Share

Bab 5

Penulis: Adeeva
Hingga pria yang tak jauh dari sana berbalik, wanita di sampingnya pun ikut menoleh. Saat itulah Cassia melihat wajah yang sangat mirip dengan dirinya tersenyum manis sambil merangkul lengan Navish.

Dalam sekejap, darah di seluruh tubuh Cassia terasa membeku.

Siapa dia?

Siapa wanita itu?

Cinta sejatinya Navish?

Cassia sudah bersama Navish selama tujuh tahun, tapi kenapa dia tidak pernah tahu Navish punya wanita idaman ini?

Dada Cassia terasa nyeri. Dia berbalik hendak pergi, tapi suara laki-laki itu menghentikannya, "Sudah datang, Cassia?"

"Cassia? Sekretaris Navish yang itu?"

"Kenapa wajahnya mirip sekali sama Amanda?"

"Kamu nggak tahu? Dia itu 'kan pengganti. Katanya selama tujuh tahun Amanda pergi, Navish mencari seseorang untuk menggantikannya. Sepertinya dia ini orangnya!"

Tatapan semua orang tertuju padanya. Suara-suara bergema di sekeliling, membuat Cassia merasa seolah-olah tercekik dan napasnya terasa sesak.

"Halo, Bu Cassia." Amanda melangkah ke arahnya dan menatapnya dari atas ke bawah.

"Maaf ya, aku dengar dari Navish kamu nggak suka datang ke acara seperti ini. Tapi aku ingin sekali bertemu denganmu, jadi aku yang minta dia mengajakmu ke sini!"

Cassia menangkap jelas sorot provokasi di mata wanita itu. Jari-jarinya yang menggantung di sisi tubuhnya mengepal erat. "Jadi kamu yang ingin bertemu denganku?"

Ternyata alasan Navish membatalkan pertunangan bukan karena dirinya, tapi karena cinta sejatinya sudah kembali.

Alasannya menyuruh Cassia berdandan cantik dan datang ke pesta ini, hanya agar Amanda bisa melihat seperti apa rupa si pengganti. Hati Cassia terasa seperti seolah-olah diremuk. Kedua kakinya terasa lemas dan dia nyaris tidak sanggup berdiri.

"Tadi aku dengar dari orang, wajah Bu Cassia agak mirip denganku. Navish, menurutmu mirip nggak?" Amanda menengadah sedikit dan bermanja pada Navish.

Navish tersenyum santai, seolah tidak memedulikan apa pun. "Kebetulan saja, dia tetap nggak sebanding denganmu."

Mendengar ucapan itu, dada Cassia terasa nyeri hingga mundur beberapa langkah. Dia membalikkan badan hendak pergi, tetapi Amanda mengadangnya.

"Bu Cassia, aku belum sempat bersulang denganmu. Terima kasih ya, sudah merawat Navish selama ini. Dia orang yang sangat pemilih, kamu pasti sudah banyak menderita, 'kan?"

Nada bicaranya sangat tinggi, seakan-akan dia adalah istri sah, sementara Cassia hanyalah pelakor. Tatapan orang-orang di sekeliling terus tertuju pada Cassia. Mereka terlihat seperti sedang menonton lelucon yang menyedihkan.

Cassia memaksakan senyum tipis. "Itu memang pekerjaanku. Aku memang digaji untuk kerja. Nggak berat, kok."

"Tapi, sepertinya kamu juga melakukan lebih dari sekadar pekerjaan, ya?" Amanda menaikkan nada bicaranya dengan senyuman yang tetap elegan. "Tapi sekarang aku sudah kembali, Bu Cassia. Ada beberapa hal yang sebaiknya nggak perlu kamu tangani lagi."

Cassia menoleh menatap Navish. Pria itu berdiri di sana tanpa ekspresi, bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Seolah semua yang terjadi sekarang tidak ada hubungannya dengannya.

Cassia mengangguk pelan penuh kekecewaan. "Baik. Aku mengerti." Dia berbalik hendak pergi, tetapi tidak sengaja menabrak seorang pelayan yang membawa nampan berisi anggur merah.

Anggur itu tumpah hingga membasahi seluruh tubuh Cassia dan menghancurkan gaun mewah seharga puluhan juta yang baru dia beli.

