Share

Bab 4 : Alex

Kinan mendadak gugup, kini ia duduk di hadapan seorang pria yang bisa Kinan katakan cukup tampan. Rambutnya tertata dengan rapi, style yang ia kenakan juga sangat menggambarkan ia seorang pemilik cafe. Kaos coklat, celana jeans panjang dengan sedikit robekan di lututnya. 

"Jadi kegiatan kau sehari-hari apa?" tanya pria itu, sedari tadi ia tidak berhenti menyesap kopi panasnya. Sangat jelas tergambar ia sedang gugup sekarang.

"Aku mengelola toko bunga," jawab Kinan seraya meraih gelas kopinya dan menyesapnya untuk pertama kalinya sedari tadi. Sejujurnya Kinan, tidak terlalu suka kopi. 

"Berapa pendapatan bersih yang bisa kau dapatkan dalam setahun?" tanya pria itu lagi yang sontak membuat Kinan mengerutkan alisnya bingung.

Seseorang yang baru ia kenal, sudah bertanya perihal pendapatan bersih atas usahanya? Itu sangat tidak sopan. Apakah sekarang saat yang tepat untuk membahas bisnis, di mana seharusnya mereka berkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar terlebih dahulu?

"Sepertinya aku bisa menolak untuk menjawab pertanyaan itu," ucapnya tegas. 

"Why? Aku ingin menghitungnya, berapa keuntungan yang bisa aku dapatkan jika kita bersama dan itu adalah pertanyaan dasar. Aku akan bertanya, berapa biaya untuk produk kecantikan yang kau habiskan setiap bulan dan berapa uang yang kau habiskan untuk belanja pakaian."

Ini tidak masuk akal, siapa yang menginginkan pria yang memperhitungkan segalanya seperti itu? Lagi pula, apa haknya menghitung uang yang Kinan keluarkan? Noah sialan tidak pernah bisa memberikannya pria yang benar, ini bahkan lebih parah ketimbang Wisnu. 

Kinan bangkit dari duduknya, ia memutar matanya jengah. Lelah sudah ia berurusan dengan dua pria aneh. "Kita akhiri saja pembicaraan kita sampai di sini."

"Loh kenapa?" Pria itu tampak kaget, ia berdiri saat Kinan bangkit dari duduknya. "Ini bahkan belum satu jam."

Kinan meringis pelan. "Siapa yang akan tahan, berbicara denganmu selama satu jam penuh jika kau hanya membahas pengeluaran orang lain dan keuntungan yang kau dapatkan." 

"Tapi aku membahas itu agar sebuah hubungan bisa lebih sejahtera." Alex masih berusah mencegat Kinan yang sudah mengambil tasnya. "Ayolah, kita hidup selalu dalam mencari peluang dan keuntungan."

"Maaf, aku harus pergi." Kinan tidak perduli lagi. Masa bodoh, waktunya belum habis. Ia akan kembali dan menyumpah serapahi Noah setelah ini.

Dari jauh ia bisa melihat mobil pria itu masih berada di sana, Kinan mempercepat langkahnya hingga sampai tepat di depan mobil. Ia masuk, kemudian melototi pria itu tajam. "Apa kau tidak bisa memberiku pria yang lebih jelas dari ini? Ibuku telah membuatmu dengan sangat mahal dan kau memilih pria yang tdiak berguna!"

Noah kaget, ia hanya diam dengan dahi berkerut sempurna. "Aku telah memilih yang terbaik dan aku tidak tahu pria itu tidak sesuai kriteriamu."

"Yang terbaik katamu?" Kinan tertawa tidak menyangka. "Pria terbaik mana yang menghitung pengeluaran orang lain?!"

"Heh?" Noah terkejut, raut wajahnya persis sama seperti Kinan tadi. 

"Sungguh aku tidak ingin menemui pria-pria itu lagi." Kinan menarik rambutnya frustasi. Ia tidak peduli dengan penampilannya lagi sekarang, ia juga kelaparan. "Sebelum pulang, ayo kita makan."

Noah semakin bingung, sekarang wanita tiba-tiba mengajaknya untuk makan? Setelah marah, ia kelaparan?

"Tapi aku tidak dibayar untuk mengantarkanmu ke tempat selain bertemu dengan pria-pria itu."

Kinan semakin frustasi dibuatnya, ia menatap tajam ke arah pria itu. "Tidak bisakah, kau antarkan aku? Apa kau tidak punya hati nurani?"

