Share

Bab 24

Author: Wei Yun
last update Last Updated: 2025-10-21 14:39:29

"BRAKK!"

Pintu kamar terbanting, terbuka untuk kedua kalinya, kali ini dengan tenaga yang cukup untuk membuat udara di sekitarnya bergetar. Tak seorang pun di dalam kamar siap menerima hentakan itu. Han Feng, yang berdiri tak jauh di belakang pintu, tersambar keras oleh dorongan kayu tebal dan terjungkal ke depan. Bai Xiang, yang berdiri di hadapannya, ikut terhempas ke lantai. Tubuh keduanya jatuh bertumpuk tanpa sempat berpikir, dan pedang Han Feng terlepas, meluncur jauh hingga menabrak kaki meja.

"Feng'er?"

"Ah Feng?"

"Jenderal Han?"

Tiga suara yang berbeda memanggil satu nama yang sama, memecah kesunyian yang tiba-tiba tercipta. Di ambang pintu, berdiri tiga wanita dengan ekspresi yang berbeda-beda, Nyonya Besar Han dengan wajah penuh kecemasan, Wen Mei dengan mata membelalak tak percaya, dan seorang gadis lain yang baru saja membuka pintu dengan kasar, Putri Rou Nan!

Semua mata terpaku pada pemandangan tak terduga itu. Han Feng dan Bai Xiang tergeletak di lantai dalam posisi yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 31

    Bai Xiang mengerjapkan matanya perlahan, mencoba menyesuaikan pandangan dengan cahaya pagi yang menyelinap lembut dari celah jendela. Cahaya itu menyilaukan, menusuk matanya yang masih berat. Kepalanya berdenyut hebat. Perutnya terasa mual dan panas, meninggalkan sensasi tak nyaman yang menusuk hingga ke dada.Dengan susah payah, ia menegakkan tubuh dan menatap sekeliling. Rasa kaget segera menyergapnya ketika ia sadar berada di kamarnya sendiri, di Paviliun Giok. Seingatnya, malam tadi ia minum arak Feng Hua di bawah pohon willow di Danau Lan Fen. Setelah itu … semuanya gelap.“Dasar bodoh,” gerutunya pelan sambil menepuk pelipisnya. “Mabuk sampai hilang ingatan.”Ia memijit kepalanya yang berat, berharap rasa pusing itu segera reda. Pandangannya kemudian jatuh pada meja kecil di samping dipan. Di atasnya, tampak sebuah mangkuk keramik berisi sisa air rebusan jahe. Uapnya sudah hilang, tapi aroma hangatnya masih samar tercium.“Seseorang menjagaku,” gumamnya, alisnya berkerut. “Tapi

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 30

    Rembulan menggantung sendu di atas Paviliun Giok. Di dalam kamar, aroma arak Feng Hua masih menyengat di udara. Bai Xiang masih berdiri di depan Han Feng dengan mata merah yang basah dan wajah setengah sadar. Tubuhnya limbung, tapi suaranya keras, melengking di antara isak dan amarah.“Jenderal Han Feng keparat!” serunya, menatap Han Feng dengan mata penuh kebencian. “Kau yang membunuh … ayah dan ibuku!”Tangannya kemudian mencengkeram bagian depan hanfu Han Feng dengan kuat. Tubuh mungilnya gemetar, tapi tatapannya menyala bagai api.“Mengapa?” jeritnya. “Mengapa mereka harus dibunuh? Mereka bukan pemberontak! Mereka hanya … hanya orang biasa dari Qing Hua!”Han Feng diam. Ia tidak melawan. Dada lapangnya menerima tarikan penuh emosi itu tanpa sekalipun menyingkir. Ia tahu, ini bukan amarah semata, tapi adalah luka bertahun-tahun yang akhirnya pecah malam ini.Dengan suara serendah ombak di tengah malam, ia berkata, “Xiang … apakah kau punya bukti atas tuduhan itu?”“Bukti?” Bai