Amanda tampak terkejut. "Bu Cassia, kamu nggak apa-apa? Gaunmu rusak total! Aku suruh pelayan ambilkan yang baru, kamu ganti dulu, ya?"

"Nggak perlu."

Di hadapan Amanda yang terlihat anggun dan murah hati, Cassia kini tampak mengenaskan. Melihat pakaiannya kotor dan nyaris terjatuh, Navish sempat ingin membantunya. Namun, Amanda terlebih dulu meraih lengannya.

"Navish, karena Bu Cassia bilang nggak butuh bantuan, sebentar lagi lelang akan dimulai. Ayo kita masuk."

Navish mengangguk dan menarik kembali tangannya yang hendak membantu Cassia, lalu meliriknya sekilas. "Cepat pulang dan ganti baju, nanti masuk angin."

Setelah itu, mereka berjalan menjauh tanpa menoleh sedikit pun. Kerumunan mulai bubar perlahan-lahan. Cassia tetap berdiri di tempat tanpa bergerak sedikit pun.

Di detik itu, Cassia benar-benar telah mati rasa terhadap Navish.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 26

    "Maksudmu ... kita pernah bertemu sebelumnya?""Waktu wisuda sebagai lulusan terbaik, aku pernah melihatmu. Saat itu, aku kehilangan naskah pidatoku dan kamu yang membantuku mencarinya."Cassia menatap pria di depannya, pikirannya melayang ke masa kuliah.Saat itu, sebagai perwakilan lulusan terbaik, dia harus berpidato. Saat sedang menghafal naskah di belakang panggung, dia memang bertemu dengan seorang mahasiswa laki-laki yang juga sedang bersiap untuk pidato.Naskah pidato pria itu hilang, jadi Cassia membantunya mencarinya cukup lama. Akhirnya, mereka menemukannya di salah satu sudut.Namun, saat itu Cassia terlalu gugup, jadi dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah pria itu. Ternyata itu Jarvis?"Pria itu ... kamu?""Kamu ingat sekarang?"Jarvis tersenyum. "Sayangnya, saat itu kita sudah lulus. Setelah itu, aku mencari kabar tentangmu, tapi nggak bisa menemukan apa pun. Sampai beberapa tahun kemudian, di sebuah acara proyek, aku melihatmu lagi. Aku baru tahu kamu jadi sekret

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 25

    Sebelum Navish sempat menjawab, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari kejauhan."Dengan Bu Amanda?"Jantung Amanda langsung berdetak kencang. Tanpa pikir panjang, dia berbalik untuk kabur, tetapi polisi langsung menangkapnya dan menahannya di dinding."Bu Amanda, 'kan? Kami menduga Anda terlibat dalam kasus penghasutan dan percobaan penganiayaan. Silakan ikut kami untuk membantu penyelidikan!""Aku nggak bersalah! Aku nggak melakukan apa-apa!" Amanda panik. Padahal semuanya sudah diatur dengan rapi. Apa mungkin Jarvis benar-benar ikut campur dalam urusan ini?"Pak Jarvis, terima kasih atas informasinya. Kami akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas!"Cassia mengernyit. Dia mengira masalah ini sudah selesai sejak lama. Tak pernah terbayangkan bahwa Jarvis diam-diam masih menyelidiki semuanya.Hatinya menghangat. Cassia menggenggam tangan Jarvis lebih erat.Navish bertanya dengan bingung, "Kasus penganiayaan? Amanda, apa yang sudah kamu lakukan?""Apa yang dia lakukan?" Cassia tersenyum

