Share

Bab 2

Penulis: Fairuz
Jared membuang kue itu dan langsung pergi. Dia menoleh dan melihat wajahku yang pucat pasi.

“Chloe, kamu perlu waktu untuk introspeksi diri. Mau ngambek juga ada batasannya.”

Aku memang perlu mengintrospeksi diri. Dalam belasan tahun terakhir, apa aku sudah terlalu mementingkan kedua pria ini?

Perjalanan dari rumah sakit ke rumah terasa sangat panjang.

Sepertinya, sejak aku mulai memahami dunia, Theo dan Jared sudah berada di sisiku. Tidak peduli ke mana pun aku pergi, mereka tidak pernah meninggalkanku. Aku tidak pernah tinggal di rumah sakit sendiri selama seminggu penuh, apalagi pulang sendiri ke rumah.

Baru saja aku tiba di rumah dan membuka pintu, kesunyian yang menyambutku membuat hatiku tenggelam lagi.

Sejak umur 18 tahun, aku sudah pindah ke vila ini. Bayang-bayang mereka ada di mana saja.

Aku suka memelihara ikan. Ada sebuah akuarium besar yang cantik di dalam rumah. Aku menamai semua ikan yang ada di dalam akuarium tersebut. Dulu, Theo dan Jared selalu menertawakanku dan mengatakan aku seperti anak-anak. Namun, mereka tetap akan mencarikan ikan yang kuinginkan.

Ketika aku tidak berada di rumah, mereka yang akan sengaja datang untuk membantuku merawat ikan-ikan itu. Sekarang, belasan ikan kecil itu mengambang di air dengan perut menghadap ke atas. Mereka sudah mati.

Aku berdiri di depan akuarium dan menatap bangkai-bangkai ikan itu sambil termenung. Hatiku terasa sangat sakit.

Lima belas tahun. Sejak aku menginjakkan kaki di gerbang SD, aku sudah mengenal Theo dan Jared. Mereka memujiku secantik boneka dan mengatakan dengan kekanak-kanakan bahwa mereka ingin menjadi kesatriaku.

Konon, ucapan anak-anak tidak bisa dipercaya. Namun, waktu yang kami habiskan selama 15 tahun ini tidak bisa dipalsukan. Mereka benar-benar memperlakukan aku layaknya seorang putri raja.

Ketika aku ditindas orang di sekolah, Theo yang merupakan jagoan sekolah akan diam-diam berkelahi dengan orang yang menindasku di gang kecil belakang sekolah.

Meskipun seluruh tubuhnya dipenuhi luka, dia akan tetap berseru dengan arogan, “Coba saja kalau kalian berani menindas Chloe lagi! Aku akan hajar kalian sampai babak belur! Kalau nggak percaya, coba saja!”

Ketika aku gagal masuk di universitas yang sama dengan mereka dan menangis sejadi-jadinya, Jared yang merupakan siswa unggul rela melepaskan kesempatan untuk masuk ke universitas terbaik.

Dia memelukku sambil menghibur, “Dasar bodoh! Ke mana pun kamu pergi, kami juga akan ke sana. Mana mungkin kami tega meninggalkanmu sendirian?”

Aku kira, mereka benar-benar tidak akan mencampakkanku selamanya. Tak disangka, kemunculan Lucia setengah tahun lalu malah menghancurkan semua angan-anganku.

Ayahnya Lucia adalah sopirku. Setengah tahun lalu, ketika hendak menjemputku dari kampus, gejala dari penyumbatan pembuluh darah otaknya kambuh dan dia langsung meninggal di tempat.

Sejak kecil, Lucia sudah tidak memiliki ibu. Setelah kehilangan ayahnya, dia pun menangis hingga pingsan di aula rumah duka.

Aku merasa iba pada hal yang dialaminya. Aku pun memberinya sejumlah besar uang, juga mengizinkannya tinggal bersamaku. Aku membawanya ke berbagai tempat, menanggung semua biaya hidupnya, bahkan membawanya bergaul dengan Theo dan Jared.

Aku juga pernah memperingati Theo dan Jared untuk tidak menindas Lucia. Aku mengira Lucia adalah gadis yang kasihan dan lemah. Tak disangka, dia bagaikan sel kanker yang mematikan. Seperti parasit, dia melekat padaku dan menggerogoti semua yang kumiliki.

