Share

Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus
Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus
Author: Fairuz

Bab 1

Author: Fairuz
Baru saja aku selesai berbicara, pintu kamar rawatku tiba-tiba dibuka. Theo dan Jared yang sudah tidak muncul selama seminggu berjalan masuk.

“Pernikahan apa?”

Mereka berdua terlihat sangat garang. Sangat jelas bahwa mereka sudah mendengar percakapanku dengan ayahku.

Namun, aku malas menjelaskannya pada mereka. “Itu bukan urusan kalian.”

Aku membawa koperku dan hendak pergi. Namun, Theo dan Jared malah menghalangi jalanku. Theo yang memiliki temperamental meledak-ledak terlebih dahulu bersuara.

“Chloe, kamu lagi menggila? Dulu, kamu bilang kamu nggak mau menikah demi kepentingan keluarga. Demi mendukungmu dan tinggal di sisimu, kami bahkan menyinggung orang tuamu, juga melepaskan masa depan yang cerah. Sekarang, kamu mau berubah pikiran begitu saja?” bentak Theo tanpa menunjukkan belas kasihan.

Jared yang biasanya selalu bersikap lembut terhadapku malah tidak bersuara dan membiarkan Theo melampiaskan amarahnya.

“Kamu jangan diam saja! Macam kami yang lagi menindasmu! Kamu harus kasih kami penjelasan soal ini!”

Aku melirik Jared, tetapi dia malah menghindari tatapanku.

Dulu, situasi seperti ini sering terjadi. Theo memiliki sifat yang meledak-ledak. Begitu marah, dia akan langsung berteriak. Namun, setiap kali, Jared akan selalu mengadang di depanku dan membentak Theo dengan kasar. Setelahnya, Theo juga akan langsung menunduk dan minta maaf padaku.

Sekarang, Jared tidak bersuara, sedangkan Theo juga tidak menunduk.

Aku menarik napas dalam-dalam dan berujar, “Atas dasar apa aku harus kasih kamu penjelasan? Terserah aku mau menikahi siapa. Itu urusanku sendiri. Minggir, jangan halangi jalanku.”

Dalam sekejap, suasana di dalam kamar rawatku langsung menjadi sangat hening. Ketika Theo membelalak terkejut, Jared menoleh untuk menatapku.

“Chloe, apa kamu masih menyimpan dendam pada kami gara-gara kami memberikan semua pakaian kepada Lulu? Kamu sengaja ngomong begitu untuk buat kami marah?”

Aku pun tercekat.

Gara-gara mengalami hipotermia di puncak gunung, nyawaku berada di ujung tanduk. Setelah dirawat di rumah sakit dan kehilangan kesadaran selama tiga hari, nyawaku baru terselamatkan.

Namun, mereka malah hanya menyederhanakan masalahnya dan mengatakan bahwa aku mendendam pada mereka yang memberikan pakaian kepada Lucia.

Sebelum aku sempat berbicara, Theo sudah berseru marah, “Bukannya cuma beberapa pakaian? Ayo jalan! Kami akan belikan 100 dan bahkan 1000 pakaian untukmu sekarang juga!”

Theo menarik lenganku dan menyeretku keluar. Tubuhku yang masih belum pulih total pun bergerak dengan terhuyung-huyung. Baru saja dia menyeretku berjalan beberapa langkah, wajahku sudah langsung pucat pasi.

“Theo, lepaskan dia!” Jared tiba-tiba bersuara untuk menyela Theo.

Aku awalnya mengira dia akan menegur Theo dan melindungiku seperti dulu. Tak disangka, dia malah mengeluarkan sebuah kotak yang sangat kecil dari belakang tubuhnya.

“Kamu tahu Lulu punya latar belakang yang menyedihkan, ‘kan? Betapa sedihnya dia kalau kami nggak melindunginya pada waktu itu? Lihat, sekarang kamu juga baik-baik saja. Buat apa kamu permasalahkan hal sepele itu? Kami masih ingat ulang tahunmu. Ini kue yang kami belikan untukmu.”

Begitu kotak itu dibuka, terlihat sebuah kue murahan. Itu seharusnya adalah produk lama yang dijual dengan harga diskon di entah toko mana. Bahkan warna buahnya juga sudah berubah.

