Share

Bab 4 : Kembali ke rumah

Author: Nur hikmah
last update Last Updated: 2022-03-11 12:30:47

Naina pulang ke rumah nya lebih awal dari anjuran Dokter yaitu pukul 11 siang. Ia sengaja keluar cepat dari rumah sakit agar tidak bertemu dengan Dzaki jika ia datang menjenguk.

Karena ia yakin jika Dzaki pasti akan kembali ke rumah sakit untuk menemuinya, berpura-pura peduli dan sedih seperti biasanya agar Naina semakin luluh dan percaya jika ia benar-benar mencintai Naina.

Naina pulang bersama Nadin dengan mengendarai mobil Nadin. Nadin sengaja cuti dari tempat ia mengajar selama dua hari untuk merawat Naina di rumah sakit.

"Alhamdulillah, sampai juga kita di rumah! " ucap Nadin ketika mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang sangat besar dan mewah seperti istana Yunani di film-film.

Naina termenung ketika melihat rumah mewah bergaya Eropa di hadapan nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia keluar dari mobil dengan gemetaran sambil menatap rumah tersebut dengan sedih.

Tiba-tiba air mata nya turun tanpa ia sadari sehingga membuat ia menangis tanpa suara, hanya bahunya yang turun naik seirama dengan air mata yang mengalir tanpa bisa di cegah.

Mendengar tidak ada suara dari kakaknya, Nadin pun menoleh ke belakang dan ia terkejut melihat kakaknya menangis tanpa suara dengan air mata yang terjun bebas sehingga membuat hidung dan mata Naina memerah.

"Ya Allah kakak? Kenapa kakak menangis? Apa kakak sakit lagi? " tanya Nadin dengan cemas.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Nadin pun merangkul Naina dan menuntunnya agar masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

Nadin memencet bel sambil merangkul Naina yang masih terisak-isak dengan nafas yang naik turun.

"Ya Allah Non? Kenapa Non Naina nangis seperti ini? " ucap Bi Ijah ketika membuka pintu.

"Nadin juga gak tau Bi.. Soalnya kakak langsung menangis ketika turun dari mobil. " jawab Nadin dengan jujur.

"Ya sudah.. Bawa masuk aja dulu Non! Bibi siapin minum dulu. " ucap Bi Ijah sambil berlalu ke dapur.

Nadin menuntun Naina agar duduk di sofa ruang tamu dan ia juga duduk di samping Naina dengan mengusap pelan punggung Naina agar Naina sedikit tenang.

Sementara Bi Ijah, memerintahkan pelayan untuk membuat minuman untuk Naina dan Nadin sambil ia mengambil beberapa cemilan yang sudah di bikin koki rumah ini.

Tidak berapa lama kemudian, Bi Ijah datang bersama seorang pelayan yang membawa nampan berisi dua gelas Juice mangga dan alpukat kesukaan Naina dan Nadin ke atas meja.

"Bibi tau aja kalau Nadin juga pengen minum! " ucap Nadin dengan sumringah.

Bi Ijah hanya tersenyum mendengar pujian yang di berikan Nadin padanya. Naina tambah menangis melihat wajah khawatir Bi Ijah, ia teringat akan masa dulu sewaktu ia sudah menikah dengan Dzaki. Ia mengusir Bi Ijah yang sedang sakit dari rumah hanya karena kebohongan yang di buat oleh Dzaki dan Sania yang waktu itu juga tinggal di rumah ini setelah seminggu mereka menikah.

Naina semakin menyesal dan bersalah mengingat semua itu. Bibirnya tidak mampu berkata apa-apa saat ini. Hanya air mata yang mengalir tiada henti.

"Kak! Minum dulu nih! Biar kakak sedikit rileks! " ucap Nadin sambil memberikan Juice alpukat kesukaan Naina.

Naina menerimanya dengan tangan yang masih gemetar. Ia meminumnya sedikit demi sedikit agar tidak keselek.

Naina meminum minuman nya hingga habis setengah gelas. Ia sedikit tenang dan air matanya sudah berhenti mengalir, tapi ia masih kesegukan dengan bahu yang naik turun.

"Non! Lebih baik bawa Non Naina ke kamar saja, agar bisa beristirahat.. Lagi pula kan Non Naina baru keluar dari rumah sakit. " ucap Bi Ijah memberi saran.

"Ayo kak, kita ke kamar saja! Biar kakak bisa istirahat. Nanti jika sudah waktu makan siang, Nadin akan bangunin kakak. " ucap Nadin sambil menuntun Naina untuk berdiri dan berjalan ke arah kamarnya di lantai dua.

"Nah.. Sekarang kakak istirahat dulu! Biar kakak sedikit tenang ketika bangun nanti. " ucap Nadin lagi sambil mendudukkan Naina di atas tempat tidur dan membaringkan tubuh Naina dengan menyelimuti nya hingga sebatas dada.

Setelah membantu Naina untuk tidur, Nadin pun keluar dari kamar menuju kamarnya sendiri yang juga di lantai yang sama.

Karena kecapean menangis, Naina pun akhirnya tertidur dengan sendirinya. Ia terbangun ketika Bi Ijah mengetuk pintu kamarnya, membangunkan ia untuk makan siang. Naina ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar terlihat segar dan sembab di wajahnya sedikit berkurang.

Naina keluar dari kamarnya menggunakan hijab, yang membuat Bi Ijah terbengong karena kaget dengan perubahan Naina.

"Ya Allah Non! Cantik banget.. Bibi sampai pangling liat Non Naina memakai hijab begini.. Tambah lagi Non Naina gak pake make up tebal kayak dulu, jadi tambah cantik. " puji Bi Ijah sambil menangis haru.

"Ih Bibi mah boong! Cantik dari mana, orang mata bengkak dan sembab kayak gini! " ucap Naina tersipu malu.

"Bibi gak boong kok Non! Suer deh! " jawab Bi Ijah sambil mengancung dua jari kayak anak muda jaman sekarang.

"Iya deh iya.. Oya Bi, Bibi janji ya sama Naina! Apapun yang terjadi nanti ke depan, Bibi jangan pernah sekali-kali pergi meninggalkan rumah ini walaupun ada yang memaksa Bibi nantinya. " ucap Naina dengan sungguh-sungguh.

"Udah.. Bibi gak usah jawab. Yang penting Bibi ingat kata-kata Naina tadi. " ucap Naina lagi ketika melihat raut bingung dari wajah Bi Ijah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros
kan katanya baru mau nikah, kenapa sudah menikah seminggu yang lalu ?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   103. Reunian.

    Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   102. Pergi reuni...

    Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   101. Keadilan untuk Diana

    Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status