Beranda / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 52. Tuan, Ibu Livy Kritis!

Share

52. Tuan, Ibu Livy Kritis!

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-03 16:52:42

Kay baru saja keluar dari kantor polisi. Saat akan masuk ke dalam mobilnya, ada panggilan dari ayah mertuanya.

“Halo, Pa?”

“Kay… Bukan Ibu Livy. Bukan dia pelakunya. Pelakunya Jenna!” Richard langsung memberi tahu.

“A- apa? Maksud Papa?” Kay masih berusaha mencerna laporan ayah mertuanya.

Richard menjelaskan semuanya.

Kay frustrasi dia menekan pelipisnya lalu menutup mulutnya. “Arggh! Sialan! Bagaimana bisa?” pekiknya emosi.

“Bawa Ibu Livy kembali, Kay. Dia tidak bersalah! Sementara itu Papa akan tetap berpura-pura tidak tahu kalau Jenna adalah pelaku yang sesungguhnya. Papa tunggu kamu. Cepat!” ucap Richard. Dia pun bergerak cepat untuk mendapatkan bukti penguat yanag lain.

Kay teringat pada Livy. Ia pun mulai kepikiran bagaimana kalau yang dia katakan benar? Kalau dia benar-benar keguguran anaknya? Tapi kebenciannya pada wanita itu dan mengetahui di mana dia tinggal belakangan ini, membuatnya ragu. Ia tidak bisa percaya semudah itu.

Dengan cepat dia kembali masuk ke dalam kantor pol
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
seneng bgd akhirnya kejahatan si Jenna terungkap, semoga ibu livy baik2 ajh
goodnovel comment avatar
desafrida
Siap Kak, diusahakan update setiap hari ya Kak ...
goodnovel comment avatar
Euisnayati
maaf saya mau nnya ni kok belum. habis cerita nya susah dbuka lg. yg ada cerita baru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   53. Kay Panik dan Menangis

    Kay menatap dokter. Dia terlihat bingung dan terdiam.Melihat respon Kay yang begitu lambat, Richard lanagsung bertindak tegas. “Lakukan apa pun yang terbaik untuk Ibu Livy, Dok. Lakukan yanag terbaik. Selamatkan dia.”Setelah dokter pergi. Richard menatap Kay. Dia geleng kepala. “Apa dengan keadaannya begini membuatmu sudah puas?”Kay terdiam. Dia tidak bisa memisahkan antara benci dan ibanya pada ibu susu anaknya itu.“Papa tidak tahu bagaiamana hubungan kalian di masa lalu dan bagaimana sakit hatimu di masa lalu. Tapi, yang Papa lihat sekaranag, kau benar-benar puas dengan apa yang menimpa Ibu Livy,” tuding Richard.“Bu- bukan begitu, Pa.”“Lalu apa? Bagaimana?” tanya Richard.Kay terdiam.“Sudahlah! Kau jaga saja Albern. Biar Papa yang menunggu Livy,” jelas Richard. Dia meninggalkan menantunya itu.Kay masih bengong. Dia masih tidak bisa memisahkan rasa benci dan dendamnya pada wanita itu walau mata dan telinganya sudah melihat dan mendengar bagaimana keadaan mantan kekasihnya itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   54. Sentuhan Lembut

    “Ibu Livy menunjukkan kemajuan. Dia belum sadar tapi detak jantung dan napasnya sudah mulai normal. Jika terus seperti ini dan diberi kata-kata penyemangat, mudah-mudahan Ibu Livy bisa segera pulih.” Kay menghela napas yang begitu besar. Seperti sesak yang berubah menjadi suatu kelegaan. Begitu juga dengan Richard. “Tuhan… Syukurlah…” Richard mengusap wajahnya. “Ma.. Vy..” Albern menunjuk ke jendela ruangan. “Iya Al… Doakan Mama Livy ya?” ucap Kay pada anaknya. “Apa pasien boleh dijenguk, Dok?” tanya Richard. “Boleh, tapi sebaiknya dalam keadaan bersih dan tidak beramai-ramai. Hindari membahas hal-hal yang sekiranya tidak baik untuk didengar oleh pasien. Sebaliknya, bahas hal-hal yang mungkin menguatkan pasien,” pesan Dokter. Kay begitu kaku. Dia canggung ingin mendekati Livy. Dia tidak yakin dia bisa membawa pengaruh baik untuknya. Itu sebabnya dia masih hanya melihat dari jendela. Richard mendekati Kay. Dia mengambil Albern darinya. “Sebaiknya kamu meminta maaf atas apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   55. Sadar (Sampai Kau Puas)