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 29

    “Menjadi selir .…” Bai Xiang tertawa keras sambil menenggak arak langsung dari guci besar di tangannya. Suaranya pecah di antara desir angin malam. Di bawah cahaya rembulan, tawa itu lebih terdengar seperti tangisan yang disamarkan.Ini sudah guci kelima dari arak Feng Hua, minuman keras legendaris dari Hua Nian yang terkenal mampu menjatuhkan prajurit paling tangguh hanya dengan tegukan dari dua buah guci. Tapi Bai Xiang? Ia terus meneguknya tanpa berhenti, seolah ingin menenggelamkan dirinya di dalam arus pahitnya.Matanya basah. Hatinya perih. Setelah siang tadi menghadapi keputusan Kaisar yang membuatnya menjadi selir, Bai Xiang kehilangan arah. Ia membeli arak dari kedai arak , lalu menaiki Hei Yun, kudanya, dan membiarkan binatang itu berjalan tanpa tujuan. Hingga akhirnya, mereka tiba di Danau Lan Fen, danau yang tenang dengan pepohonan willow tumbuh di sekitarnya.Di bawah pohon willow itu, Bai Xiang menangis dalam diam. Air matanya bercampur dengan arak yang menetes dari bibi

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 28

    Semua kepala serempak menoleh ke arah pintu besar aula istana ketika suara lantang itu terdengar. Dari ambang pintu, dua sosok perempuan berjalan masuk dengan langkah anggun namun penuh wibawa.Selir Agung Wu Fei Xia, wanita paling berpengaruh di istana, berdiri di depan dengan wajah sedingin batu giok. Di belakangnya, keponakannya, Putri Rou Nan berjalan anggun dengan tatapan tajam yang tak kalah menusuk.Keduanya memberi hormat kepada Kaisar, lalu Selir Wu berbicara dengan suara tenang namun penuh tekanan.“Yang Mulia,” ujarnya datar, “bukankah engkau telah menjanjikan pernikahan Rou Nan dengan Jenderal Han Feng kepada keluarga kami? Apakah kini janji itu dilupakan begitu saja? Atau perlu aku mengingatkannya kembali di depan seluruh istana?”Kaisar menatapnya lama. Keheningan membungkus aula. Semua tahu, Keluarga Wu saat ini adalah keluarga bangsawan paling berpengaruh di seluruh Negeri Xia. Dulu, ketika Kaisar menjadikan Wu Fei Xia sebagai selir, keluarga itu hanyalah sekutu politi

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 27

    Suasana ruang kerja Han Feng di Markas Longyan tegang. Han Feng duduk di kursi, wajahnya terdiam seperti batu. Di hadapannya, Wen Mei dan Bai Xiang berdiri."Kau tidak sadar bahayanya, Mei?" suara Han Feng memecah kesunyian. "Sebagai Putri Kaisar, kau adalah sasaran empuk. Bukan hanya untuk diculik, tapi juga bisa merusak reputasi kerajaan."Wen Mei menunduk, menyembunyikan senyum kecil. Ia tahu kemarahan sepupunya ini berasal dari rasa khawatir, bukan kebencian. “Sepupu, jangan marah. Aku hanya ingin melihat kehidupan rakyat biasa. Lagipula aku tidak sendiri, Xiang bersamaku.”“Justru itu masalahnya,” potong Han Feng tajam. Ia beralih menatap tajam Bai Xiang. Ketika Han Feng berpaling ke Bai Xiang, nadanya berubah drastis, lebih keras, lebih menusuk. "Dan kau! Sebagai pengawal, membiarkan Wen Mei pergi ke tempat seperti itu adalah kelalaian yang tak termaafkan! Apa kau tidak memikirkan konsekuensinya?""Ah Feng, jangan salahkan Xiang!" Wen Mei memprotes. "Akulah yang memaksa Xiang u

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 26

    Cahaya pagi menyusup melalui jendela Paviliun Utama, menimpa meja makan berukir naga emas. Aroma bubur hangat dan teh memenuhi udara. Di seberang meja, Nyonya Besar Han menatap putranya dengan senyum samar.Han Feng tampak tenang seperti biasanya, namun ada sesuatu yang berbeda pagi itu. Ia makan perlahan, tanpa selera, dan sesekali melirik kursi di sampingnya, kursi yang memang sejak dulu selalu kosong. Entah mengapa, kali ini ada perasaan aneh di dadanya. Kursi itu seolah menunggu seseorang.Saat berjalan menuju paviliun utama tadi pagi, ia sempat mencuri pandang ke arah sayap timur, tempat Bai Xiang tinggal. Pintu dan jendelanya masih tertutup rapat. Masih tidurkah gadis itu? pikirnya tanpa sadar. Tapi kemudian ia segera menepis pikiran itu.Nyonya Han menyendok sup dengan tenang, seakan tahu apa yang berkecamuk di kepala anaknya. “Bai Xiang sudah berangkat sejak pagi,” katanya tiba-tiba. “Sepupumu Mei Mei memintanya menemani pergi ke suatu tempat.”Han Feng berhenti mengunyah, la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status