Kinan mendadak gugup, kini ia duduk di hadapan seorang pria yang bisa Kinan katakan cukup tampan. Rambutnya tertata dengan rapi, style yang ia kenakan juga sangat menggambarkan ia seorang pemilik cafe. Kaos coklat, celana jeans panjang dengan sedikit robekan di lututnya.
"Jadi kegiatan kau sehari-hari apa?" tanya pria itu, sedari tadi ia tidak berhenti menyesap kopi panasnya. Sangat jelas tergambar ia sedang gugup sekarang.
"Aku mengelola toko bunga," jawab Kinan seraya meraih gelas kopinya dan menyesapnya untuk pertama kalinya sedari tadi. Sejujurnya Kinan, tidak terlalu suka kopi.
"Berapa pendapatan bersih yang bisa kau dapatkan dalam setahun?" tanya pria itu lagi yang sontak membuat Kinan mengerutkan alisnya bingung.
Seseorang yang baru ia kenal, sudah bertanya perihal pendapatan bersih atas usahanya? Itu sangat tidak sopan. Apakah sekarang saat yang tepat untuk membahas bisnis, di mana seharusnya mereka berkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar terlebih dahulu?
"Sepertinya aku bisa menolak untuk menjawab pertanyaan itu," ucapnya tegas.
"Why? Aku ingin menghitungnya, berapa keuntungan yang bisa aku dapatkan jika kita bersama dan itu adalah pertanyaan dasar. Aku akan bertanya, berapa biaya untuk produk kecantikan yang kau habiskan setiap bulan dan berapa uang yang kau habiskan untuk belanja pakaian."
Ini tidak masuk akal, siapa yang menginginkan pria yang memperhitungkan segalanya seperti itu? Lagi pula, apa haknya menghitung uang yang Kinan keluarkan? Noah sialan tidak pernah bisa memberikannya pria yang benar, ini bahkan lebih parah ketimbang Wisnu.
Kinan bangkit dari duduknya, ia memutar matanya jengah. Lelah sudah ia berurusan dengan dua pria aneh. "Kita akhiri saja pembicaraan kita sampai di sini."
"Loh kenapa?" Pria itu tampak kaget, ia berdiri saat Kinan bangkit dari duduknya. "Ini bahkan belum satu jam."
Kinan meringis pelan. "Siapa yang akan tahan, berbicara denganmu selama satu jam penuh jika kau hanya membahas pengeluaran orang lain dan keuntungan yang kau dapatkan."
"Tapi aku membahas itu agar sebuah hubungan bisa lebih sejahtera." Alex masih berusah mencegat Kinan yang sudah mengambil tasnya. "Ayolah, kita hidup selalu dalam mencari peluang dan keuntungan."
"Maaf, aku harus pergi." Kinan tidak perduli lagi. Masa bodoh, waktunya belum habis. Ia akan kembali dan menyumpah serapahi Noah setelah ini.
Dari jauh ia bisa melihat mobil pria itu masih berada di sana, Kinan mempercepat langkahnya hingga sampai tepat di depan mobil. Ia masuk, kemudian melototi pria itu tajam. "Apa kau tidak bisa memberiku pria yang lebih jelas dari ini? Ibuku telah membuatmu dengan sangat mahal dan kau memilih pria yang tdiak berguna!"
Noah kaget, ia hanya diam dengan dahi berkerut sempurna. "Aku telah memilih yang terbaik dan aku tidak tahu pria itu tidak sesuai kriteriamu."
"Yang terbaik katamu?" Kinan tertawa tidak menyangka. "Pria terbaik mana yang menghitung pengeluaran orang lain?!"
"Heh?" Noah terkejut, raut wajahnya persis sama seperti Kinan tadi.
"Sungguh aku tidak ingin menemui pria-pria itu lagi." Kinan menarik rambutnya frustasi. Ia tidak peduli dengan penampilannya lagi sekarang, ia juga kelaparan. "Sebelum pulang, ayo kita makan."