    Respon itu hilang.Kay mematung. Jantungnya berdegup kencang. Ia sangat berharap wanita itu segera sadar.“Livy?” panggilnya lagi. Ia menghela napas karena jemari itu tak memberi respon lagi.Kay beranjak. Dia meninggalkan ruangan Livy untuk menemui anaknya.Richard menatap kedatangan Kay.“Tadi Livy merespon. Jarinya bergerak,” lapor Kay tanpa ditanya.“Semoga Livy segera pulih. Kalau Albern sudah pulih total, Papa ingin membawanya menemui Livy.”Kay mengangguk, pertanda setuju dan mendukung rencana ayah mertuanya.**Setelah beberapa hari ,Albern pun sembuh. Seperti rencana Richard, dia membawa cucunya menemui ibu susunya.“Ma…” Albern memanggil. Dia sangat mengenal Livy.“Coba Al cium Mama Livy,” ucap Richard pada cucunya. Dia mendekatkan Albern pada Livy.Albern mengecup pipinya. “Mama…” panggil Albern. Anak itu pun merengek. Ia mengulurkan tangannya, seakan meminta Livy untuk sadar dan ingin digendong olehnya.Sementara itu, Livy masih berada di alam mimpinya. Bertemu dengan Fabi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   56. Anak Angkat Saya

    Kay teringat pada ucapan Livy malam itu. Yang mengatakan kalau dia masih dan akan selalu mencintainya.“Apa ucapanmu malam itu benar?” tanya Kay, mengabaikan ucapan Livy yang begitu jelas menyindirnya.Livy tidak menjawab.“Malam di mana aku menyentuhmu,” lanjut Kay memperjelas.Wanita yang baru pulih itu, tak ingin menjawab.“Kenapa kau malah diam?” Kay kembali bertanya.“Apa pentingnya?” balas Livy singkat.“Aku hanya sekedar ingin tahu.”“Memangnya apa yang kau dengar malam itu? Kau mabuk. Semua yang kau dengar pasti salah. Tidak benar seperti itu. Aku hanya sedang memuaskanmu. Aku wanita murahan yang pantas dilakukan seperti itu kan?”Kay terdiam. Kini dia menyadari apa yang ayah mertuanya ucapkan. Tidak mungkin seseorang yang jahat akan mengakui kesalahannya dan merendahkan dirinya sendiri. Apa mungkin Livy memang memiliki alasan lain hingga menyakiti dirinya di masa lalu?“Bisakah kamu berkata jujur? Ceritakan semuanya sejak awal?” tanya Kay.“Sejak awal yang mana yang Tuan maks

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   57. Aku Juga Tidak Memaafkaanmu

    “Maksud Tuan? Anak angkat? Tidak…” tolak Livy dengan suara pelan.“Saya mohon, Ibu Livy…”“Tidak, Tuan. Saya ini wanita yang jahat. Saya ini wanita yang rendah. Tidak pantas untuk Tuan angkat menjadi anak angkat Tuan.”“Ibu Livy tidak punya siapa-siapa lagi, kan? Ada banyak orang jahat di luaran sana, Ibu Livy. Semua bisa melakukan hal jahat pada Ibu Livy. Tinggallah bersama kami, bersama Albern, Ibu Livy akan aman. Bahkan dari ‘siapa pun’” tekan Richard.Kay masih terus terdiam. Dia tidak merespon. Dia tidak mendukung dan juga tidak menolak.“Tidak Tuan… Saya tidak akan sanggup. Biarkan saya menata kembali kehidupan saya di tempat lain. Semenjak tugas saya menjadi Ibu Susu sudah selesai, saya sudah merencanakan untuk meninggalkan kota ini. Pergi jauh dan menghilang dari pandangan seseorang yang tidak ingin melihat saya. Karena saya sudah jahat dan memberikan banyak luka di hidupnya.”Kay langsung menatap Livy. Ia tahu kalimat itu ditujukan untuknya.Richard menghela napas Dia pun pah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   58. Salah Tingkah