Sementara itu, di foto-foto yang diposting Lucia sehari lalu, kedua orang ini terlihat sedang memegang kue besar yang dipesan secara khusus dan memberikannya kepada Lucia dengan wajah penuh senyuman.

Selain kue ulang tahun, di belakang mereka juga terdapat 22 kotak hadiah. Itu adalah hadiah yang mereka siapkan untuk menggantikan hadiah yang tidak pernah diterima Lucia selama 22 tahun hidupnya.

Hatiku terasa hampa. Aku menepis tangan Theo, lalu mendorong kue yang disodorkan Jared.

“Terima kasih kalian masih ingat ulang tahunku. Aku sudah terima niat kalian.”

Aku alergi terhadap krim. Di setiap ulang tahunku sebelumnya, mereka selalu mengingat hal ini dan akan memesankan kue buah yang sangat besar tanpa menaruh krim sedikit pun. Mereka baru merayakan ulang tahun Lucia sekali, tetapi sudah sepenuhnya melupakan hal ini.

Tiba-tiba, ponsel Theo berdering. Setelah menjawabnya beberapa detik, dia melirik Jared dan berkata, “Lulu bilang dia mens dan perutnya sakit ....”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 9

    Segala sesuatu bisa berubah. Hanya saja, aku tidak mengira perubahannya secepat ini.Baru saja aku hendak berbicara, tiba-tiba muncul sebuah payung besar di atas kepalaku. Levin muncul di belakangku dan berkata dengan lembut, “Sudah selesai bicara? Ayo masuk.”Aku menemukan sedikit kecemasan yang tersembunyi dalam matanya. Levin merasa takut. Dia takut kebersamaan kami selama sebulan yang pendek ini masih tidak dapat menandingi belasan tahun yang kuhabiskan dengan Jared dan Theo.Namun, dia tidak tahu bahwa segala sesuatu bisa berubah. Theo dan Jared bisa berubah, aku juga bisa berubah.Aku menggenggam tangan Levin, lalu menatap kedua pria yang terlihat menyedihkan di depanku.“Janji itu bisa berubah. Sekarang, aku pilih Levin.”Seusai berbicara, aku menarik Levin masuk ke rumah.Keesokan harinya, saat aku bangun dan dirias untuk menghadiri upacara pernikahan, aku baru tahu bahwa Jared dan Theo berdiri di luar semalaman. Mereka baru pergi dengan terhuyung-huyung setelah fajar menyingsi

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 8

    Malam ini, hujan juga turun seperti hari di mana Jared dan Theo menurunkanku dari mobil pada hari itu. Hanya saja, situasinya kali ini terbalik. Aku berdiri di bawah atap, sedangkan mereka kehujanan.Kedua orang itu terlihat menyedihkan. Jas mereka juga sangat kusut.Theo terlebih dahulu berkata, “Chloe, kami sudah dipecat sama dewan direksi, juga diboikot di industri ini! Sekarang, kami bahkan nggak dapat pekerjaan. Kenapa kamu tega melakukan hal seperti ini!”Begitu mendengar ucapannya, aku pun tertawa. Bumerang yang mereka lempar dulu akhirnya mengenai diri mereka sendiri. Pada hari aku memutuskan untuk mengakhiri semua hubunganku dengan mereka, aku sudah mentransfer semua sahamku. Orang yang menerima sahamku itu tidak lain adalah saingan terbesar mereka. Berhubung orang itu telah menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan dan memiliki dendam dengan mereka, hal pertama yang dilakukannya begitu mengambil alih perusahaan adalah mengadakan rapat dewan direksi dan memecat mereka.M

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 7

    “Makasih atas bantuanmu tadi.”Setelah naik ke mobil, aku berinisiatif untuk menjaga jarak dengan Levin. Meskipun kami akan segera menikah, dia masih adalah orang asing bagiku.Aku kira dia akan mengantarku pulang. Tak disangka, dia malah langsung melajukan mobilnya ke sebuah restoran.“Kita makan saja dulu. Habis makan, kita baru bicara lagi.”Di luar dugaan, semua makanan yang dipesan Levin adalah makanan favoritku. Ketika aku hampir selesai makan, tiba-tiba terdengar lantunan piano yang romantis di restoran.Levin berjalan ke hadapanku, lalu berlutut dengan satu kaki sambil menyodorkan sebuah cincin permata yang sangat besar ke arahku. Dia menatapku dengan penuh perasaan dan berkata, “Ini cincin yang sudah kusiapkan untukmu dari awal. Aku mau menyematkan cincin ini ke jarimu secara pribadi.”Aku pun tercengang. Bukankah kami hanya murni dijodohkan demi kepentingan keluarga?Dia menyadari kebingunganku dan tersenyum sambil menunduk.“Kita lahir di rumah sakit yang sama. Selama ini, a