Aku memandang ke sekeliling dan ingin membuang semua barang Lucia. Namun, aku malah dikejutkan karena semua barangku di rumah ini telah digantikan.

Dari hal besar seperti latar belakang dinding sampai hal kecil karpet depan pintu. Semuanya sudah diganti dengan model yang tidak kusukai, seolah-olah aku barulah tamu di rumah ini.

Aku pun tersenyum pahit. Sudah saatnya aku menyingkirkan orang yang keberadaannya bagaikan virus ini.

Pada larut malam, tiba-tiba terdengar percakapan dari luar pintu.

Lucia berkata dengan nada menangis, “Aku iri banget sama Chloe. Dia punya kasih sayang dan perhatian kalian, sedangkan aku nggak punya apa-apa ....”

Theo menjawab, “Lulu, jangan berpikir begitu! Kami mengalah padanya karena kami sudah kenal terlalu lama. Kalau kami mengenalmu dulu, kami pasti memilihmu! Kamu lembut dan baik hati, sedangkan dia? Dia cuma bisa ngambek setiap hari! Dia kalah jauh darimu!”

Setelah terdiam sejenak, Jared juga berkata, “Lulu, dia nggak bisa dibandingkan denganmu.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 9

    Segala sesuatu bisa berubah. Hanya saja, aku tidak mengira perubahannya secepat ini.Baru saja aku hendak berbicara, tiba-tiba muncul sebuah payung besar di atas kepalaku. Levin muncul di belakangku dan berkata dengan lembut, “Sudah selesai bicara? Ayo masuk.”Aku menemukan sedikit kecemasan yang tersembunyi dalam matanya. Levin merasa takut. Dia takut kebersamaan kami selama sebulan yang pendek ini masih tidak dapat menandingi belasan tahun yang kuhabiskan dengan Jared dan Theo.Namun, dia tidak tahu bahwa segala sesuatu bisa berubah. Theo dan Jared bisa berubah, aku juga bisa berubah.Aku menggenggam tangan Levin, lalu menatap kedua pria yang terlihat menyedihkan di depanku.“Janji itu bisa berubah. Sekarang, aku pilih Levin.”Seusai berbicara, aku menarik Levin masuk ke rumah.Keesokan harinya, saat aku bangun dan dirias untuk menghadiri upacara pernikahan, aku baru tahu bahwa Jared dan Theo berdiri di luar semalaman. Mereka baru pergi dengan terhuyung-huyung setelah fajar menyingsi

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 8

    Malam ini, hujan juga turun seperti hari di mana Jared dan Theo menurunkanku dari mobil pada hari itu. Hanya saja, situasinya kali ini terbalik. Aku berdiri di bawah atap, sedangkan mereka kehujanan.Kedua orang itu terlihat menyedihkan. Jas mereka juga sangat kusut.Theo terlebih dahulu berkata, “Chloe, kami sudah dipecat sama dewan direksi, juga diboikot di industri ini! Sekarang, kami bahkan nggak dapat pekerjaan. Kenapa kamu tega melakukan hal seperti ini!”Begitu mendengar ucapannya, aku pun tertawa. Bumerang yang mereka lempar dulu akhirnya mengenai diri mereka sendiri. Pada hari aku memutuskan untuk mengakhiri semua hubunganku dengan mereka, aku sudah mentransfer semua sahamku. Orang yang menerima sahamku itu tidak lain adalah saingan terbesar mereka. Berhubung orang itu telah menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan dan memiliki dendam dengan mereka, hal pertama yang dilakukannya begitu mengambil alih perusahaan adalah mengadakan rapat dewan direksi dan memecat mereka.M

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 7

    “Makasih atas bantuanmu tadi.”Setelah naik ke mobil, aku berinisiatif untuk menjaga jarak dengan Levin. Meskipun kami akan segera menikah, dia masih adalah orang asing bagiku.Aku kira dia akan mengantarku pulang. Tak disangka, dia malah langsung melajukan mobilnya ke sebuah restoran.“Kita makan saja dulu. Habis makan, kita baru bicara lagi.”Di luar dugaan, semua makanan yang dipesan Levin adalah makanan favoritku. Ketika aku hampir selesai makan, tiba-tiba terdengar lantunan piano yang romantis di restoran.Levin berjalan ke hadapanku, lalu berlutut dengan satu kaki sambil menyodorkan sebuah cincin permata yang sangat besar ke arahku. Dia menatapku dengan penuh perasaan dan berkata, “Ini cincin yang sudah kusiapkan untukmu dari awal. Aku mau menyematkan cincin ini ke jarimu secara pribadi.”Aku pun tercengang. Bukankah kami hanya murni dijodohkan demi kepentingan keluarga?Dia menyadari kebingunganku dan tersenyum sambil menunduk.“Kita lahir di rumah sakit yang sama. Selama ini, a

