Share

8

Author: Disi77
last update Huling Na-update: 2025-01-03 17:39:14

Lisa memberikan sebagian uang tabungannya untuk Maria sebelum meninggalkan panti asuhan. Kemudian ia memilih menyewa motel. Ia harus menghemat uangnya agar bisa cukup bertahan hidup selama 3 bulan. 

Ruangan yang tak terlalu besar, tetapi cukup untuknya bisa tinggal dalam kesendirian.

Cuaca di kota ini mendung, padahal Lisa melihat ramalan cuaca pagi ini akan cerah. Lisa membuka jendela dan melihat orang-orang lalu lalang di trotoar bersiap untuk berangkat bekerja. Sepertinya Lisa tak bisa terus berdiam diri di sana tanpa melakukan apa pun.

Untunglah Lisa sudah sarapan di panti asuhan sehingga tak perlu kelaparan hingga siang nanti. Saat Lisa berjalan-jalan di trotoar dekat taman bunga, ia melihat sebuah lowongan pekerjaan di restoran ayam goreng. Segera saja dia menghampiri dan menawarkan diri.

“Apa kamu bisa mengendarai motor?” tanya pemilik restoran tersebut saat Lisa menawarkan diri. “Aku menerima layanan pesan antar, jadi pekerjaku harus bisa mengendarai motor untuk mengantar pesanan.”

“Tentu saja! Saya bisa mengendarai motor dengan cepat dan hati-hati, memastikan pesanan sampai pada pelanggan,” jawab Lisa bersemangat.

“Baiklah, Nona Lisa. Aku menerimamu.” 

Jonny Damon, pemilik restoran tersebut terlihat ramah. Dia mengajarkan Lisa dengan hati-hati, memastikan karyawan barunya tak melakukan kesalahan. Wajah Lisa tetap bersemangat.

Lisa bisa menghabiskan waktunya dengan bekerja agar bisa mengumpulkan uang dan menikmati sisa waktunya. Pelanggan yang datang hari ini cukup ramai, tapi Lisa sama sekali tak menunjukkan wajah lelah. Jonny pun tersenyum, merasa beruntung memiliki karyawan baru yang selalu tersenyum dan ramah pada pelanggannya.

Menjelang waktu makan siang, Jonny meminta Lisa beristirahat di dapur untuk makan. Tentu saja Lisa setuju, dan langsung menyantap makanan pemberian Jonny. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, notifikasi pesan masuk.

[Besok aku ada waktu, kamu bilang ingin bercerai bukan?]

Pesan dari Jason. Lisa menarik napas panjang dengan wajah berat. Ia lalu membalas pesan dari Jason.

[Ok.]

Lisa hanya membalas singkat. Tak lama balasan dari Jason langsung muncul. Kening Lisa mengkerut, ia tampak heran.

Ini adalah hal yang tak biasa. Jason selalu malas membalas pesannya, terkadang dia tak membalas pesan dari Lisa.

[Kamu yakin akan bercerai? Tak ingin sesuatu lain dariku?]

[Tidak ada.] Lisa langsung membalas cepat dan memilih memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Dia tak ingin membuang waktunya untuk meladeni Jason. Sudah cukup selama tiga tahun ia melayani Jason sebagai istrinya. Ia tak ingin menambah beban baru.

Jason yang berada di ruangan kerjanya tampak syok dengan balasan Lisa. Bagi Jason pun, ini tak biasa. Bagaimana bisa Lisa membalas pesannya secara singkat dan hanya satu kata saja?

Biasanya wanita itu akan memberikan pesan berantai, isinya konyol dan tak penting. Hanya sekedar kata-kata dukungan, memberi semangat. Jason tak membutuhkan semua itu.

Itulah kenapa dia tak pernah mau membalas pesan dari Lisa. Lalu sekarang? Wanita itu hanya membalas pesannya singkat.

Jason tahu seberapa besar Lisa mencintainya. Mengirim pesan hanya sekedar mengingatkan agar dirinya tak melewatkan makan siang, hati-hati berkendara, semoga harimu bahagia. Seperti robot yang diatur dan bisa diperkirakan kapan pesan itu masuk ke dalam ponselnya.

Tiba-tiba saja, ia merasa ada yang hilang saat tak mendapatkan pesan berisi perhatian dari Lisa. Jason berdecak kesal. Ia tak mungkin merasa kehilangan wanita cacat itu.

