Naina yang bengong mendengar ucapan keponakan Pak Herman, langsung buru-buru pamit tanpa menoleh kebelakang. Ia baru bernafas dengan lega setelah keluar dari firma hukum tersebut.
"Apa-apaan sih pria itu, ketika melihat ku tatapan matanya seperti ingin menguliti ku saja! Benar-benar menyebalkan! " gerutu Naina sepanjang jalan pulang.Mobil yang dikendarai Naina memasuki gerbang rumahnya. Ketika hendak menutup pintu mobil, ia terkejut melihat suaminya berdiri dengan sebuah koper di samping nya. Tidak hanya suaminya, tetapi ibu mertuanya dan adik ipar nya juga membawa koper masing-masing di samping mereka berdiri."Ada apa ini! Kenapa kalian semua di sini sambil membawa koper? " tanya Naina dingin dengan keras dan sorotan tajam."A-aduh Nai-naina sayang, Dzaki kan harus tinggal di sini? Masa suami istri tinggal terpisah! " jawab ibu Dzaki dengan gugup."Iya sayang, kita kan sudah menikah! Masa tinggal terpisah! " ucap Dzaki ikut bicar"Aaarrggghh.... Sial banget si Naina! Masa pisah kamar! Percuma sudah suami istri, tapi tidur terpisah. Gimana mau ambil perhatian nya coba. Uugghhh.. Sial... Sial! " ucap Dzaki sambil memukuli tempat tidur. Di lantai bawah Nyonya Rina ngomel-ngomel di dalam kamar yang mereka tempati. "Kurang ajar banget si Naina, emangnya kita ini pembantu apa? Dikasih kamar yang kecil begini! Ga ada AC, TV yang gede, cuma kipas angin modelan gini doang! Mana kalau mau apa-apa harus sendiri lagi! " gerutu Nyonya Rina sambil beresin pakaian nya. "Udah Ma, terima aja dulu apa yang di katakan Naina, toh kalau dia pergi, kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Tapi kita pura-pura aja lakukan yang ia katakan kalau dia ada di rumah. " sahut Diana dengan tersenyum devil. Mendengar ucapan putrinya, Nyonya Rina menjadi semangat dan mereka berdua mulai merencanakan rencana mereka untuk bersenang-senang di rumah besar ini. "Diana... Diana... Percuma saj
"Na-nadin.... " ucap Dzaki dengan wajah terkejut. "Kenapa Kak? Kaget aku memergoki kakak selingkuh? " jawab Nadin dengan senyum mengejek. "Apa maksud kamu? A-aku tidak selingkuh! Kamu salah paham Nadin? Kakak lagi nemenin sepupu kakak belanja. Namanya Sania, kakak kamu kenal kok dengan Sania. " ucap Dzaki gugup tapi masih berusaha membantah. "Aku bukan anak bodoh yang bisa di tipu, dan aku bukan kakakku yang gampang percaya. Cuih... Mana ada sepupu jalan berangkulan, pegangan tangan sambil cium pipi. " ucap Nadin mencibir Dzaki. "Lihat saja Kak! Kalau sampai kakak menyakiti hati kakak ku, aku akan membalas nya berkali-kali lipat. Ingat itu!! " ancam Nadin dengan menunjuk tubuh Dzaki. Setelah mengatakan ancaman nya, Nadin pun pergi sambil membawa belanjaannya dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. "Sialan!! Apes banget!! Kenapa sampai ketemu dengan Nadin? Bisa gawat kalau ia mengadu pada kakaknya itu. Sial... Sial... "
"Hei berhenti! " Teriak seseorang dari arah belakang. Para preman itu sontak menghentikan kegiatan mereka yang hendak menarik keluar tubuh Naina. Naina yang tadi meringkuk ketakutan mengangkat wajahnya melihat kebelakang. Ia memencet ponselnya dengan tangan yang gemetar dan mata yang sembab karena menangis. Ia menelpon polisi dan memberitahu kan kejadian yang ia alami dan dari dalam mobil Naina melihat para preman itu berkelahi dengan perempuan yang berteriak tadi. Perempuan itu sungguh hebat karena tidak satupun pukulan preman tersebut mengenai dirinya karena perempuan itu dengan lincah menghindar dari serangan para preman. Ketika giliran perempuan itu menyerang, para preman keok terkena serangan beruntun yang dilakukan perempuan itu secara bertubi-tubi dan membuat para preman tersebut langsung terkapar di jalanan. Ketika hendak melangkah, tiba-tiba datang mobil polisi dengan suara sirine yang kencang. Pak polisi segera membekuk preman yang pingsa
