Share

Bab 42

Penulis: Wei Yun
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-30 19:20:20

Kabut pagi masih menggantung rendah di atas taman kediaman Keluarga Han. Bai Xiang baru saja keluar kamarnya ketika melihat sosok Nyonya Besar Han berjalan pelan di jalan setapak taman, ditemani dayangnya. Bai Xiang segera memberi hormat. “Selamat pagi, Ibu.” Nyonya Besar Han tersenyum lembut. “Ah, Xiang’er. Pagi-pagi sudah bangun?"

“Udara pagi di rumah ini terlalu segar untuk disia-siakan,” jawab Bai Xiang sopan. Saat itu mereka melihat Li Rui datang tergesa membawa tumpukan pakaian milik Han Feng menuju ruang belajar. Nyonya Han menatapnya dan mengangkat tangan. “Tunggu dulu, Li Rui.” Li Rui berhenti, membungkuk hormat. “Ada perintah, Nyonya Besar?”

“Taruh pakaian itu. Hari ini, biar Nyonya Mudamu yang mengantarkan sendiri ke ruang belajar dan membantu Tuan Muda berpakaian.” Bai Xiang menatap terkejut. “Ibu… apa perlu sampai begitu? Aku—”

“Tidak usah menolak.” Nyonya Han menatapnya dengan mata tajam tapi penuh kasih. “Kau istrinya, bukan dayang. Sudah waktunya kau belajar melayani s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 75

    Han Feng terus memacu kudanya bagaikan petir membelah malam. Debu berhamburan setiap kali kaki kuda menghantam tanah. Hembusan angin dingin menusuk wajahnya, tetapi ia tidak memperlambat laju sedikit pun. Hatinya bergemuruh, pikirannya hanya terisi satu nama “Xiang … tunggulah aku.” Rasa panik yang membara membuat napasnya terasa sesak. Ketika akhirnya cahaya lentera dermaga sungai Lian He terlihat di kejauhan, ia memacu kudanya lebih cepat lagi. Hingga ketika ia tiba di dermaga, pemandangan pertama yang dilihatnya membuat darahnya membeku. Sebuah kapal kayu besar baru saja melepaskan tali tambang terakhir dan mulai bergerak menjauh ke arah selatan. ​Istrinya telah diculik dan kemungkinan besar disembunyikan dalam gulungan karpet yang ada di dalam kapal itu. Waktu adalah musuh, dan setiap detik yang terbuang berarti Li Hua semakin mendekati maut. ​"Hentikan! Hentikan kapal itu!" teriak Han Feng, suaranya serak dan putus asa. Namun, dermaga itu adalah lautan manusia, hiruk pikuk te

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 74

    Malam turun di Qing Hua, membawa serta kemeriahan yang jarang terjadi. Para bangsawan, pangeran, dan putri tamu undangan hadir dengan pakaian mewahnya. Bangsawan Hou adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Qing Hua. Dialah pemilik dermaga terbesar yang mengatur lalu lintas barang di sepanjang Sungai Lian He. Maka tidak mengherankan bila pesta ulang tahunnya malam itu dipenuhi tokoh penting yang datang mempersembahkan hadiah dan ucapan hormat.​Lentera gemerlap menerangi setiap sudut ruang. Suasana sungguh ramai. Para artis penghibur silih berganti naik ke atas panggung, berusaha menghibur para tamu. Nyonya Lan tampak hilir mudik mengatur para penarinya, wajahnya tegang memastikan semuanya berjalan sempurna.Namun, di tengah keramaian itu, Han Feng tidak menikmati satu pun pertunjukan. ​Ia berdiri di sudut yang strategis, matanya tajam mencari-cari keberadaan Li Hua. Sebagai penampil utama, sudah barang tentu ia pasti akan menjadi yang paling ditunggu-tunggu.​Ia mengamati ru

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 73

    Tepat saat Tuan Muda Hou mencondongkan tubuhnya, suara derap langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar di luar paviliun. Seorang pengawal masuk dengan napas terengah-engah, raut wajahnya panik.​“Tuan Muda! Maafkan hamba!” lapor pengawal itu. “Ada tamu undangan penting dari Nanzhou. Adipati Yuan telah tiba!”​Kehadiran sang pengawal begitu mengagetkan Tuan Muda Hou. Ia buru-buru melepaskan tangan Li Hua, wajahnya menunjukkan kekesalan karena momen intimnya diganggu.​“Pergi!” perintah Tuan Muda Hou dengan nada dingin kepada pengawal itu. Ia merapikan jubahnya yang kusut. “Suruh mereka menunggu sebentar di ruang tamu.”​Pengawal itu segera mundur. Tuan Muda Hou kembali menoleh pada Li Hua dan tersenyum menggoda. “Maaf gangguan kecil,” ujarnya, mengambil tangan Li Hua dan mengangkatnya ke dekat bibir. “Sampai nanti malam, Li Hua.”​Namun, sebelum punggung telapak tangan Li Hua berhasil dicium, Li Hua sudah lebih dulu berhasil menarik tangannya kembali. Penolakan itu halus, tetapi jelas.