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 6

    Ekspresi Lucia langsung berubah drastis. Ketika Theo dan Jared tanpa sadar ingin menghampiriku, dia tiba-tiba berkata sambil menangis, “Andaikan saja ayahku masih hidup ....”Theo dan Jared langsung terkejut, lalu berjalan ke arah Lucia lagi.“Lulu, kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba teringat ayahmu?”Lucia yang diapit oleh dua orang menangis tersedu-sedu.“Saat masih hidup, keinginan terbesar ayahku adalah melihatku menikah. Aku lagi mikir, entah betapa gembiranya dia kalau bisa melihatku mengenakan gaun pengantin. Sayangnya, dia nggak bisa melihatnya lagi ....”Air mata Lucia mengalir bagaikan keran. Theo merasa sangat sakit hati. Dia buru-buru menyeka air mata Lucia sambil menghibur, “Lulu, jangan nangis ....”Ketika aku sedang menonton pertunjukan seru itu, Jared tiba-tiba berbalik dan membentakku, “Chloe, cepat minta maaf sama Lulu!”Aku pun tercengang dan tidak memercayai pendengaranku. “Kenapa aku harus minta maaf?”Jared mengadang di depan Lulu dan berkata dengan penuh keadila

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 5

    Setelah memulihkan diri di rumah beberapa hari, aku menerima telepon dari tunanganku, Levin Januar untuk yang pertama kalinya. Suaranya terdengar berat dan merdu.“Halo, Chloe. Aku Levin.”Meskipun aku sudah dijodohkan dengan Levin sejak lahir, aku tidak pernah bertemu dengannya. Dalam bayanganku, dia tidak terlalu tampan. Lebih tepatnya, semua aspek yang dimilikinya tidak memenuhi standarku. Jika tidak, pewaris keluarga kaya sepertinya tidak mungkin masih belum berpacaran atau menikah setelah aku menolak perjodohan ini.“Halo.”Aku merasa agak gelisah karena tidak tahu apakah dia menelepon untuk menolak perjodohan ini atau bukan. Bagaimanapun juga, perselisihanku dengan Theo dan Jared sudah tersebar dalam lingkaran sosial kami.Namun, aku tidak menyangka dia malah bertanya, “Gaun pengantin yang kamu pesan sebelumnya sudah sampai di toko. Kamu mau pergi mencobanya hari ini?”Aku menjawab dengan pelan, “Oke. Sampai jumpa nanti.”Saat aku tiba di toko gaun pengantin, Levin masih belum d

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 4

    Jared yang terdiam lama akhirnya berkata, “Sebaiknya bawa dulu dia ke rumah sakit. Kalau terjadi sesuatu padanya, kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkannya pada Keluarga Winata.”Begitu mendengar ucapan itu, Theo baru memapahku berdiri. Saat berada di lift, aku tidak dapat berdiri tegak dan hanya bisa bersandar padanya. Namun, dia malah menghindariku dengan ekspresi jijik dan hanya menggunakan sebelah tangan untuk menahanku.Ketika naik ke mobil, Lucia duduk di kursi penumpang depan tanpa ragu. Dulu, pernah tertempel stiker bertulisan “Tempat duduk khusus Putri Chloe” di depan. Entah sejak kapan, stiker itu sudah berubah menjadi “Tempat duduk khusus Putri Lulu”.Aku memejamkan mata. Entah sejak kapan, hujan mulai turun di luar jendela.Ketika hampir tiba di rumah sakit, Lucia tiba-tiba menatap Jared dengan panik dan berkata, “Kak Jared, kalungku sepertinya ketinggalan di rumah Chloe. Itu hadiah ulang tahun pemberian ayahku sebelum dia meninggal. Aku harus menemukannya!”Jared lang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status