Noah semakin bingung, sekarang wanita tiba-tiba mengajaknya untuk makan? Setelah marah, ia kelaparan?
"Tapi aku tidak dibayar untuk mengantarkanmu ke tempat selain bertemu dengan pria-pria itu."
Kinan semakin frustasi dibuatnya, ia menatap tajam ke arah pria itu. "Tidak bisakah, kau antarkan aku? Apa kau tidak punya hati nurani?"
"Baik, akan aku antarkan."
~•~
Di sini lah Noah berada sekarang, di depan sebuah kafe kecil menatap wanita itu menyeruput mie instan yang ia pesan. Ia terlihat seperti wanita yang aneh, bahkan saat sedang makan pun matanya masih melotot tajam dan mulutnya tidak henti menggerutu.
"Aku tidak paham, mengapa pria itu menanyakan pengeluaranku? Memang siapa dia? Aku memberi semua yang aku butuhkan menggunakan uangku!"
Wajahnya cantik, tapi mulut dan sikapnya tidak bisa dikatakan cantik. Lihatlah cara makannya, sangat berantakan, Noah tidak tahan melihatnya. Ia mengambil beberao helai tisu dan memberikannya pada Kinan. "Kau sebaiknya tetap memperhatikan penampilanmu."
"Apa? Kenapa?"
"Lihatlah kuah mie itu! Kau makan seperti bayi!"
Kinan menarik cepat tisu di tangan Noah dan mendengus pelan sebelum ia membersihkan sudut-sudut bibirnya yang terkena kuah mie. "Terima kasih
"Masih ada 8 pria yang harus kau temui
"Aku tidak mau
Noah tidak peduli, ia mengeluarkan foto-foto itu kembali dari balik jas hitamnya dan menyuruh Kinan untuk memilihnya lagi. "Cepat pilih yang kau mau
Kinan merengek pelan. "Pria selanjutnya pasti lebih parah
"Aku tidak punya banyak waktu, cepat pilih
Kinan lagi-lagi mendengus kesal, ia menarik asal foto tersebut tanpa memikirkannya terlebih dahul
"Emm, oke." Noah memperlihatkan foto pria yang harus Kinan temui besok. "Darren, 29 tahun, Koki di sebuah restoran ternama
Kinan suka memasak, ia juga suka banyak makanan. Wanita itu sedikit antusias, pria yang bisa memasak masuk ke dalam kriterianya. "Semoga saja yang ini tidak aneh
"Sudah?" tanya Noah, pria itu terus melihat ke arah jam di tanganny
Kinan mengelap bibirnya penuh, sebelum mengangguk ia meminum airnya sebentar. "Sudah."
Noah berjalan mendahului Kinan dan masuk ke mobil sebelum kemudian diikuti Kinan di belakangnya. Mobil hitam itu kemudian melesat cepat ke jalan Raya. Tidak ada yang bersuara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlebih Noah, yang sedari tadi tanpa henti memperhatikan jam yang melingkari pergelangan tangannya.
Kinan yang sedari tadi menyadari hal itu, akhirnya bersuara, "apa kau sudah telat?"
Noah mengangguk pelan. "Masih banyak hal yang harus aku urus hari ini."
"Apakah itu adalah hal yang penting?" tanya Kinan. Ia tidak penasaran, hanya ingin tahu saja.
"Tidak ada hal yang tidak penting bagiku."
Kinan mengangguk paham, setelahnya ia kembali bertanya. "Di mana aku harus bertemu pria itu besok?"
"Apartemen miliknya, dia ingin bertemu denganmu di sana."
Dahi Kening berkerut, Kinan pikir pria itu akan mengajaknya bertemu di restoran tempatnya bekerja.
"Oh ada perubahan jam, besok kau harus temui dia pukul 8 malam," kata Noah masih memfokuskan dirinya dengan jalanan di depannya.
