Share

Bab 4 : Kembali ke rumah

Naina pulang ke rumah nya lebih awal dari anjuran Dokter yaitu pukul 11 siang. Ia sengaja keluar cepat dari rumah sakit agar tidak bertemu dengan Dzaki jika ia datang menjenguk.

Karena ia yakin jika Dzaki pasti akan kembali ke rumah sakit untuk menemuinya, berpura-pura peduli dan sedih seperti biasanya agar Naina semakin luluh dan percaya jika ia benar-benar mencintai Naina.

Naina pulang bersama Nadin dengan mengendarai mobil Nadin. Nadin sengaja cuti dari tempat ia mengajar selama dua hari untuk merawat Naina di rumah sakit.

"Alhamdulillah, sampai juga kita di rumah! " ucap Nadin ketika mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang sangat besar dan mewah seperti istana Yunani di film-film.

Naina termenung ketika melihat rumah mewah bergaya Eropa di hadapan nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia keluar dari mobil dengan gemetaran sambil menatap rumah tersebut dengan sedih.

Tiba-tiba air mata nya turun tanpa ia sadari sehingga membuat ia menangis tanpa suara, hanya bahunya yang turun naik seirama dengan air mata yang mengalir tanpa bisa di cegah.

Mendengar tidak ada suara dari kakaknya, Nadin pun menoleh ke belakang dan ia terkejut melihat kakaknya menangis tanpa suara dengan air mata yang terjun bebas sehingga membuat hidung dan mata Naina memerah.

"Ya Allah kakak? Kenapa kakak menangis? Apa kakak sakit lagi? " tanya Nadin dengan cemas.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Nadin pun merangkul Naina dan menuntunnya agar masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

Nadin memencet bel sambil merangkul Naina yang masih terisak-isak dengan nafas yang naik turun.

"Ya Allah Non? Kenapa Non Naina nangis seperti ini? " ucap Bi Ijah ketika membuka pintu.

"Nadin juga gak tau Bi.. Soalnya kakak langsung menangis ketika turun dari mobil. " jawab Nadin dengan jujur.

"Ya sudah.. Bawa masuk aja dulu Non! Bibi siapin minum dulu. " ucap Bi Ijah sambil berlalu ke dapur.

Nadin menuntun Naina agar duduk di sofa ruang tamu dan ia juga duduk di samping Naina dengan mengusap pelan punggung Naina agar Naina sedikit tenang.

Sementara Bi Ijah, memerintahkan pelayan untuk membuat minuman untuk Naina dan Nadin sambil ia mengambil beberapa cemilan yang sudah di bikin koki rumah ini.

Tidak berapa lama kemudian, Bi Ijah datang bersama seorang pelayan yang membawa nampan berisi dua gelas Juice mangga dan alpukat kesukaan Naina dan Nadin ke atas meja.

"Bibi tau aja kalau Nadin juga pengen minum! " ucap Nadin dengan sumringah.

Bi Ijah hanya tersenyum mendengar pujian yang di berikan Nadin padanya. Naina tambah menangis melihat wajah khawatir Bi Ijah, ia teringat akan masa dulu sewaktu ia sudah menikah dengan Dzaki. Ia mengusir Bi Ijah yang sedang sakit dari rumah hanya karena kebohongan yang di buat oleh Dzaki dan Sania yang waktu itu juga tinggal di rumah ini setelah seminggu mereka menikah.

Naina semakin menyesal dan bersalah mengingat semua itu. Bibirnya tidak mampu berkata apa-apa saat ini. Hanya air mata yang mengalir tiada henti.

"Kak! Minum dulu nih! Biar kakak sedikit rileks! " ucap Nadin sambil memberikan Juice alpukat kesukaan Naina.

Naina menerimanya dengan tangan yang masih gemetar. Ia meminumnya sedikit demi sedikit agar tidak keselek.

Naina meminum minuman nya hingga habis setengah gelas. Ia sedikit tenang dan air matanya sudah berhenti mengalir, tapi ia masih kesegukan dengan bahu yang naik turun.

"Non! Lebih baik bawa Non Naina ke kamar saja, agar bisa beristirahat.. Lagi pula kan Non Naina baru keluar dari rumah sakit. " ucap Bi Ijah memberi saran.

"Ayo kak, kita ke kamar saja! Biar kakak bisa istirahat. Nanti jika sudah waktu makan siang, Nadin akan bangunin kakak. " ucap Nadin sambil menuntun Naina untuk berdiri dan berjalan ke arah kamarnya di lantai dua.

"Nah.. Sekarang kakak istirahat dulu! Biar kakak sedikit tenang ketika bangun nanti. " ucap Nadin lagi sambil mendudukkan Naina di atas tempat tidur dan membaringkan tubuh Naina dengan menyelimuti nya hingga sebatas dada.

Setelah membantu Naina untuk tidur, Nadin pun keluar dari kamar menuju kamarnya sendiri yang juga di lantai yang sama.

Karena kecapean menangis, Naina pun akhirnya tertidur dengan sendirinya. Ia terbangun ketika Bi Ijah mengetuk pintu kamarnya, membangunkan ia untuk makan siang. Naina ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar terlihat segar dan sembab di wajahnya sedikit berkurang.

Naina keluar dari kamarnya menggunakan hijab, yang membuat Bi Ijah terbengong karena kaget dengan perubahan Naina.

"Ya Allah Non! Cantik banget.. Bibi sampai pangling liat Non Naina memakai hijab begini.. Tambah lagi Non Naina gak pake make up tebal kayak dulu, jadi tambah cantik. " puji Bi Ijah sambil menangis haru.

"Ih Bibi mah boong! Cantik dari mana, orang mata bengkak dan sembab kayak gini! " ucap Naina tersipu malu.

"Bibi gak boong kok Non! Suer deh! " jawab Bi Ijah sambil mengancung dua jari kayak anak muda jaman sekarang.

"Iya deh iya.. Oya Bi, Bibi janji ya sama Naina! Apapun yang terjadi nanti ke depan, Bibi jangan pernah sekali-kali pergi meninggalkan rumah ini walaupun ada yang memaksa Bibi nantinya. " ucap Naina dengan sungguh-sungguh.

"Udah.. Bibi gak usah jawab. Yang penting Bibi ingat kata-kata Naina tadi. " ucap Naina lagi ketika melihat raut bingung dari wajah Bi Ijah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ros
kan katanya baru mau nikah, kenapa sudah menikah seminggu yang lalu ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status