    Kay tidak dapat menjawab ucapan Livy. Meski logikanya mengatakan kalau dia bisa lebih marah dan lebih tidak terima. Nyatanya dia tidak melakukannya. Dia hanya diam dengan tatapan yang begitu dalam pada Livy ketika mendengar semua luka yang Livy rasakan.Keduanya sama-sama tidak bisa memaafkan. Luka yang mereka rasakan terlalu sakit. Tetapi mereka akan tinggal di bawah atap yang sama. Kecanggungan tentu tidak dapat dielakkan.Begitulah yang Richard lihat saat mereka sudah tiba di rumah. Livy sudah keluar dari rumah sakit. Mulai di perjalanan pulang hingga sampai di ruang tengah, Kay hampir tidak berbicara sama sekali. Begitu juga dengan Livy. Hanya Albern yang terus mengoceh karena bahagia melihat Livy pulang bersama mereka.“Livy… Mulai sekarang, kamar kamu berada di sebelah kamar Albern. Papa sudah renovasi sehingga lebih luas dan lebih nyaman. Semoga kamu suka.”“Terima kasih banyak, Pa”“Kay… Papa sudah membersihkan kamar Jenna. Semua barangnya sudah Papa buang. Kita tidak perlu me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   59. Momen di Kamar Rahasia

    “Ka- kalian datang?” sambut Kay. “Papa…” sorak Albern mengulurkan tangannya pada Kay. Kay mendekati mereka. Ia langsung mengambil Albern dari Livy. Ia menatap wanita itu, namun Livy terlihat tak ingin menatapnya. “Silakan duduk…” ucap Kay canggung. Livy mengangkat tas jinjing berisi keperluan Albern. Reflek Kay membantunya hingga membuat kepala mereka terbentur satu sama lain. “Maaf maaf,” ucap Kay. Livy langsung berdiri. Dia mengusap keningnya. Kay langsung mengangkat tas itu dan menaruhnya ke sofa. Livy pun duduk di sana. Hening. Kay menggendong Albern sambil berjalan mendekati jendela kaca yang luas di ruangannya. Ia menunjukkan kota yang padat dari sana pada anaknya. “Al… Kamu tidak sabar ya mau mengambil alih semua pekerjaan Papa, sampai kamu benar-benar ingin ke kantor?” tanya Kay terkekeh sambil mencium pipi anaknya. “Lihat sana…” Kay menunjuk jalanan kota yang padat dari posisi mereka. Livy hanya duduk diam sambil memainkan handphone-nya. Kay meliriknya. Ia merasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   60. Mengecup Lehernya

    Livy menatap Kay. Entah kenapa hatinya justru mengingat kejahatan pria itu. Membuatnya enggan untuk menuruti ucapannya.Kay terdiam. Bukannya Livy merebahkan diri di sebelah Albern, ia justru membalik badan dan keluar dari kamar itu.Livy kembali duduk di sofa. Ia diam sedang pikirannya begitu berisik. Mengingatkannya akan perlakuan Kay yang mendorongnya, membuatnya pendarahan hingga keguguran, memenjarakannya dan tidak percaya kalau itu adalah anaknya. Rasanya sangat sakit jika dia mengabaikan semua sakit dan pahitnya itu dengan menuruti semua ucapan Kay, meskipun itu demi Albern.‘Aku memang mencintai Albern. Aku menyayanginya seperti anakku sendiri. Tetapi, aku berberat hati jika terus melakukan semua yang diminta olehnya. Laki-laki yang begitu tega dan tidak punya hati.’ Livy membatin.Sementara itu di kamar, Albern masih terus memanggil-manggil Livy. Kay mencoba menenangkannya.“Mungkin Mama Livy sedang ke toilet. Jadi, tidak apa-apa Al dan Papa yang di sini, ya?” bujuknya.Untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   110. Perhatian dan Kehangatan Pagi

