Pergi Dari Rumah
Masih Cinta"Apa kabar? Lama nggak jumpa," tanya dokter Adi, sok akrab dan sok manis pula.Aku memutar bola mata dengan malas, kalau bukan karena ancaman Mami. Mana sudi datang ke rumah sakit, hanya untuk mengambil obat untuk Anne.Lagi, aku tak bisa menolak. Merasa terlalu bodoh, selalu diperalat oleh Mami dan Anne. Kalau bukan karena ikatan keluarga, malas sekali rasanya.Baru dua hari aku merasakan kebebasan yang haqiqi, Mami kembali menelpon. Bilang, kalau Anne kehabisan obat. Dan hanya ingin aku yang mengambilnya, dengan dalih Angga dan Mami sibuk.Sebenarnya maksud Anne apa sih? Kesannya kayak sengaja banget, buat hatiku geram tak berkesudahan.Apa nggak cukup, dia mendapat Angga. Kasih sayang Mami yang se
Mengabaikan Perintah Mami"Anne sakit, apa kamu nggak mau jenguk dia?" Mami datang, tanpa sempat bertanya tentang kabarku sama sekali.Apa dia nggak tahu, dengan kejadian terakhir saat aku berkunjung ke rumah?Mati-matian aku menekan rasa cinta yang masih membumbung tinggi, terhadap Angga. Lagi, Mami datang dengan membawa kabar perihal sang adik."Entar juga sembuh 'kan? Udah biasa itu, aku lagi nggak ada mood bagus untuk ke sana.""Ayolah Ann, sedikit saja kamu mengalah." Mami berdecak kesal. "Mami pusing, capek juga menghadapi kamu yang akhir-akhir ini nggak bisa diatur."Jelas saja, cinta yang membuat diriku sadar Mi! Kehilangan Angga, membukakan mata hati atas ketidak adilan Mami selama ini?Mami boleh sukses membangun butik dengan
"Anne ... Papi tahu kamu memang punya penyakit bawaan sedari kecil, tapi, jangan dijadikan alasan! Apalagi, ada hati yang jelas terluka."Bisa kulihat dengan jelas, bagaimana reaksi Anne dan Mami saat ini. Berjengit kaget dengan kedatanganku bersama Papi, ya kini aku bisa berdiri kokoh bersama cinta pertamaku.Papi masih hidup, hanya saja sudah berkeluarga bersama seorang wanita yang tak pernah kusuka.Tante Mita, begitu jutek. Dengan terang-benderang ia memperlihatkan semua itu, di depan Papi.Dan ... Seperti biasa, Papi hanya bisa pasrah. Begitulah, terkadang cinta mampu membutakan mata hati seseorang.Itulah sebabnya, aku mati-matian menahan untuk tidak menemui Papi. Tapi, hari ini aku sedang butuh bantuan."Lama tidak bertemu, rupanya kamu ada sia
Dengan tubuh bergetar hebat, Papi sedikit memaksaku untuk ikut masuk ke dalam rumahnya.Apa nanti tanggapan Tante Mita, perihal kedatanganku kali ini? Setelah sekian purnama, yang jelas banyak yang berubah dala diri.Ya benar, Anna Pratama Dewi. Bukan lagi perempuan penakut seperti dulu, akan kutunjukan sedang bersama siapa mereka berhadapan.Pintu terbuka lebar, saat seseorang membukanya dengan wajah ditekuk. Belum juga apa-apa, tapi, sudah merasa diajak perang."Masih ingat kamu sama Papi ... Hebat bener, datang disaat dia sedang berjaya," ucap Tante Mita ketus.Aku menelan ludah, berpegang tangan dengan kuat. Merasa ketar-ketir, dia lebih buas dari Mami Dewi.Dan yang paling penting, dia hanya Mami tiri. Ahh, bukankah sama saja? Aku tak perna
"Cepat katakan, ada hal penting apa? Hingga kalin repot untuk datang ke kantor," tanyaku, tak ingin berbasa-basi.Kutatap ketiganya secara bergantian, berakhir pada Angga. Pria yang sudah sah menjadi adik ipar, wajahnya tak banyak berubah. Terlihat selalu bermuram durja!"Santai Anna, kami ke mari hanya untuk mengajakmu ke suatu tempat. Kami ada rencana untuk pergi ke luar Negeri, sekalian Angga dan Anne honeymoon." Penjelasan Mami, cukup telak mengenai hati.Kenapa pula harus mengajakku untuk ikut serta? Jijik, jika harus ikut dengan mereka. Menyaksikan kemesraan, yang tak ingin kulihat."Maaf, aku kerja. Nggak ada waktu untuk ikut bersama kalian," elakku, menahan kekesalan di dalam dada.Setidaknya be
"Jadi ini calonmu itu Put? Cantik, langsing, kayaknya baik." Dengan antusias, Bu Hani terus saja memujiku. Senyumnya yang begitu manis, membuat diri merasa nyaman.Di kelilingi boss Putra, Bu Hani, dan Ayahnya. Aku merasa malu, juga merasa bersalah. Bagaimana jika mereka tahu, kalau apa yang kami tampilkan hanya sebuah kepura-puraan?Terlihat bahwa mereka bukan hanya keluarga kaya, tapi, hangat, dan baik. Apa bisa aku menusuknya dengan sebuah kebohongan?Arggggh, semua ini jelas karena kesalahan boss Putra. Dia menyeretku, ke dalam kubangan yang jelas tak ingin kumasuki.Lama hidup menjomblo, bukannya bersyukur ada yang lirik. Ini malah dengan sok, mau menolak.Parahnya ... Aku mau saja, hanya karena takut dipecat. Please Anna, kalau bukan karena ingin menunjukkan pada Mami
"Jadi ... Anne mengidap penyakit single or multifle fetal demise, satu atau kedua bayi menderita penyakit berbahaya yang mematikan. Begitu dok?" tanyaku, sambil bergidik ngeri. Bahasanya terlalu ribet, untuk aku yang biasa.Sore usai pulang bekerja, aku menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit. Tentu, ingin tahu separah apa penyakit yang sedang Anne derita.Untuk aku berjaga-jaga, dengan harapan lebih bisa tegar demi menolak keinginan Mami dan Anne yang selalu mengorbankan kebahagiaanku.Beruntung, setelah sedikit dipaksa dokter Adi mau sedikit menjelaskan. Meski tidak terlalu detail, sebab ia bilang Mami yang terus mewanti-wanti."Betul .... Kehamilan kembar memiliki resiko yang lebih tinggi, karena dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya," ungkap dokter Adi. Lagi aku hanya
Aku mencebik bibir, merasakan tusukan kekecewaan yang kian mendalam. Apa maksud Anne, ada di dalam mobil dokter Adi saat ini?Kalau bukan karena dokter yang terus memaksa, untuk menjemputku sepulang kerja. Ogah rasanya, dan melihat saudari kembarku rasa itu makin tergambar nyata."Masuk Ann, nanti aku jelaskan." Lagi, aku terpaksa menurut. Duduk di belakang kemudi, sedang mereka berada di depan membuat rasa yang entah apa ... Mengusik relung jiwa.Apa mungkin, dokter Adi ada maksud untuk mendamaikan aku dengan Anne?Aku sendiri nggak masalah, sepanjang dia bersikap apa adanya walau sakit tengah menerjang."Maaf ya Ann, tadi Anne datang ke RS. Kebetulan dia ada ambil obat, jadilah sekalian ak