Share

Bab 3 : demi Ibu

Sepanjang jalan Kinan tidak berhenti menggerutu kesal, Noah hanya sesekali tertawa mendengar ocehan dari wanita berambut cokelat itu. "Ayolah, ketika dia melepas kaca matanya. Aku yakin, dia pria yang tampan."

Kinan menatap geram, Noah hanya tahu cara berbicara. "Aku tidak melihat seorang pria dari wajahnya, tapi kepribadiannya."

"Syukurlah Kinan, aku pikir awalnya kau tidak normal."

Kinan mengumpat kecil, apakah dirinya terlihat tidka normal? Tidka ingin menikah apakah hal itu disebut tidka normal? Ayolah, zaman sudah modern, banyak wanita-wanita yang memilih untuk tidak menikah.

"Baiklah, bagaimana Wisnu?" tanya Noah, menggerakkan alisnya selai.

Jengah, Kinan hanya ingin pulang. "Out."

"Oke. Mari tentukan pilihan Anda yang kedua." Noah memberhentikan laju mobilnya di depan toko bunga Kinan. Ia menunggu Kinan keluar terlebih dahulu, sebelum kemudian ia juga menyusul wanita itu masuk ke dalam toko.

Seperti saat pertama kali, pria itu kembali menaruh foto-foto biru di hadapan Kinan dan menyuruhnya untuk memilih kembali. "Silakan."

Kinan menimang-nimang sesaat, memperhatikan lembaran foto yang bagian belakangnya terukir hiasan bunga bewaran emas. Sebelum akhirnya, ia menarik foto yang bertuliskan angka 1 dan memberikannya kepada Noah. "Semoga saja kali ini bukan pria yang aneh."

"Waw." Mata coklat Noah terlihat berbinar, ia membalikkan foto tersebut dan memperlihatkannya kepada Kinan. "Masih pilihan yang sangat bagus."

Kinan memperhatikan sosok pria di foto tersebut, kaos abu-abu dengan ponsel di tangannya. Sepertinya pria yang sibuk. Tapi, tetap Kinan harus melihat kepribadiannya terlebih dahulu. Meski ia sendiri masih pada pendiriannya yang kokoh untuk tidak menikah. 

"Alex, 34 tahun. Memiliki sebuah cafe dengan banyak cabang di ibu kota."

Oh, sepertinya tidak ada yang aneh. Kinan hanya mengangguk kecil. 

"Sama seperti tadi, Saya akan menemu Anda pukul 9 pagi." Noah merapikan foto-foto tersebut, memasukkannya kembali ke dalam saku jasnya lalu kemudian beranjak pergi dari sana. 

Kinan hanya melihat sekilas, mobil pria itu melaju dan hilang dari pandangannya. Sekarang yang Kinan harus lakukan, yaitu menyiapkan mentalnya. Tidak disangka, perjalanan ini akan panjang. Ada 9 pria lagi yang harus ia temui. Kinan pun yakin tidak ada yang bisa memenuhi kriterianya. Buang-buang waktu dan uang saja, ibu seharusnya tidak melakukan hal ini.

~•~

"Bagaimana Kinan, apa Wisnu pria yang cocok?" tanya sang Ibu yang menyambut sang anak pulang. 

Kinan mendaratkan punggungnya ke sofa, hari ini ia cukup lelah. Pelanggan di tokonya mendadak ramai saat sehabis ia pulang untuk menemui Wisnu tadi. "Siapa yang akan tertarik dengan pria seperti dia ibu."

Ibu mengembuskan napasnya gusar, ada perasaan takut yang terus menyerang dadanya. "Tapi, Ibu ingin kamus segera menikah. Setidaknya sebelum Ibu pergi."

"Bu ...." Kinan memeluk sang Ibu, menenggelamkan separuh wajahnya di separuh bahu yang tak lagi kokoh itu. "Kinan takut, Kinan takut gagal Ibu."

Ibu mengelus pelan puncak kepala Kinan, memberi kecupan hangat sekali. "Kinan ... Ibu mau kamu ada yang melindungi. Ibu gak mau kamu terus sendiri seumur hidup kamu. Meski Ayah ninggalin Ibu, Ibu masih punya kalian berdua. Ibu gak sendiri."

Kinan terdiam, ia tidak lagi bersuara. Hanya menenggelamkan wajah di bahu sang Ibu, dan berenang pada jutaan pikiran buruk yang terus menekannya. Pria-pria itu, Kinan juga sendiri tidak yakin bisa menemukan yang sesuai dengan kriterianya. 

