Short
Hari Pamermu, Hari Kematianku

Hari Pamermu, Hari Kematianku

От :  MolisПолный текст
Язык: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Главы
7Кол-во прочтений
Читать
Добавить в мою библиотеку

Share:  

Report
Aннотация
Каталог
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat Andre mengalami kebangkrutan dan dikejar oleh musuhnya, aku putus dengannya dan berkencan dengan pria kaya yang lain. Andre mengatakan bahwa dia mencintaiku, memohon agar aku bisa tetap bersamanya. Andre juga mengatakan jika dia tidak bisa hidup tanpaku. Aku menuang wiski ke arahnya dengan ekspresi mengejek sambil dipeluk oleh pria lain. "Andre, berhenti menggangguku! Aku nggak mau terus bersembunyi dan menjalani kehidupan yang miskin denganmu lagi." Andre pergi dengan sedih dan enggan. 6 tahun kemudian, dia kembali ke Jalan Wandara dan menjadi taipan keuangan di Kota Yorin. Begitu kembali, Andre membawa tunangannya untuk dipamerkan padaku. Hanya saja, Andre sama sekali tidak bisa menemukanku lagi, karena aku meninggal pada saat dia kembali.

Узнайте больше

Chapter 1

Bab 1

Pada hari Andre kembali, aku sedang meringkuk di samping tong sampah di persimpangan Jalan Wandara, lalu memakan makanan sisa yang kukumpulkan.

Kedua kakiku diamputasi, jadi aku hanya bisa menopang tubuhku dengan tangan.

Rambutku berantakan, pakaianku juga compang-camping, aku terlihat seperti pengemis.

Aku melihat layar besar di persimpangan jalan. Andre yang sedang naik daun dalam daftar Forbes selama dua tahun terakhir, sedang diwawancarai oleh sebuah media keuangan dengan tunangannya yang bernama Anne.

Mungkin AC di ruang wawancara terlalu dingin, jadi Andre melepas jasnya dan meletakkannya di bahu Anne.

Gerakannya sangat terampil, tatapannya terlihat penuh dengan kasih sayang dan lembut.

Rongga mataku tiba-tiba memerah, hidungku terasa masam, air mataku juga mengalir turun dengan deras.

Dulu aku suka mengenakan gaun. Meskipun saat itu adalah musim dingin dengan suhu di bawah 10 derajat Celcius dan turun salju, aku tetap akan mengenakan gaun dengan kaki telanjang. Pada saat itu Andre akan melepas mantelnya dan meletakkannya di bahuku dengan penuh kasih sayang.

Saat wawancara akan berakhir, pembawa acara tiba-tiba bertanya, "Pak Andre, aku dengar Anda dan Nona Anne akan segera menikah. Bisakah Anda cerita bagaimana kalian bisa bersama?"

Andre tersenyum, lalu menggenggam tangan Anne. "6 tahun yang lalu, bisnisku bangkrut, aku juga punya utang yang sangat besar. Itu adalah masa terburuk dalam kehidupanku. Mantan istriku menceraikanku dan menggugurkan anak kami. Tapi Anne selalu menemaniku melewati masa-masa tersulit itu setiap saat sampai hari ini."

"Dua bulan lagi, aku akan mengadakan pernikahan yang megah untuknya. Kalian semua bisa hadir di pernikahan kami."

"Aku ingin dia menjadi pengantin yang paling bahagia di dunia ini!"

Begitu Andre selesai berbicara, semua orang mulai berdiskusi.

"Mantan istri Andre benar-benar sangat egois!"

"Dia kabur sementara suaminya terlilit utang."

"Sekarang Andre jadi sehebat sekarang, dia pasti sangat menyesal!"

Banyak orang mengatakan jika aku adalah orang yang kejam.

Selain itu mereka juga memuji Anne yang merupakan tunangan Andre yang setia.

Melalui layar besar, aku bisa melihat kebencian di mata Andre dengan jelas.

Seolah-olah dia sedang mengejekku yang kejam dan tidak tahu berterima kasih di dalam hatinya, ‘Lihatlah, dulu kamu meninggalkanku, tapi kamu pasti sangat menyesal sekarang!’