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 24

    "Na ... Navish ...." Pria itu tidak menyangka Navish akan tiba-tiba muncul, sampai terkejut setengah mati."Kamu bilang, Jarvis dan Cassia cuma pura-pura nikah?""Aku punya teman yang sangat dekat dengan asistennya Jarvis, katanya memang begitu."Mendengar itu, hati Navish langsung berbunga-bunga. Semangatnya bangkit seketika. Dia baru saja hendak pergi, tetapi teringat pria ini sempat menyebut Cassia sebagai barang bekas. Dia langsung mengambil ember air di samping dan menyiramkannya ke pria itu."Navish! Apa yang kamu lakukan?""Kalau aku dengar sekali lagi kamu menyebut Cassia barang bekas, ganjaran yang bakal kamu terima bukan sekadar air kotor!"Ketika Navish keluar, Cassia juga baru keluar dari toilet wanita. Melihat pria itu, Cassia hanya bisa memutar bola mata dengan pasrah. Dia seharusnya menunggu sampai Navish pergi dulu sebelum keluar.Navish langsung mengadang jalannya, senyuman di bibirnya jelas tidak bisa ditahan. "Cassia, kamu dan Jarvis cuma pura-pura nikah, 'kan? Kalia

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 23

    Setelah Jarvis memposting sesuatu di media sosial, teman-temannya di lingkaran sosial langsung mengajaknya keluar untuk minum. Mereka bahkan secara khusus meminta agar Cassia dibawa juga.Jarvis tahu Cassia tidak suka acara seperti itu, jadi awalnya dia tidak berniat mengajaknya. Namun, Cassia justru mengambil inisiatif. "Aku ikut. Toh kita sudah menikah, bertemu teman-temanmu juga wajar."Yang paling penting, saat ini dia ingin bersama Jarvis. Bertemu dengan teman-temannya, mengenal lebih jauh tentang Jarvis, itu juga hal yang baik.Blue Lounge adalah kelab paling mewah di Kota Jerada. Di ruang VIP lantai dua, Navish datang lebih awal. Begitu dia muncul, semua orang langsung menggodanya."Eh, bukannya Navish biasanya nggak pernah nongol bareng Jarvis? Kok hari ini datang juga?""Amanda mana? Jangan-jangan tahu hari ini mau ketemu Cassia, jadi sengaja nggak dibawa?"Navish sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia hanya melirik tajam, semua orang langsung diam."Kak Navish ...." Aman

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 22

    "Sepertinya dia benar-benar menyesal." Jarvis melihat kesedihan di mata Cassia dan mengira Cassia masih belum bisa melupakan Navish. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"Cassia mengalihkan pandangannya, lalu memeriksa luka di sudut bibir Jarvis dengan cermat. Setelah yakin darahnya sudah berhenti, barulah dia merasa lega. "Aku nggak apa-apa."Jarvis senang melihat Cassia begitu peduli padanya. "Kamu khawatir padaku?""Kamu suamiku. Kalau aku nggak peduli sama kamu, terus peduli sama siapa?" Cassia mengerutkan dahi dengan kesal. "Navish benar-benar gila. Dia sampai berani memukulmu.""Dia benar-benar ingin memperjuangkanmu kembali." Jarvis penasaran dengan isi hati Cassia. Dia takut Cassia akan menyesali pernikahan mereka."Mustahil." Cassia menolak tanpa ragu sedikit pun. "Perasaanku untuknya sudah lama mati.""Hmm." Jarvis menunduk, senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.Cassia menyadarinya. "Kamu sudah dipukul orang, masih bisa senyum?""Kalau dengan

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 21

    Jarvis tak sempat menghindar dan menerima pukulan itu secara langsung. Tubuhnya mundur beberapa langkah karena hantaman keras tersebut.Melihat Jarvis dipukul, Cassia panik dan langsung berlari menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa? Jarvis, kamu baik-baik saja?"Pukulan tadi dilayangkan Navish dengan sekuat tenaga. Mulut Jarvis sampai mengeluarkan darah. Cassia yang tidak tahu harus berbuat apa, buru-buru mengeluarkan tisu dari saku dan menyeka darah di bibirnya."Sakit nggak?""Nggak apa-apa, aku nggak merasa sakit."Jarvis menerima tisu dari tangannya dan tersenyum padanya.Saat itulah, pertahanan terakhir di hati Cassia runtuh. Dia berbalik, menatap Navish dengan sorot mata penuh amarah. "Navish, kamu gila? Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan?""Kamu begitu peduli sama dia?" Melihat raut wajah Cassia yang penuh kepedulian pada Jarvis, hati Navish terasa seperti disayat-sayat.Dulu, tatapan penuh perhatian itu hanya diberikan untuknya. Sejak kapan Cassia mulai menatap pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status