Share

Bab 2 : Kesempatan kedua

Penulis: Nur hikmah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-07 23:05:25

"Kak.. Kenapa kakak bisa pingsan di dalam mobil? Untung aja satpam hotel menemukan mobil kakak yang menyala tapi gak jalan-jalan juga, kalau nggak.. Bisa-bisa kakak kehabisan nafas di dalam mobil yang masih terkunci. " ucap Nadin dengan heran.

"Emang kakak beneran pingsan di dalam mobil? " tanya Naina dengan perasaan bingung.

"Iya " jawab Nadin sambil menganggukkan kepalanya.

"Memangnya sekarang ini tanggal berapa dan tahun berapa? " tanya Naina dengan penasaran.

"Tanggal 20 tahun 2015, emang kenapa Kak? Kok kakak kayak orang bingung gitu? Kakak gak sabar ya pengen nikah sama Kak Dzaki? " tanya Nadin penasaran sambil meledek Naina.

Naina terdiam mendengar jawaban adiknya, ia mengingat jika tahun 2015 berarti tahun ia menikah dengan Dzaki kurniawan. Dan itu artinya ia kembali 7 tahun lalu sewaktu ia akan menikah dengan lelaki yang ia gilai dulu. Berarti ia baru saja dari hotel tempat mereka menikah untuk mengecek semua kesiapan pihak hotel tersebut.

"Nadin.. Apakah kau memberitahu keadaan kakak pada Mas Dzaki? " tanya Naina dengan pelan.

"Iya Kak! Tapi tadi Kak Dzaki bilang akan ke sini setelah meeting sebentar dengan kliennya. " jawab Nadin jujur.

"Cih.. Ketemu klien dari hongkong! Jika dulu aku mungkin akan mempercayai semua omongan yang keluar dari mulut manis mu itu Mas.. Tapi sekarang.. Cih.. Rasanya ingin aku robek mulut mu itu dengan pisau. " ucap Naina dengan geram dalam hatinya.

"Kenapa kakak diam? Kakak sedih ya Kak Dzaki ga ada ketika kakak sadar? " tanya Nadin dengan pelan takut Naina marah.

"Nggak! Kakak malah senang jika ia tidak ada di sini! " jawab Naina dengan dingin.

Nadin mengernyitkan dahinya heran mendengar suara kakaknya yang dingin ketika membicarakan tentang calon suaminya. Padahal dulu ketika membicarakan Dzaki, kakaknya selalu memasang wajah berbinar bahagia dan penuh cinta. Tapi sekarang, ia malah terdengar malas membicarakan tentang calonnya tersebut bahkan terdengar biasa saja, tidak bahagia seperti biasanya.

Tidak ingin ambil pusing dengan sikap kakaknya, Nadin mengambil buah pir yang ada di atas nakas di samping ranjang kakaknya. Ia mengupas buah pir tersebut sambil berceloteh tentang anak-anak di tempat ia bekerja. Nadin bekerja sebagai guru di sebuah Taman Kanak-kanak yang lumayan bergengsi di kota Jakarta.

Naina sudah berulang kali meminta Nadin untuk bekerja di perusahaan, atau gak di salah satu restoran mereka sebagai pimpinan. Namun Nadin selalu menolak nya dengan halus karena baginya mengajar di TK adalah panggilan jiwanya yang sesuai dengan jurusan kuliah yang ia ambil. Lagi pula Nadin merasa jika ia tidak mempunyai hak untuk bekerja di perusahaan apalagi mengelola restoran yang bukan miliknya. Ia merasa tidak pantas karena perusahaan dan restoran adalah milik Naina yang di wariskan oleh kedua orang tua Naina. Sedangkan ia hanya saudara tiri yang kebetulan ayah Naina menikah dengan Bundanya ketika mereka berusia 10 tahun.

"Nad.. Jika nanti ada yang datang, bilang saja jika kakak tidak mau di ganggu! Walaupun itu Dzaki yang datang! Kakak mau tidur dulu! Kepala kakak pusing! " ucap Naina memberitahu Nadin.

"Iya Kak! " jawab Nadin sambil menaikkan selimut Naina hingg ke dadanya.

Setelah memastikan kakaknya tidur, Nadin beranjak menuju pintu dan menguncinya dari dalam, takut ada yang tiba-tiba masuk karena pesan kakaknya tidak ingin di ganggu siapapun kecuali Dokter dan perawat RS.

Nadin pun membaringkan dirinya di sofa karena di ruang rawat ini tidak ada bed tambahan untuk penunggu, karena ia sengaja tidak memintanya. Ia merasa bed tambahan tidak perlu karena ada sofa yang agak panjang dan besar untuk ia berbaring sendiri.

Tidak lama kemudian, Nadin pun tertidur dengan sendirinya menyusul Naina yang sudah tidur duluan.

"Aaaakkkhhhh.... Jangan... Tolong!! " teriak Naina yang histeris dan langsung terduduk terbangun dari tidurnya.

"Ya Allah... Ternyata ini mimpi.. Untung saja Nadin tidak terbangun dengar teriakan ku tadi. " gumam Naina dengan pelan.

Ia melihat jam dinding, ternyata baru jam setengah tiga pagi. Naina pun pelan-pelan turun dari ranjangnya untuk ke kamar mandi. Ia ingin mengambil air wudhu untuk sholat tahajjud. Ia memegang botol infus dengan pelan menuju kamar mandi.

Naina pun mengambil wudhu sebisanya karena tangannya masih tertancap jarum infus. Setelah selesai, ia pun berjalan pelan ke ranjangnya sambil mengambil mukena Nadin di dalam gerobak nakas di samping ranjangnya.

Naina menaiki ranjangnya dengan pelan, takut Nadin terbangun dari tidurnya. Ia memakai mukenanya dan sholat dalam keadaan duduk.

Setelah selesai sholat, Naina berdoa dengan khusyuk kepada pencipta-Nya sambil berlinangan air mata.

"Ya Allah... Terimakasih atas kesempatan kedua yang engkau berikan kepada Hamba-Mu yang penuh dosa ini! Hamba akan memperbaiki semua kesalahan hamba Ya Allah.. Tuntun lah hamba agar senantiasa selalu di jalan-Mu Ya Allah.. Tuntun lah hamba agar selalu dekat dengan-Mu Ya Allah.. Hamba bersumpah tidak akan membiarkan orang-orang yang dahulu membodohi hamba hidup dengan tenang.. Ridhoi lah jalan hamba Ya Allah.. Aamin Ya robbal Alamiin.. " ucap Naina dengan air mata penyesalan.

Bersambung..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   103. Reunian.

    Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   102. Pergi reuni...

    Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   101. Keadilan untuk Diana

    Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status