Aku tahu dia berharap aku mati.

Kebencian yang begitu besar membuatku seluruh tubuhku bergetar.

Saat ini sudah memasuki bulan Desember, salju mulai menutupi Jalan Wandara. Tubuhku menggigil di balik pakaianku yang compang-camping, seperti gadis penjual korek api. Aku merasa seolah-olah aku akan mati kedinginan di sini kapan saja.

Wawancara sudah berakhir.

Sudah waktunya bagiku untuk kembali.

Aku menopang tubuhku dengan kedua tanganku, lalu menggeser tubuhku. Kedua lenganku mati rasa karena menyentuh salju yang dingin di jalanan.

Aku menggertakkan gigi, lalu bergerak selangkah demi selangkah. Perjalanan sejauh lima kilometer memakan waktu tiga jam.

Aku tinggal di bawah jembatan layang, tempat para tunawisma berkumpul.

Seorang gadis kecil berusia 7 atau 8 tahun tidak sengaja terjatuh di depanku, dia hendak meminta maaf. Tapi saat melihat wajahku yang penuh dengan bekas luka, dia langsung menangis dengan keras

"Dari mana datangnya pengemis jelek ini? Minggir kamu!"

Ayah gadis kecil itu menggendongnya dan segera pergi.

Sebelum pergi, pria itu bahkan menendang punggungku dengan kakinya yang berlumpur. Aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari tangga.

Kepalaku membentur tanah.

Darah hangat mengalir dari lubang hidungku, lalu menetes ke atas kepingan salju.

Tali liontin jimat keselamatan di leherku putus dan berguling di atas tanah. Aku segera merangkak untuk mengambil liontin itu, kemudian memegangnya di tangan sampai aku menemukan tali, lalu memasangkannya kembali di leherku.

Ini adalah hadiah dari Andre.

Pada tahun pertama setelah kami bersama, aku mengalami demam tinggi dan pneumonia, lalu koma selama beberapa hari.

Agar aku bisa segera sadar, Andre sengaja membeli hadiah ini untukku demi mendoakan keselamatanku.

Liontin jimat keselamatan ini seharga beberapa rupiah, tapi aku tidak akan menjualnya, meskipun aku mati kelaparan.

Dengan ini aku bisa membuktikan cintaku pada Andre.

Aku hendak kembali ke jembatan layang untuk beristirahat, tapi entah kenapa aku merasa sangat lelah, kelopak mataku bahkan terasa begitu berat.

Aku hanya terjatuh dari tangga, kenapa aku bisa mengeluarkan begitu banyak darah?

Aku menyeka darah di hidungku dengan putus asa, tapi entah kenapa dahi dan hidungku terus mengeluarkan darah.

Kedua lenganku terasa sangat lemah sampai tidak bisa menopang tubuhku lagi. Aku hanya bisa merangkak di tanah, lalu membiarkan darah mengotori salju hingga memerah.

Perutku mulai terasa sakit seperti ditusuk dengan pisau.

Kepalaku juga terasa sangat sakit seperti akan meledak.

Tubuhku kejang-kejang karena kesakitan.

"Julie, Julie, apakah kamu baik-baik saja?"

Seseorang memanggil namaku, tapi aku tidak bisa membuka mulut dan mataku.

Mungkin aku akan segera meninggal.

Baguslah. Aku bisa melihat Andre untuk terakhir kalinya dan mengetahui jika dia baik-baik saja. Aku tidak perlu merasa khawatir lagi.

Hanya saja, mati di jalanan benar-benar sangat tidak bermartabat.

Selain itu kondisi tubuhku juga terlihat sangat mengenaskan, lupakan saja.

Sebentar lagi aku juga akan mati, apa bedanya tempat yang bersih dan kotor? Lagi pula tidak akan ada orang yang mengenaliku.

Untung saja Andre tidak pernah melihatku dalam kondisi seperti ini.

Saat malam tiba, tubuhku perlahan-lahan mendingin dan tertutup salju ....
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Комментарии

Комментариев нет
9
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status