“Sangat tidak masuk akal, benarkan? Aku merasa lega, ponselku sekarang terdengar tenang, tak ada notifikasi yang isinya hanya kalimat konyol.” Jason berdecak kesal seraya menatap ponselnya.

Tak mungkin ia menunggu pesan dari Lisa, bukan? Jason lalu berkata lagi. “Dia pikir siapa?”

Sungguh memalukan jika Jason yang berwibawa, harus merasa kehilangan wanita cacat yang sudah membuat hidupnya sulit. Jason lantas melempar kasar ponselnya dengan wajah kesal. 

Ting! Dering notifikasi ponselnya berbunyi. Tangannya cepat meraih ponselnya. Wajahnya langsung berubah malas. 

Pesan dari Tina. Wanita itu mengingatkannya tentang makan siang yang dijanjikan Jason. “Ya, lebih baik pergi makan siang dengan Tina. Aku sudah membuatnya kesal.”

Jason langsung pergi setelah memakai jas miliknya. Ia bertambah semakin menawan dengan pakaian formal. Pesona Jason seolah tak pernah pudar.

Dia sudah memesan restoran untuk makan siang dengan Tina. Tak perlu lama, setelah Jason tiba, Tina pun datang dengan pakaiannya yang selalu modis dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah.

Jason tersenyum. Sejak dulu, Tina memang berbeda dengan Lisa. Tina pandai memadukan pakaian agar terlihat cocok dan cantik pada pakaiannya.

“Apakah aku membuatmu menunggu lama?” tanya Tina saat Jason mempersilahkan kursi untuknya duduk.

“Tidak juga, aku baru saja tiba,” jawab Jason lalu berpindah duduk.

Tak lama, makanan yang dipesan Jason datang dan langsung dihidangkan untuk mereka. Jason langsung membelah steak miliknya dengan cepat. Sesekali matanya melirik pada ponsel yang diletakan di samping piringnya.

Jason tak tahu, kenapa ia berharap Lisa mengirimnya pesan. Tina heran lalu bertanya, “Apakah kamu ada meeting penting? Wajahmu tampak tak tenang.”

“Ah, tidak ada,” jawab Jason, lalu membalik layar ponselnya agar fokusnya teralihkan.

“Silahkan dinikmati makananmu,” ucap Jason menunjuk piring milik Tina.

Tina sedikit terkejut. Dia kira Jason akan memotongkan steak untuknya. Sayangnya, Jason tak melakukan itu.

Jason memotong steak di atas piringnya dan tak menukar dengan piringnya Tina. Tentu saja Tina kesal, Jason tak romantis seperti dulu. 

“Hai, apakah kamu Katrina Wilde?”

Suara ramah dan sopan membuat Tiba menoleh. Seorang wanita sebaya dengan Tina tersenyum saat keduanya sedang menikmati steak. Tidak, Tina menyuap steak itu kesal karena sejak Jason makan, dia tak mengucapkan sepatah kata apa pun. 

Jason terus menyantap steaknya, seolah sedang terburu-buru. Bahkan saat wanita itu memperkenalkan diri pada Tina jika dia adalah penggemarnya, Jason tetap menikmati steaknya. Dia seolah tak peduli dengan apa yang dilakukan Tina, padahal wanita itu berada di hadapannya.

“Tina, bolehkan kita berswafoto? Aku sungguh mengagumimu. Kamu sangat luar biasa sekali,” ucap wanita itu yang mengaku penggemar Tina.

“Oh, tentu saja! Aku menghargaimu.”

Lagi, Jason tetap menikmati steaknya yang tinggal beberapa suap saja. Dia sama sekali tak terganggu. Tina tetap tersenyum, dan tak menunjukkan rasa kesal pada penggemarnya. 

Tentu saja, dia harus menjaga citra dan nama baiknya sebagai model terkenal yang sukses. Hatinya ingin marah karena Jason tak acuh. Seharusnya Jason ikut berswafoto atau sekedar mengatakan bangga padanya.

“Tina, siapakah lelaki itu? Apakah dia kekasihmu?” tanya wanita itu seraya melirik pada Jason.

Kali ini Jason bereaksi. Tina menyadarinya, dan dia hanya tersenyum malu-malu.

“Aku bukan kekasihnya.” Jason menjawab santai. Wajah tina langsung merah padam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   133. End

    Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   132.

    Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   131.

    “Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   130.

    “Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   129.

    Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   128.

    “Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status