    Livy menoleh. Menatap tangan Kay yang menahan lengannya. “Ah, ma- maaf. Maaf,” ucap Kay. “Ya?” sahut Livy dengan nada bertanya. “Kalu kamu tidak keberatan, bolehkah kapan-kapan kita mengobrol lagi? Ka- kalau kamu mau sih. Aku senang sekali bisa berbagi cerita denganmu. Bukan berarti aku mengabaikan semua luka yang ada, tapi memiliki waktu bersama seperti ini bersamamu benar-benar menenangkan hatiku.” Kay berkata dengan tulus dari hatinya, yang juga berhasil sampai tepat di hati Livy. Livy menunjukkan senyum simpul dan mengangguk pelan. Walau canggung, ia tetap meresponnya. Karena tidak ada alasannya untuk menolak. Sebab sebenarnya ia pun merasakan hal yang sama, yaitu kenyamanan. “Ya, boleh. Sudah malam. Kamu beristirahatlah. Selamat malam,” ucapnya lebih lembut. Kay tersenyum. Lega menghampiri hatinya. “Yaa, selamat malam Livy. Mi- mimpi indah,” lanjutnya, untuk pertama kali berani berkata seperti itu. “Kamu juga,” balas Livy. Ia pun melangkah pergi, meninggalkan dapur lebih d

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   109. Obrolan dari Hati ke Hati

    Livy membuka lemari gelas dan menuangkan air putih dari botol ke gelas kaca. Tepat saat ia hendak meminumnya, suara langkah kaki menyusul pelan dari arah lorong.“Kay?” Livy menoleh, sedikit heran melihat pria itu hadir di dapur.Kay menggaruk tengkuknya, ekspresi gugup jelas terlihat di wajahnya. “Aku… juga haus,” katanya sambil mencoba tersenyum, padahal jelas-jelas itu bukan alasannya datang ke dapur.Livy mengangkat alis, tapi tak berkomentar. Ia hanya memalingkan wajah dan membuka botol air lagi, lalu menuangkan air ke gelas kedua dan menyodorkannya tanpa banyak kata.Kay menerimanya, jari mereka nyaris bersentuhan. Dan lagi-lagi, itu cukup membuat jantung Kay memompa darahnya lebih cepat.Mereka duduk di dua kursi berhadapan di meja makan kecil dapur. Hening.Sesekali pandangan mereka saling bertemu, lalu sama-sama buru-buru berpaling seolah takut ketahuan sedang saling mengamati.Kay memutar gelasnya pelan dengan jemari, mencoba mencari topik pembicaraan. Tapi entah kenapa, sem

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   108. Momen Panas Malam itu

    Kay kembali masuk ke dalam kamar Albern. Di sana ia kembali duduk di pinggiran tempat tidur. Ia tersenyum. “Makasih Nak, sudah membuat Papa dekat dengan Mama. Kamu bantu Papa ya? Supaya Mama Livy selamanya akan menjadi Mama kamu…” ucapnya berbicara sendiri dengan nada pelan.Setelah memastikan anaknya benar-benar lelap, Kay pun melangkah perlahan untuk keluar dari kamar Albern. Sebelum menjauh dari sana, ia sempat melihat pintu kamar Livy. Hatinya menghangat.Lampu-lampu lorong rumah sudah diredupkan. Suasana terasa sunyi, namun sangat tenang. Kay ingin pergi menuju kamarnya, namun saat melewati ruang tengah, ia melihat Richard duduk sendirian di sofa dengan secangkir air putih di meja.Richard menatap ke arah Kay. “Kay,” sapanya.“Papa? Kenapa tidak di kamar? Kenapa tidak langsung tidur?” tanya Kay.Richard mengangguk, mempersilakan Kay duduk di sampingnya dengan menepuk bagian sofa yang kosong itu.Kay menurut, tanpa banyak tanya. Beberapa detik keheningan menyelimuti mereka sebelum