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 72

    Li Hua menatap Han Feng tajam, matanya dingin seperti embun pagi yang tak mengenal belas kasih. Tanpa memperdulikan Tuan Muda Hou yang menunggu, ia menarik pergelangan tangan Han Feng mengajaknya agak menjauh dari kereta kuda mewah milik Tuan Muda Hou. Han Feng mengikuti tanpa melawan.​​“Tuan Pendekar,” ujar Li Hua dengan suara berbisik, tetapi nadanya tegas. “Dengar, aku hanyalah seseorang yang bekerja untuk Nyonya Lan.”​Ia melepaskan genggaman tangannya dari lengan Han Feng.​“Nyonya Lan adalah orang yang memberiku tempat tinggal, memberiku pakaian, dan memberiku makan. Aku berhutang budi padanya,” kata Li Hua. “Semua perintah Nyonya Lan harus saya ikuti. Termasuk memenuhi panggilan Tuan Muda Hou.”Han Feng membuka mulut hendak berbicara, namun Li Hua mengangkat tangan, menghentikannya.​Dengan mata berkaca-kaca dan nada penuh emosi, Li Hua meminta Han Feng untuk tidak menghalanginya. “Kita adalah dua orang asing yang kebetulan bertemu saja. Jadi, tolong jangan campuri urusanku.

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 71

    Han Feng baru keluar dari penginapannya, berjalan di sepanjang jalanan Qing Hua yang dipenuhi pedagang yang berjualan hasil bumi dan kerajinan. Semalaman ia tidak bisa tidur. Pikirannya tertuju sepenuhnya pada seseorang di Paviliun Begonia, Li Hua.​Bagaimana keadaannya setelah ia hampir jatuh saat menari? Dan yang paling mengganggu Han Feng adalah kenyataan bahwa gadis itu, yang memiliki wajah istrinya, harus menemani tamu laki-laki. Tanpa sadar, sebuah rasa yang tidak rela, rasa cemburu murni seorang laki-laki, melintas dalam hatinya.​Apa yang salah denganku? gumamnya dalam hati. ​Ia masih belum tahu kepastian, apakah perempuan itu Bai Xiang atau bukan. Apakah istrinya sedang menyamar? Namun, dari tatapan matanya semalam, Han Feng mendapatkan tatapan kosong tak bermakna dari gadis itu. Ia sama sekali tidak mengenali Han Feng. Jarak dari ibu kota ke Qing Hua harus ditempuh berhari-hari. Jika ia harus kembali ke ibu kota dahulu untuk memastikan istrinya ada di kediamannya, ia khawat

  • Ketika Dendam Berujung Cinta   Bab 70

    Teriakan Li Hua nyaris tak terdengar di tengah gemuruh musik dan tepuk tangan. Tubuhnya meluncur ke bawah panggung seiring selendang merah yang menopang tubuhnya terlepas dari balok langit-langit. Namun, sebelum ia menyentuh lantai, sebuah bayangan cepat melompat dari barisan penonton.​Han Feng melakukan beberapa kali salto di udara, tubuhnya berotasi sempurna, mengubah momentumnya untuk mencegat titik jatuh Li Hua. Gerakannya sangat cepat, presisi yang hanya dimiliki oleh Jenderal militer terbaik.​Ia berhasil menangkap tubuh Li Hua yang melayang. Musik berhenti. Para penonton terkesima melihat adegan dramatis itu. Sebagian besar penonton mengira itu bagian dari pertunjukan, bukan kecelakaan nyaris maut. Mereka menyangka itulah sebuah puncak yang mengagumkan dari Tarian Ayunan Selendang Merah.Penonton bangkit berdiri, tepuk tangan bergemuruh. “Luar biasa!” teriak seseorang dengan penuh kekaguman. “Benar-benar pertunjukan mahal!” sorak yang lain. “Hebat! Mereka pasti latihan bertahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status