Share

Bab 3 : Langkah awal Naina

Penulis: Nur hikmah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-08 16:24:42

Pagi harinya, Naina masih tertidur sehabis sholat subuh ketika calon suaminya datang menjenguk.

Nadin yang pergi keluar mencari sarapan, terkejut melihat calon kakak iparnya duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang inap kakaknya dengan mata terpejam.

"Loh, Kok kak Dzaki datangnya pagi-pagi banget kesini? Kalau kakak masih ngantuk kenapa gak tidur dulu? Setelah segar baru kesini lagi! " ucap Nadin dengan heran.

"Kakak sengaja datang pagi karena semalam kakak gak sempat ke sini karena pulang kemalaman semalam. Kakak gak mau nanti Naina marah karena gak di jenguk.. Apalagi kan dua hari lagi kami akan menikah. " ucap Dzaki setengah berbohong.

Jelas saja ia tidak benar-benar berkata jujur karena ia menghabiskan malam bersama kekasih gelapnya tanpa di ketahui siapapun. Ia sengaja datang pagi-pagi hanya untuk menarik perhatian Naina saja agar Naina percaya jika ia benar-benar mencintai Naina.

"Lebih baik kakak pulang saja! Istirahat dulu di rumah karena kakak juga gak bisa bertemu dengan Kak Naina. " jawab Nadin jujur.

"Loh kenapa? " tanya Dzaki dengan terkejut.

"Bukan apa-apa Kak.. Soalnya Kak Naina baru saja tertidur sehabis sholat subuh tadi karena baru di beri obat. Jadi percuma saja jika kakak datang sekarang karena gak bisa ketemu Kak Naina. " jawab Nadin panjang lebar sambil membuka pintu ruangan Naina.

"Tuh kakak lihat sendiri kalau Kak Naina sedang tertidur? " tunjuk Nadin kepada Dzaki yang ikut melongokkan kepalanya ke dalam ruangan Naina.

"Ya sudah kalau gitu.. Kakak pulang dulu.. Sampaikan salam sayang kakak buat kakakmu.. Nanti kakak akan datang lagi ke sini. " ucap Dzaki dengan lesu karena tidak bisa menarik simpati Naina.

Dzaki pun meninggalkan ruangan Naina dengan langkah yang gontai. Padahal ketika datang ia sudah bersemangat sekali untuk pura-pura peduli dengan keadaan Naina. Tapi sayang rencananya gagal total karena Naina tertidur dengan pulas tanpa bertemu dengannya.

Nadin menutup pintu ruangan kakaknya dengan pelan takut kakaknya terbangun.

"Apakah dia sudah pergi? " ucap Naina tiba-tiba.

"Astaghfirullah Hal Adzim Kakak! Bikin Nadin kaget aja! Nadin kira kakak tadi masih tidur? " jawab Nadin dengan kaget sambil memegang dadanya.

"Maaf! He... He... He... " jawab Naina sambil terkekeh.

"Kakak nanya Kak Dzaki? Iya, Kak Dzaki udah pulang barusan. " jawab Nadin dengan jujur.

"Bagus lah kalau gitu! Jadi kakak gak perlu ketemu dia lagi! " ucap Naina dengan nada malas.

"Kak, Nadin boleh nanya gak? " ucap Nadin takut-takut.

"Ya udah.. Tanya aja! Kok mau nanya kayak takut-takut gitu! Emangnya kalau kamu nanya kakak, kakak bakalan makan kamu apa! " jawab Naina dengan santai.

"Ishh kakak.. Nadin kan gak mau nanti kakak tersinggung dengan pertanyaan Nadin. " ucap Nadin mencebik bibirnya.

"Ya udah, mau nanya apa? " tanya Naina sambil duduk di ranjang nya.

"Kok kakak sekarang dingin banget kalau lagi ngomongin Kak Dzaki? Padahal kan dulu kakak senang banget setiap kita ngomongin Kak Dzaki? Kakak bahkan juga gak dandan kayak dulu lagi? Yah, walaupun Nadin senang liat kakak sekarang ini yang gak dandan heboh kayak dulu lagi. Tapi Nadin heran aja kakak tiba-tiba berubah setelah sadar kemarin. Kakak gak papa kan? Gak amnesia kayak di tivi-tivi itu? " tanya Nadin panjang lebar.

"Ini nih kalau kebanyakan nonton serial ikan terbang! Jadinya halu kalau kakaknya amnesia. Kakak gak amnesia, kakak hanya sadar kalau kakak sebenarnya gak cinta-cinta banget sama Mas Dzaki. Selama ini kakak ngejar-ngejar dia juga karena obsesi kakak semata, bukan benar-benar karena cinta. Lagi pula kakak sudah berniat sewaktu sadar kemarin kalau kakak gak akan lagi ngejar-ngejar cinta Mas Dzaki seperti orang bodoh dengan dandanan yang menor seperti badut kayak dulu. " ucap Naina dengan menghela nafas kasar.

"Nadin senang dengarnya! Mulai sekarang biarkan Kak Dzaki yang akan ngejar-ngejar kakak. Kakak tinggal liat aja perjuangan Kak Dzaki mendapatkan cinta kakak! Pasti seru liat Kak Dzaki bucin sama kakak. " ucap Nadin dengan cekikikan sendiri.

"Dia pasti akan ngejar-ngejar kakak karena kakak adalah ATM berjalannya dia.. Cih.. Kita lihat saja bagaimana cara dia mengemis-ngemis sama kakakmu ini! " ucap Naina dalam hati dengan seringai liciknya.

"Oh ya Nad... Tolong temuin Dokter! Kakak pengen pulang! Udah gak betah di sini! Lagian kakak juga sudah sehat-sehat aja. Lama-lama di sini bisa-bisa kakak sakit beneran lagi. Kemarin kan kakak cuma pingsan! " ucap Naina dengan tegas.

"Iya.. Kakak tunggu dulu di sini! Nadin ke ruangan Dokter dulu minta izin agar kakak bisa pulang hari ini. " jawab Nadin sambil beranjak keluar ruangan Naina menuju ruangan Dokter yang bertugas mendiagnosa Naina.

Setelah Nadin pergi keluar menemui Dokter, Naina mengambil ponselnya dan menelpon seseorang dengan nada yang serius.

[Ya Hallo]

[Saya Naina Wijaya Binti Abraham Bagus Wijaya! Tolong bilang pada Pak Herman Johannes untuk menemui saya secepatnya! Kalau bisa siang ini! ]

[Baik Mbak! Akan saya sampaikan! ]

[Hubungi saja nomor ini jika ingin menghubungi saya]

[Baik Mbak! Secepatnya saya akan menghubungi Mbak Naina lagi! ]

[Terimakasih]

[Ya Mbak, Sama-sama]

Bersambung..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status