Mag-log inDi hotel bintang lima, yang juga termasuk aset milik keluarga Dirgantara kini sedang berlangsung makan malam bersama dengan keluarga lengkapnya, ada Opa wiliam, kedua orang tua Sagara, dan juga Darell, yang bergabung dalam satu meja.Opa William yang mengajak keluarga besarnya berkumpul, juga ingin mempertemukan keluarga jauh yang datang dari London.“Kalian sudah datang rupanya, ayo duduk,” sambut Opa William melihat kedatangan Sagara dan juga Jeslyne.“Maaf sedikit terlambat, Opa,” ucap Jeslyne tidak enak membuat yang lain menunggu.“Gak pa-pa, kita juga belum lama sampai,” ujar Calvin pada menantunya yang terlihat canggung.“Oh ya, kenalkan Jeslyne, ini Om Lewis dan Tante Amora sepupu dari Papa Calvin. Dan sebelahnya itu putrinya Liona, yang juga teman kecil Sagara dan Darell,” Issabella memperkenalkan keluarganya yang dari London.“salam kenal Om, Tante, Liona, saya Jeslyne istri Sagara,” Jeslyne tersenyum menyambut keluarga Sagara dengan memperkenalkan diri.“Oh, jadi ini, istri
Pov Lucas & Gisell “Sayang…” Panggil seseorang dari arah luar, dan mampu membuat Lucas membeku, bukan karena suaranya tapi dengan panggilan Sayangnya pada Gisell. Deg… Lucas yang mendengar panggilan Sayang tersebut ia tersenyum miring, “pacar, heh,” ucap Lucas dengan tangan bersidekap di dadanya. “Bukan urusan lo,” jawab Gisell hendak keluar namun pintu ternyata di kunci. Lucas maju menghampiri Gisell dan memojokkan Gisell pada pintu kamar mandi, mengungkungnya dengan ke dua tangannya. “Bilang sekali lagi,” bisik Sagara dingin tepat di telingan Gisell, membuat Gisell meremang mendengar ucapan Lucas. “Minggir, gue mau keluar,” ucap Gisell lirih, dan mencoba melepas kungkungan Lucas, namun hanya sia-sia karena tenaganya tak sebanding denga Lucas. Lucas mencium ceruk leher Gisell yang terlihat jelas, karena rambutnya yang di kuncir kuda memperlihatkan leher jenjang Gisell yang putih. Gisell meremang mendapat perlakuan seperti itu oleh Lucas, bahkan ia menggigit bibirnya kua
Kriiiing Bel pulang sekolah telah berbunyi, menandakan pelajaran telah usai, dan ujian semester kali ini telah usai. Para murid yang keluar dari kelasnya masing-masing menunjukkan ekpresi yang lega, karena ujian telah usai. Begitupun Jeslyne dan teman-temannya, mereka keluar dengan raut happy karena merasa lega setelah satu minggu bertempur dengan soal-soal ujian semesternya. “Akhirnyaaa, selesai juga ujian kita. Gila lega banget gue,” lega Rhea saat keluar dari kelasnya. “Iya, gila rasanya kepala gue mau pecah liat soal-soal ujian itu,” sambung Rachel dengan keluhannya. Berbeda dengan Jeslyne yang justru terlihat santai, tidak mengeluh seperti teman-temanya. “Temen kita satu ini nyantai bae nih,” celetuk Rhea melihat Jeslyne. “Lah, dia mah otaknya encer, emang lo otak pas-pasan,” cibir Rachel pada Rhea. “Lebay,” ejek Jeslyne pada kedua sahabatnya tersebut. Di tempat lain, tidak jauh beda dengan Jeslyne CS, Sagara dan teman-temannya yang baru kelua
“Brengsek, gue habisin lo.“ Sagara melangkah maju mengahampiri Dion, tanpa aba-aba dia langsung memukul wajah Dion keras, hingga ia tersungkur. Sagara yang sudah di selimuti emosi, apa lagi sedari tadi ia sudah menahan emosinya untuk tidak menyerangnya, tapi kini ia sudah tidak bisa lagi menahan. Dion yang terus menyebut nama Jeslyne membuat emosinya meradang. Sagara kembali menghajar Dion, dan memukulnya tanpa ampun. Dion yang menahan pukulan Sagara hanya beberapa kali saja bisa menepis, namun karena tenaga Sagara yang cukup kuat, membuat Dion kewalahan. “Cih, segitu pengaruhnya Jeslyne, sampe lo ketakutan gue bakalan rebut,” ucap Dion tersenyum menyeringai tanpa rasa takut, membuat Sagara semakin emosi. “Diem lo bangsat,” teriak Sagara yang kini kembali menghajar Dion. Bahkan Dion sekarang sudah di bawahnya membuat Sagara tidak gentar memberi pukulan demi pukulan kepada Dion. “Woy, pisahan Saga, bisa mati itu anak orang,” teriak Kenzo berlari menghampiri Sa
Sagara dan teman-temannya kini berada di parkiran sekolah elitenya. menunggu pujaan hatinya untuk pulang bersama. Sedangkan dari kejauhan, Jeslyne dan teman-temannya sudah berjalan beriringan. Jeslyne melihat Sagara bersandar di depan kap mobilnya, di kelilingi oleh teman-temannya. “Eh, udah di tungguin tuh sama pangeran lo,” goda Rhea dengan menyenggol bahu Jeslyne. “Pangeran kodok,” jawab Jeslyne membuat Rachel dan Rhea tertawa. “Dih, senyum-senyum dia ketemu bininya,” cibir Kenzo melihat Sagara yang membuatnya geli. “Cantik,” celetuk Sagara tiba-tiba dengan senyumnya yang masih mengembang. “Sekarang aja muji-muji, dulu coba hinaannya sampe menusuk relung hati yang paling dalam,” cibir Kenzo pada Sagara, namun Sagara tidak menggubris. “Sayang, gimana ujiannya, lancar?“ Tanya Sagara saat Jeslyne sudah di hadapannya. “Hmmm.“ “Jeslyne mah gak usah di tanya, otaknya encer dia,” celetuk Rhea bangga sama sahabatnya itu. “Gak kayak lo,
Ceklek Pintu terbuka, membuat Sagara dann Jeslyne menoleh. Terlihat ke orang tua dan juga mertuanya datang, dan masuk ke dalam ruang rawat Jeslyne. “Astaga, Sayang, apa yang sudah terjadi sama kamu, Sayang?“ Tanya Renata, menghampiri dan memeluk putrinya. “Aku gak pa-pa, Ma, hanya kecelakaan kecil,” bohong Jeslyne dengan melirik Sagara. “Saga, kenapa kamu bisa sampai lalai menjaga menantu, Mama,” omel Issabella menatap kesal putranya. “Gak pa-pa, Ma, tadi aku keluar duluan saat selesai ujian, dan Aga, juga belum selesai ujiannya, jadi dia gak tahu,” ujar Jeslyne membela suaminya. “sebaiknya kamu ikut ujian susulan saja, Jes, kalau belum sembuh. Nanti Papa, yang akan uruskan,” usul Calvin pada menantunya. “Iya, nak, kalau masih sakit sebaiknya jangan di paksakan untuk masuk sekolah dulu,” timpal Roger yang berada di samping sang istri. “Jeslyne, udah gak pa-pa, Jeslyne juga gak mau nginep di rumah sakit, jadi Jeslyne mau langsung pulang aja.