"Ada apa Kak? Apa ada yang sakit? Dimana sakitnya Kak? " tanya Farida dengan wajah panik. "Gak ada apa-apa.. Gak ada yang sakit. Kakak lupa kalau kakak ada meeting dengan klien di cafe jalan xxx. " jawab Naina dengan santai. "Jadi kakak teriak tadi cuma lupa ada meeting? Begitu? " ucap Farida menyakinkan lagi. "Iya... " jawab Naina menganggukkan kepalanya. "Astaga.. " ucap Farida sambil menepuk jidatnya. Naina hanya cengengesan di balik cadarnya, dan Farida kembali ke arah motornya parkir tadi. "Ayo Kak naik! Biar mobilnya di ambil bengkel aja! Ida antar kakak sampai ke cafe, lagian gak jauh juga. " ajak Farida sambil menyerahkan helmnya. "Ok tunggu sebentar! " jawab Naina sambil mengambil tasnya di dalam mobil. Naina menaiki motor matic Farida, kemudian memasangkan helm di kepalanya. "Untung tadi aku pake celana gak pake gamis, jadi gampang banget kalau naik motor begini. " gumam Naina pe
Begitu tahu kalau Naina tidak ada di rumah, Nyonya Reni dan Diana mulai menunjukkan taringnya. Mereka memaksa pelayan menyiapkan makanan untuk mereka dan kebetulan sekali Bi Ijah lagi pergi dengan dua orang pelayan berbelanja kebutuhan semua penghuni rumah untuk satu minggu ke depan. Sudah memang kebiasaan dari dulu kalau setiap minggu Bi Ijah akan berbelanja membeli kebutuhan semua penghuni rumah termasuk para pelayan. Diana dengan angkuh mendorong seorang pelayan wanita yang tidak mau melayani nya sehingga membuat pelayan tersebut jatuh terduduk di lantai dapur. "Heh.. Dasar pelayan bodoh! Sudah tau babu masih juga belagu. Heh.. Derajat gue lebih tinggi dari elo, gue adik dari suami pemilik rumah, yang pastinya gue juga bos elo, ngerti gak lo! " bentak Diana dengan telunjuk menoyor kepala pelayan tersebut. Pelayan tersebut terduduk sambil menangis, sedangkan Nyonya Reni hanya menonton perlakuan putri nya sambil memakan cemilan di sofa d
Nadin segera berlari ke luar memanggil penjaga untuk membantunya mengangkat Yuni ke kamarnya. Mereka langsung mengikuti Nadin masuk ke dalam rumah dan tanpa di suruh lagi langsung mengangkat Yuni ke kamarnya. "Terimakasih ya Mang! " ucap Nadin dengan lega. "Sama-sama Non.. Kami keluar dulu Non.. " jawab kedua Mamang penjaga itu dengan ramah. Setelah kedua penjaga itu keluar dari kamar Yuni, Nadin pergi ke ruang perlengkapan untuk mengambil kotak p3k dan membawa nya ke kamar Yuni. Terlihat jika Asti dan temannya berupaya membuat Yuni sadar dengan menggosokkan minyak kayu putih di hidung, perut dan telapak tangannya. "Jelaskan apa yang terjadi? Mengapa Yuni bisa pingsan begini? " ucap Nadin dengan tajam. Mereka berdua langsung menundukkan kepala, tidak berani menatap Nona mereka dan Asti menangis kesegukan dengan posisi masih menunduk. "Semua tidak akan selesai jika kalian hanya menangis saja!" ucap Nadin kembali dengan suara
"Bi, Sekarang yang kita lakukan adalah menghubungi Kak Naina! Nadin gak mau kita gegabah mengadili Tante Reni dan anaknya itu! Nadin gak mau nantinya yang kita lakukan menjadi senjata mereka untuk menekan kita. " ucap Nadin dengan penuh pertimbangan. "Bibi juga berfikir begitu Non, tapi tetap saja Bibi gak Terima jika mereka bersikap semena-mena di rumah ini layaknya sang pemilik rumah. " jawab Bi Ijah dengan geram. "Bibi tenang aja! Setelah kita menghubungi Kak Naina, kita akan beri mereka pelajaran yang tidak akan mereka lupakan! " sahut Nadin dengan menyeringai devil. "Sekarang mendingan Bibi masak aja ya, Nadin mau makan dulu soalnya lupa kalau belum makan He... He... He... " ucap Nadin lagi sambil cengengesan. "Ya udah, Non Nadin makan aja dulu! Bibi mau beresin barang-barang dulu! Belum beres semuanya. " jawab Bu Ijah sambil menepuk pelan bahu Nadin. Nadin pun memakan makanannya yang tadi di pesan bersama, ia makan dengan
"Banjir... Banjir... " teriak Diana langsung loncat dari kasurnya. Mendengar teriakan Diana, Nyonya Reni juga reflek ikutan loncat dari tempat tidur nya. Ia mengusap wajahnya yang basah kuyup karena air dan langsung memasang wajah garang ketika melihat Asti dan Minah yang masih memegang ember di tangannya. "Dasar babu sialan! Beraninya kau menyiram kami berdua dengan air! Bosan hidup kau ya?? " maki Nyonya Reni dengan mengangkat tangannya hendak menampar Asti. "Turunkan tangan mu Nyonya! " teriak Nadin dengan kencang. Nyonya Reni langsung menoleh ke belakang di ikuti oleh Diana yang ikut menoleh ke belakang nya. Mereka langsung ciut ketika melihat Nadin dan Bi Ijah duduk dengan santai di belakang mereka berdiri tadi dengan tatapan tajam. "Kalian memang tidak bisa di beri tahu baik-baik rupanya ya? Ternyata kalian mau main kasar? Oke kalau begitu! Kita terima niat kalian! " ucap Nadin dengan geramnya. "Heh.. Anak pungut! Gak