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   107. Semakin Dekat, Semakin Hangat

    Usai makan malam yang hangat itu, mereka tidak lupa mengabadikan momen dengan berfoto bersama. Richard pun memberikan ruang untuk mereka berfoto tanpa dirinya.“Papa? Kenapa pergi?” tanya Livy.“Kan tadi sudah? Sekarang… giliran kalian bertiga!” ucapnya tersenyum semangat. “Rapat-rapat!” ucapnya pula menggeser Livy pada Kay. Membuat jarak di antara mereka terpotong. Sempat mata mereka saling menatap, hingga akhirnya tersenyum menatap kamera.Setelah itu, Kay pun menarik tangan Richard. “Sekarang, giliran kita berdua, Pa.”Ada rasa bangga dan haru tersendiri di dalam diri Richard saat Kay merangkulnya dan berfoto berdua dengannya. Ia tidak salah memilih lelaki untuk mendiang anaknya. Ia juga tidak salah mempercayakan perusahaan padanya. Ia benar-benar tidak gelap mata.Malam itu benar-benar memberikan momen yang tidak akan terlupakan untuk mereka.Waktu berlalu… sudah waktunya mereka pulang. Ditambah Albern yang terlihat sudah bosan karena mulai mengantuk. Akhirnya mereka meninggalkan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   106. Ungkapan Keseriusan dan Ketulusan

    “Mau?” tanya Kay pula terang-terangan menatap Livy. Ia terkekeh.Livy langsung keluar dari mobil dan membiarkan Kay menggendong Albern.“Ada-ada saja!” celoteh Livy pelan.“Aku cuma bercanda…” ucap Kay.“Papa kamu memang kadang suka banyak gaya, Al. Memangnya sanggup?” cibirnya pelan, sambil mengibas rambutnya ke belakang.“Sanggup! Mau coba?” balas Kay yang mendengar omelan itu.Livy memelototinya.Kay malah tertawa lebar. “Kamu cantik kalau lagi marah,” ucapnya.“Ya! Aku tahu!” balas Livy arogan, berjalan lebih depan dan meninggalkan Kay juga Albern.Kay sama sekali tidak mati kutu dengan jawaban judes itu. Dia malah senang, karena perlahan sisi Livy yang dulu, mulai kembali ia tunjukkan. Sisinya yang manja, bawel namun tetap penuh perhatian.Restoran itu tidak terlalu ramai, namun suasananya hangat dan nyaman. Cahaya lampu-lampu gantung yang temaram memantulkan kilau lembut ke meja-meja kayu yang ditata elegan. Aroma roti panggang dan rempah-rempah menyambut mereka begitu pintu kac

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   105. Gendong Dua-Duanya

    Mata Livy melotot.Kay terkekeh. Membuat Livy akhirnya tersenyum. Merah di pipinya itu tidak dapat dia sembunyikan.“Baiklah, nanti aku akan siap-siap,” ucap Livy mengalihkan.“Lalu jawabannya?” tanya Kay.“Jawaban apa lagi? Aku sudah bilang ya,” balas Livy, bingung.“Aku pikir kamu jawab ‘baiklah’ kamu akan memanggilku dengan sebutan ‘Sayang’ hehe…” Kay merasa konyol. Dia mengusap kepalanya.Livy sejenak terdiam. “Hm... sudah dulu,” ucapnya, mengakhiri panggilan.Kay masih tersenyum. Sampai dia menyandarkan punggungnya ke kursinya yang empuk, mendongakkan wajah, bibirnya itu masih tersenyum lebar. Jantungnya berdebar.Sementara itu, Livy di kamarnya, mengelus dada. Dia mengatur napasnya. Kenapa hanya pertanyaan bercanda seperti itu berhasil membuatnya tersipu? Jiwanya benar-benar terasa kembali hidup, untuk hal lain, perasaan yang sudah lama tidak diarasakan.**Sore itu, suara mobil Kay terdengar lebih cepat dari biasanya. Jam belum menunjukkan pukul lima, namun deru mesinnya sudah