"Aku tidak bisa!" Gila saja, pukul 8 malam. Itu adalah saatnya Kinan istirahat dan menonton drama favoritnya. "Aku tidak punya waktu untuk bertemu di jam itu."
"Tapi ini permintaan klien."
"Bukankah aku juga Klien?" tanya Kinan, meninggikan sedikit suaranya.
"Ya, tapi dia membayarku lebih tinggi," jujur Noah menoleh sekilas ke arah Kinan.
"Kau memang gila uang!"
"Ada beberapa yang harus kau kenakan untuk besok." Noah mengambil sebuah amplop bewarna merah di atas dashboard mobilnya dan memberikannya ke Kinan. "Kau bisa membacanya di sini."
"Bahkan dia mengaturku?" Kinan sudah yakin, pria ini akan lebih parah dari Wisnu dan Alex.
"Bukankah kau melakukan semua ini demi Ibumu?"
~•~
TBC
Kinan terpaku menatap dirinya di depan cermin, di tubuhnya sudah melekat sempurna gaun pengantin brokat bewarna putih dengan model sabrina berlengan panjang. Lekuk tubuhnya sangat sempurna, dengan gaun tersebut. Rambutnya yang ditata sedemikian rupa dengan sebuah mahkota di atasnya menjadikan Kinan tidak mengenali dirinya sendiri.Ternyata begini rasanya memakai gaun pengantin, tampak biasa saja. Ia tidak terlalu menyukainya, untung saja gaun pengantin tersebut tidak berat dan panjangnya hanya sampai mata kaki. "Lalu sekarang apa lagi?" tanya Kinan sudah sangat kesal. Hampir satu jam lamanya orang-orang di sana meriasnya. Ia pun melangkah keluar dari ruangan tersebut dan bertemu dengan Ferdinand."Ayo kemarilah cepat!" kata Ferdinand berdiri di depan salah satu ruangan, yang letaknya bersebelahan dengan ruangan tempatnya berada tadi.Kinan melangkah masuk, di sana ia bisa melihat Noah sudah menunggunya dengan setelan jas bewarna hitam lengkap dengan
Sudah hampir 3 minggu berlalu, Kinan sudah mulai bisa berjalan kembali meski tidak bisa terlalu sering dan memakai heels. Sudah dari 2 pekan yang lalu ia kembali ke rumahnya, saat Ibu dan Andini menjemputnya pulang dari apartement Noah setelah mengetahui bahwa kakinya sakit.Semenjak itu, ibu kerap kali datang ke apartement Noah untuk memberinya banyak makanan padahal ibu tahu jika pria itu pandai memasak. Tapi, ibu bersikeras dan mengatakan kalau Noah bisa saja tidak punya waktu untuk memasak. Lagi pula katanya ini sebagai rasa terima kasih ibu karena sudah merawat dirinya. Ibu memang terlalu berlebihan."Sekarang kau akan kemana?" tanya Andini melihat Kinan sudah rapi dengan celana jeans dan kemeja polosnya.Kinan menoleh sekilas dan kembali menata rambutnya yang ia biarkan tergerai. Hari ini ia akan memakai sneaker saja, untuk menghindari kakinya terasa sakit lagi. "Aku masih harus menemui 3 pria lagi, agar aku bisa seg
Mata Kinan kembali melebar, tetapi kini dihiasi dengan kerutan pada dahinya. Rasa malu itu kini kembali menjalar, hingga membuat kedua pipi Kinan terasa panas. Ah, Noah memang tidak bisa ditebak. Ada apa dengannya, kenapa pria itu sampai menawarkan untuk tidur bersama lagi?"Kalian telah tidur bersama?" tanya Rey, nada bicaranya jelas terlihat bahwa ia terkejut."Ya." Kinan menoleh, tetapi kemudian ia menyadari jawabannya. "Tidak, ma-ksudku."Rey melihat ke arah Noah, keduanya beradu pandang. Tatapan tajam Rey lebih terlihat seperti sebuah peringatan keras. "Kuharap kau tidak lupa Noah.""Bagaimana jika aku ingin?" tanya Noah seolah menantang.Bibir Rey membentuk garis tipis. "Kau tahu kau tidak bisa melakukannya."Kinan menatap kedua orang kakak beradik itu bingung, ia tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Ketika Kinan melihat ke arah Noah, ia bisa melihat kekesalan tergambar sangat jelas di sana."Ya,