"Baik, akan aku antarkan."

~•~

Di sini lah Noah berada sekarang, di depan sebuah kafe kecil menatap wanita itu menyeruput mie instan yang ia pesan. Ia terlihat seperti wanita yang aneh, bahkan saat sedang makan pun matanya masih melotot tajam dan mulutnya tidak henti menggerutu.

"Aku tidak paham, mengapa pria itu menanyakan pengeluaranku? Memang siapa dia? Aku memberi semua yang aku butuhkan menggunakan uangku!"

Wajahnya cantik, tapi mulut dan sikapnya tidak bisa dikatakan cantik. Lihatlah cara makannya, sangat berantakan, Noah tidak tahan melihatnya. Ia mengambil beberao helai tisu dan memberikannya pada Kinan. "Kau sebaiknya tetap memperhatikan penampilanmu."

"Apa? Kenapa?"

"Lihatlah kuah mie itu! Kau makan seperti bayi!"

Kinan menarik cepat tisu di tangan Noah dan mendengus pelan sebelum ia membersihkan sudut-sudut bibirnya yang terkena kuah mie. "Terima kasih

"Masih ada 8 pria yang harus kau temui

"Aku tidak mau

Noah tidak peduli, ia mengeluarkan foto-foto itu kembali dari balik jas hitamnya dan menyuruh Kinan untuk memilihnya lagi. "Cepat pilih yang kau mau

Kinan merengek pelan. "Pria selanjutnya pasti lebih parah

"Aku tidak punya banyak waktu, cepat pilih

Kinan lagi-lagi mendengus kesal, ia menarik asal foto tersebut tanpa memikirkannya terlebih dahul

"Emm, oke." Noah memperlihatkan foto pria yang harus Kinan temui besok. "Darren, 29 tahun, Koki di sebuah restoran ternama

Kinan suka memasak, ia juga suka banyak makanan. Wanita itu sedikit antusias, pria yang bisa memasak masuk ke dalam kriterianya. "Semoga saja yang ini tidak aneh

"Sudah?" tanya Noah, pria itu terus melihat ke arah jam di tanganny

Kinan mengelap bibirnya penuh, sebelum mengangguk ia meminum airnya sebentar. "Sudah."

Noah berjalan mendahului Kinan dan masuk ke mobil sebelum kemudian diikuti Kinan di belakangnya. Mobil hitam itu kemudian melesat cepat ke jalan Raya. Tidak ada yang bersuara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlebih Noah, yang sedari tadi tanpa henti memperhatikan jam yang melingkari pergelangan tangannya.

Kinan yang sedari tadi menyadari hal itu, akhirnya bersuara, "apa kau sudah telat?"

Noah mengangguk pelan. "Masih banyak hal yang harus aku urus hari ini."

"Apakah itu adalah hal yang penting?" tanya Kinan. Ia tidak penasaran, hanya ingin tahu saja.

"Tidak ada hal yang tidak penting bagiku."

Kinan mengangguk paham, setelahnya ia kembali bertanya. "Di mana aku harus bertemu pria itu besok?"

"Apartemen miliknya, dia ingin bertemu denganmu di sana."

Dahi Kening berkerut, Kinan pikir pria itu akan mengajaknya bertemu di restoran tempatnya bekerja.

"Oh ada perubahan jam, besok kau harus temui dia pukul 8 malam," kata Noah masih memfokuskan dirinya dengan jalanan di depannya.

"Aku tidak bisa!" Gila saja, pukul 8 malam. Itu adalah saatnya Kinan istirahat dan menonton drama favoritnya. "Aku tidak punya waktu untuk bertemu di jam itu."

"Tapi ini permintaan klien."

"Bukankah aku juga Klien?" tanya Kinan, meninggikan sedikit suaranya.

"Ya, tapi dia membayarku lebih tinggi," jujur Noah menoleh sekilas ke arah Kinan.

"Kau memang gila uang!"

"Ada beberapa yang harus kau kenakan untuk besok." Noah mengambil sebuah amplop bewarna merah di atas dashboard mobilnya dan memberikannya ke Kinan. "Kau bisa membacanya di sini."

"Bahkan dia mengaturku?" Kinan sudah yakin, pria ini akan lebih parah dari Wisnu dan Alex.

"Bukankah kau melakukan semua ini demi Ibumu?"

~•~

TBC

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status