kaget!” gerutu Hesam.

“Aku hanya heran denganmu.”

“Heran kenapa?”

“Sayang, ada apa denganmu? Bukankah kamu selalu menentang keinginan putri kita untuk menikah dengan Pangeran Fayruza? Bukankah kamu hendak mengincar Pangeran Ardavan yang akan menjadi calon putra mahkota?” cecar sang istri. Dia sempat merapikan gaun biru malamnya yang sedikit melorot.

Hesam terkekeh. “Gunakan otakmu, istriku. Berkumpul dengan para wanita bangsawan lain, apa tidak pernah kau gunakan untuk menggali informasi?”

Istri Hesam melongo. Bibir tersapu pewarna merah darah itu terbuka lebar, hampir saja dimasuki seekor nyamuk. Hesam menahan tawa melihatnya.

“Apa kau tidak tau kalau Pangeran Fayruza mendapat dukungan rakyat?”

“Tapi, bukankah negeri ini memegang teguh tradisi, penerus tahta haruslah anak pertama raja dan ratu?” Istri Hesam masih tak mengerti.

“Iya, jadi, kita akan biarkan Pangeran Ardavan menjadi putra mahkota bahkan sampai jadi raja, tapi semua orang tahu reputasinya buruk. Perlahan-lahan, kita hasut rakyat agar menggulingkan kekuasaannya. Otomatis, Pangeran Fayruza akan naik tahta, lalu putri kita menjadi ratu. Tugas kita hanyalah memperburuk citra Pangeran Ardavan secara halus, tapi mematikan.”

Istri Hesam mengangguk-angguk dengan mata berbinar, mungkin tengah membayangkan hidup sebagai mertua seorang raja. Namun, dia tercenung saat melihat putrinya di kejauhan. Ada yang aneh, Pangeran Fayruza tidak terlihat seperti biasanya.

“Sayang, tapi kenapa Pangeran Fayruza terlihat seperti mayat hidup?”

“Jangan sembarangan bicara, istriku!” tegur Hesam.

“Beliau biasanya selalu ramah, tapi pangeran di sana terlihat kaku dan jarang bicara.”

Hesam hendak menyahut. Namun, bangsawan lain menghampiri mereka, membicarakan masalah kapal dagang yang tengah disandera bajak laut. Dia tak jadi menimpali omongan sang istri dan mengekori rekan bisnisnya tersebut.

Istri Hesam berdecih. Untunglah, kekesalannnya cepat surut. Salah seorang istri bangsawan mendekat dan memuji-muji kemewahan pesta yang diselenggarakan. Mereka pun larut dalam obrolan menarik mulai dari rencana pesta berikutnya hingga tren gaun terbaru. 

Sementara itu, Pangeran Fayruza yang sedari tadi bersembunyi di balik tirai memasang raut wajah muram. Dia tak menyangka Keluarga Hesam menyimpan niat untuk mengadu domba demi kekuasaan. Pesta dengan rencana perjodohan sudah membuat sesak, terlebih saat mengetahui hati busuk sang tuan rumah. Pangeran Fayruza tadinya hanya ingin kabur. Dia menggunakan mana untuk membuat sosok palsu yang sangat mirip secara fisik dengannya. Kini, sang pangeran malah menemukan fakta menyakitkan.

“Ah, aku lelah! Sebaiknya, aku segera pergi dari sini,” keluhnya.

Saat para tamu gegap gempita dengan kemeriahan pesta, Pangeran Fayruza menyelinap keluar. Dia bergegas menuju danau di tengah-tengah taman Keluarga Hesam, lalu menceburkan diri. Perlahan, cahaya biru berpendar menyelimuti tubuhnya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status