Noah terdiam, hentakan saat memotong wortel tak lagi terdengar. Ucapan Kinan mengacaukan seluruh pikirannya, terlebih sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Noah berkedip, ia kembali melanjutkan. "Tentu," ujarnya singkat."Kalau begitu, aku harus segera menemukan orang itu." Kinan akan bertekad, ia harus membahagiakan orang-orang di sekitarnya termasuk pria itu. Noah pasti akan sangat senang, pekerjaan dengannya yang super merepotkan juga akan selesai. Jadi pria itu tidak lagi harus mengurusinya yang memang cukup melelahkan. "Aku berhutang banyak padamu, jadi aku tidak akan melupakanmu."Noah mencoba untuk terkecoh, meski pikirannya begitu berantakan. Ia sekarang melanjutkan ke sayuran yang lain, memotongnya hingga semuanya siap untuk di masak."Setelah kakiku sembuh, aku akan menemui pria yang tersisa sehingga aku bisa segera melepas bebanmu.""Kau sama sekali bukan beban bagiku."Kinan menoleh, dilihatnya Noah yang telah berbalik. Keduanya men
"Noah."Noah tersentak dalam tidurnya saat mendengar suara lirihan Kinan. Ia menenggakkan kepala serta tubuhnya dari kursi yang telah menahannya saat tidak sengaja tertidur tadi. Noah menatap tangannya yang masih di genggaman wanita itu dan bertanya, "iya, ada apa?""Tidurlah, kau juga butuh istirahat," kata Kinan seraya menarik pelan tangannya dari genggaman pria itu."Aku sudah tidur." Noah sengaja mengambil salah satu kursi meja makan dan membawanya ke kamar agar ia bisa tetap menjaga wanita itu dalam tidurnya."Tubuhmu bisa sakit nanti, tidurlah di sofa." Kinan merasa bersalah setelah melihat bagaimana Noah menjaganya dalam tidur. Ia telah banyak menyusahkan pria itu. "Ah, sofa juga buruk. Aku telah banyak menyusahkanmu."Noah mengambil beberapa helai tisu yang sudah ia taruh di atas nakas. "Ini adalah tanggung jawabku karena telah membuatmu sakit," katanya seraya menghapus keringat ya
Kinan mengernyit saat melihat Noah mendekatkan sesendok bubur ke dekat mulutnya. "Aku bisa memakannya sendiri," tolak Kinan seraya mengambil sendok di tangan Noah dan memasukkannya ke dalam mulutnya."Bagaimana rasanya?" tanya Noah, karena ia benar-benar ragu dengan rasa bubur buatannya itu. "Aku jarang membuat bubur, jadi aku pikir aku tidak akan membuatnya dengan enak.""Ini enak, aku menyukainya." Kinan tersenyum sekilas sebelum kembali menyuapi bubur itu ke mulutnya. "Terima kasih."Tangan Noah refleks menyentuh puncak kepala Kinan dan mengusapnya pelan. "Sama-sama," kata Noah lalu tiba-tiba terdiam saat pandangan keduanya bertemu.Noah buru-buru menjauhkan tangannya, ia sungguh melakukannya dengan spontan hingga ia tidak menyadarinya. "Maaf, aku tidak sengaja."Tanpa Noah ketahui, jauh di dalam sana Kinan hampir terlempar dari bumi. Kinan berusaha untuk menyamarkannya ekspresi k