~•~

Kinan sudah siap dengan penampilannya, gaun bewarna hijau polos dengan potongan dada rendang sudah melekat sempurna di tubuh rampingnya. Rambutnya ia ikat kucir kuda, tak lupa ia memoleskan sedikit perona di wajahnya agar terkesan fresh. Menurut orang-orang yang baru bertemu dengan dirinya atau yang belum mengetahui usianya, mereka akan melihat Kinan sebagai seorang wjaita berumur 22 tahun. Wajahnya yang awet muda, dengan kulit seputih susu membuat Kinan terlihat bak gadis belia. 

Sejujurnya banyak pria-pria yang mencoba mendekati dirinya, bahkan sudah banyak pria yang datang ke rumah untuk meminang dirinya. Tapi, tidak da satu pun yang Kinan terima. Pekerjaan mereka pun bukan main-main, rata-rata dari mereka adalah pengusaha sukses. Bahkan, ada pula pria yang telah beristri. 

"Apa Anda sudah siap?" tanya Noah, menunggu di depan mobil sedan hitamnya. 

Kinan mengangguk serata melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil. Demi sang ibu, Kinana akan mencoba untuk berkenalan dengan pria-pria yang akan Noah bawa untuknya. "Apa kita akan datang ke kafenya?"

"Ya." Noah melajukan mobilnya, membelah jalan raya yang dipenuhi banyak sekali kendaraan. Ia menoleh sesaat, melihat tampilan wanita itu. "Anda lebih siap dari sebelumnya."

Kinan menunduk, tersenyum kecil. "Demi ibu," jawabnya.

Noah hanya diam, tak lagi menganggapi. Ia memfokuskan dirinya mengendari mobil sedan tersebut, meski sesekali ia melirik ke arah Kinan. Tidak seperti kemarin, hari ini wanita itu tampak sangat tenang. 

"Sudah berapa lama Anda bekerja menjodohkan orang lain?" tanya Kinan tiba-tiba yang langsung sontak membuat Noah berdeham pelan karena sadar sejak tadi ia memperhatikan wanita itu.

"3 tahun," jawab Noah. Matanya kini memandang lurus ke depan.

"Apa semuanya berakhir sempurna?" tanya Kinan lagi. Wajahnya menoleh sempurna ke arah Noah.

"Ya, mereka semua menikah." Matanya masih tetap pada posisinya.

"Bagaimana jika saya tudka berhasil?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Noah menoleh dan bertemu dengan isi mata hazel wanita itu. Sejenak ia berpikir, sebelum kemudian menjawab. "Anda tidak bisa memutuskan suatu hal sebelum Anda mencobanya."

"Apa Anda yakin ada satu pria di antara 10 pria itu yang akan menjadi pasangan saya?" 

Noah mengangguk, ia akan membantu wanit itu. Sorot matanya, terlihat jelas beban yang ia tanggung atas semua ini sangat berat. Meski bagi kebanyakan orang, pernikahan adalah impian. Tapi entah mengapa, wanita ini sangat menghindarinya? 

Mobil berhenti, Noah melepas sabuk pengamannya. Ia tidak dulu keluar, saat melihat Kinan masih berada di posisinya. "Anda belum siap?"

Lama Kinan terdiam, napas gusar kembali ia embuskan. "Saya tidak pernah benar-benar siap. Ini benar-benar menakutkan."

"Anda hanya harus menemuinya 1 jam dan saya akan menunggu di sini."

Kinan menoleh, kemudian menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. "1 jam waktu yang cukup lama."

"Anda hanya harus menikmati pertemuan ini." Noah tidak mengerti, mengapa wanita ini terlihat sangat ketakutan. Noah yakin benar, pria-pria yang ia pilihkan ini tidak akan ada yang akan berani menyakitinya. "Saya akan menunggu di sini, menunggu Anda selesai."

Kinan mendongak. "Anda akan menunggu lagi?"

"Ya," kata Noah mengangguk kecil.

Kinan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan, sebelum akhirnya keluar dari mobil sedan itu. Sebelum masuk ke dalam kafe, ia lebih dahulu memanggil Noah dan memberinya tatapan tajam. "Awas saja kalau Anda tidak menunggu saya."

"Iya." Noah tertawa kecil, tidak pernah sebelumnya ia bertemu klien seperti Kinan yang berani memelototinya seperti itu. Wanita yang unik, seharusnya ia pantas mendapatkan pasangan yang baik. 

~•~

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status