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 6

    Ekspresi Lucia langsung berubah drastis. Ketika Theo dan Jared tanpa sadar ingin menghampiriku, dia tiba-tiba berkata sambil menangis, “Andaikan saja ayahku masih hidup ....”Theo dan Jared langsung terkejut, lalu berjalan ke arah Lucia lagi.“Lulu, kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba teringat ayahmu?”Lucia yang diapit oleh dua orang menangis tersedu-sedu.“Saat masih hidup, keinginan terbesar ayahku adalah melihatku menikah. Aku lagi mikir, entah betapa gembiranya dia kalau bisa melihatku mengenakan gaun pengantin. Sayangnya, dia nggak bisa melihatnya lagi ....”Air mata Lucia mengalir bagaikan keran. Theo merasa sangat sakit hati. Dia buru-buru menyeka air mata Lucia sambil menghibur, “Lulu, jangan nangis ....”Ketika aku sedang menonton pertunjukan seru itu, Jared tiba-tiba berbalik dan membentakku, “Chloe, cepat minta maaf sama Lulu!”Aku pun tercengang dan tidak memercayai pendengaranku. “Kenapa aku harus minta maaf?”Jared mengadang di depan Lulu dan berkata dengan penuh keadila

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 5

    Setelah memulihkan diri di rumah beberapa hari, aku menerima telepon dari tunanganku, Levin Januar untuk yang pertama kalinya. Suaranya terdengar berat dan merdu.“Halo, Chloe. Aku Levin.”Meskipun aku sudah dijodohkan dengan Levin sejak lahir, aku tidak pernah bertemu dengannya. Dalam bayanganku, dia tidak terlalu tampan. Lebih tepatnya, semua aspek yang dimilikinya tidak memenuhi standarku. Jika tidak, pewaris keluarga kaya sepertinya tidak mungkin masih belum berpacaran atau menikah setelah aku menolak perjodohan ini.“Halo.”Aku merasa agak gelisah karena tidak tahu apakah dia menelepon untuk menolak perjodohan ini atau bukan. Bagaimanapun juga, perselisihanku dengan Theo dan Jared sudah tersebar dalam lingkaran sosial kami.Namun, aku tidak menyangka dia malah bertanya, “Gaun pengantin yang kamu pesan sebelumnya sudah sampai di toko. Kamu mau pergi mencobanya hari ini?”Aku menjawab dengan pelan, “Oke. Sampai jumpa nanti.”Saat aku tiba di toko gaun pengantin, Levin masih belum d

  • Ketika Cinta Telah Mati dan Harapan Pupus   Bab 4

    Jared yang terdiam lama akhirnya berkata, “Sebaiknya bawa dulu dia ke rumah sakit. Kalau terjadi sesuatu padanya, kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkannya pada Keluarga Winata.”Begitu mendengar ucapan itu, Theo baru memapahku berdiri. Saat berada di lift, aku tidak dapat berdiri tegak dan hanya bisa bersandar padanya. Namun, dia malah menghindariku dengan ekspresi jijik dan hanya menggunakan sebelah tangan untuk menahanku.Ketika naik ke mobil, Lucia duduk di kursi penumpang depan tanpa ragu. Dulu, pernah tertempel stiker bertulisan “Tempat duduk khusus Putri Chloe” di depan. Entah sejak kapan, stiker itu sudah berubah menjadi “Tempat duduk khusus Putri Lulu”.Aku memejamkan mata. Entah sejak kapan, hujan mulai turun di luar jendela.Ketika hampir tiba di rumah sakit, Lucia tiba-tiba menatap Jared dengan panik dan berkata, “Kak Jared, kalungku sepertinya ketinggalan di rumah Chloe. Itu hadiah ulang tahun pemberian ayahku sebelum dia meninggal. Aku harus menemukannya!”Jared lang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status