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   104. Panggilan Sayang

    Cahaya matahari siang menembus tirai tipis di balik jendela kantor Kay yang terletak di lantai tertinggi gedung. Di balik meja panjang dan layar monitor yang menyala, Kay duduk dengan jas setengah dibuka dan dasi yang mulai ia longgarkan sejak satu jam lalu setelah dia selesai meeting. Di tangannya ada laporan bulanan yang belum sepenuhnya ia baca, karena pikirannya melayang terlalu jauh.Terlalu jauh... ke rumah. Ya, bukan hanya sekadar bangunan megah, mewah dan indah, tetapi benar-benar menjadi tempat pulang yang ia rindukan. Anaknya, Ayah mertuanya dan Livy.Bukan pertama kali ia begini. Sejak Livy kembali dan tinggal bersama mereka, wajah perempuan itu tak pernah absen dari benaknya. Tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu yang terasa mengganjal—bukan karena rasa bersalah, tapi karena harapan yang mulai tumbuh diam-diam. Harapan yang perlahan membesar dan membentuk sebuah impian.Ia menatap keluar jendela. Di sana, langit tampak cerah. Begitu pun isi kepalanya sa

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   103. Mama Sayang Papa

    Kay mati kutu menatap Albern yang terus memintanya untuk mencium Livy.Kay terdiam.Livy membeku.Richard, yang tengah mengaduk teh hangat, hanya tertawa pelan di balik cangkirnya. “Wah, anak kecil memang tulus.”Namun Kay hanya mengusap kepala putranya perlahan. Ia menunduk lalu berbisik, “Papa tidak boleh mencium Mama sekarang, nanti Mama marah. Papa mencium Mama di depan rumah saaja ya?”Bisikannya itu terdengar oleh Livy.Albern menatap Kay. Mengerti ataupun tidak, yang jelas anak itu terlihat mengangguk.“Ayo Mama!” ucap Kay pula pada Livy.Livy panik, namun mengikut juga.“Pa, tolong jaga jagoanku ini sebentar, Pa. Aku mau pamit ke depan…” ucapnya.Richard hanya tersenyum lalu mengangguk. Ia memahami bahwa itu bukan sekadar alasan biasa.Kay lalu menatap Livy dengan tatapan yang tak bisa ia artikan. “Antar aku sebentar ke depan ya?”Livy sempat ragu, t

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   102. Mencium Livy?

    Kay refleks mundur, lalu buru-buru menahan tawa.Livy pun mengecup kening Albern. Pelan dan lembut. Ia tidak ingin membangunkannya. Kemudian barulah Kay yang mengecup Albern.Melihat adegan itu, senyuman Livy terukir walau tipis. Senyum yang tak bisa ia tahan saat melihat mata Kay yang jernih di bawah lampu temaram dan mengecup anaknya dengan penuh kasih saayang.Kay melirik Livy sejenak. Lalu, dengan gerakan lembut, ia mengelus rambut Albern sekali lagi, lalu berdiri. “Ayo, aku antar kamu ke kamar.”Livy sempat ragu. “Ti- tidak usah,” ucapnya.“Kamu mau tidur di sini?” tanya Kay, memastikan.“Bu- bukan. Yaudah, ayo keluar,” ajak Livy pula.Mereka berjalan perlahan keluar dari kamar Albern, pintu ditutup dengan sangat hati-hati. Langkah mereka menuju ke pintu di sebelah, yaitu kamar Livy.Di depan pintu itu, mereka berdiri berhadapan. Kay menatapnya, sementara Livy memegang gagang pintu. Cahaya remang lorong menyapu wajah mereka, membentuk siluet yang tenang dan samar-samar namun ada

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status