Fan yin duduk menemaniku memandangi langit malam dari balik jendela. Ia tidak bicara ia hanya duduk saja di sebelahku. Pikiranku melayang jauh. Aku memikirkan Ayah. Ayah pasti mencari aku yang tiba-tiba hilang berminggu-minggu lamanya.
"Hei..kau jangan bersedih lagi. Ada aku. Kau bisa membagi masalahmu padaku. Aku akan mendengarkan. Daripada kau harus menangis. Itu buang-buang energi saja." Fan Yin memulai pembicaraan.
Aku menoleh. Kulihat ia tersenyum dan memasang mimik seperti anak-anak yang meminta permen. Aku menghela napas dan bibirku sedikit menyunggingkan senyum yang agak dipaksa.
”Aku merindukan kampung halamanku dan ayahku. Ayah pasti sedang mencari aku. Ia pasti kebingungan karena aku tiba-tiba menghilang.” Jawabku dengan sesunggukan.
”Aku mengerti perasaanmu. Aku juga dulu pernah memiliki orangtua. Tapi mereka sudah ada di surga. Aku juga terkadang menangis bila merindukan mereka.”
”Kau tidak akan mengerti. Aku bukan hanya menangisi kerinduanku pada ayah. Aku juga menangisi kesialan yang kualami. Nasibku begitu buruk. Kau tidak akan mengerti apa yang sudah aku lalui.” Aku menyanggah perkataan Fan Yin.
”Maaf jika aku sudah menyinggung perasaanmu. Tapi dengan menangis semua tidak akan kembali seperti semula. Aku tahu itu tidak mudah. Namun ada saatnya untuk bangkit. Kau harus semangat Naomi. Aku yakin kau akan bisa bertemu ayahmu lagi.” Fan Yin menepuk-nepuk punggungku saat mengatakannya.
Aku menoleh ke arah Fan Yin. ”Benarkah itu? Aku bisa bertemu ayahku lagi.”
”Ya. Aku akan membantumu. Sekarang hapus air matamu. Oh ya berapa usiamu? Kau terlihat masih muda?” Tanyanya lagi.
”29 tahun." Aku menyeka air mataku dengan tanganku.
”Wah..aku 2 tahun lebih tua darimu. Kau boleh memanggilku Gege. Mulai saat ini Kamu adikku sekarang. Jadi kau sudah memiliki kekasih?” Tanyanya sekali lagi dengan wajah imut.
”Kekasih?" Aku terdiam sejenak. "Aku memiliki suami yang berengsek. Aku membencinya . Dia yang membuat aku mengalami semua ini.” Ungkapku pedanya.
”Itu sungguh menyedihkan. Maaf jika aku menanyakan itu. Kau menjadi teringat dengan rasa sakitmu padanya. Jika aku bertemu dengannya, akan aku pukuli ia sampai meminta maaf padamu.” Ujar Fan Yin sembari mengepal tangannya.
Aku tersenyum melihat ekspresi Fan Yin saat mengatakan itu. Ternyata ia memiliki sisi yang seperti kekanak-kanakan. Aku terhibur dengannya.
”Aku yakin sekarang sudah dini hari. Tapi, kota ini tetap terlihat banyak orang yang masih beraktifitas didalamnya. Seperti mereka tidak pernah tidur saja.” Kataku.
”Benar sekarang memang sudah pukul 2 pagi. Begitulah pemandangan di sini. Kau akan terbiasa nanti.” Balas Fan Yin.
Aku memperhatikannya dengan seksama. Lalu ia menimpali, ”kau sungguh beruntung bertemu dengan Tian-tian. Jika tidak, kau tidak akan selamat di kota ini.” Wajahnya terlihat serius saat mengatakannya.
”Mengapa?” Tanyaku penasaran.
”Aiya..kau sekarang berada di Kowloon. Di sini banyak mafia jahat dan kejam.” Jawabnya.
”Ternyata ada tempat seperti itu disini.” Perutku yang kosong tiba-tiba berbunyi.
Fan yin menyadari perutku yang kelaparan kemudian ia tersenyum melihatku. ”Kau belum makan? Aku akan akan mengambilkan makanan untukmu. Sambil menunggu kau bisa mengganti pakaianmu dengan baju yang dibawa Gege tadi.” Lalu ia bangkit berdiri dan melangkah keluar kamar.
Aku memakai pakaian yang diberikan Zhou Tian. Baju sweeter putih dan celana panjang hitam. Kebesaran di badanku. Aku harus menggulung lengan bajunya dan celananya juga. Tinggiku hanya 155. Pria ini pasti raksasa. Mengapa bajunya begitu besar. Aku menebak-nebak tinggi pria itu. Mungkin 190 cm wah jelas sangat jauh sekali dengan tinggiku yang di bawah rata-rata.
Lalu Fan Yin datang sambil membawa baki yang berisi semangkuk bubur. Ia tertawa melihatku.
”Kau terlihat lucu sekali dengan baju itu. Ha..ha..sungguh.” Fan Yin tertawa lepas.
”Baiklah aku akan mengganti baju ini. Ini tidak cocok untukku.”
”Jangan tetap kenakan itu. Maaf jika aku tertawa. Sekarang makanlah bubur ini. Kau pasti lapar. Ayo jangan sungkan.” Fan Yin meletakkan baki diatas kabinet di sebelah tempat tidur.
Aku memakan bubur itu dengan lahap. Ia tertawa melihatku. Aku tidak peduli. Perutku sungguh lapar sekali. Setelah kenyang aku mulai merasa ngantuk. Aku ingin tidur. Tubuhku terasa lelah sekali.
”Istirahatlah agar tubuhmu pulih kembali.” Ujarnya sambil mengambil mangkuk yang isinya sudah ku lahap semua.
Aku hanya mengangguk saja lalu Fan Yin pergi keluar kamar. Kurebahkan badanku diatas ranjang. Setelah sekian lama aku akhirnya bertemu dengan tempat tidur lagi. Aku masih ingat saat di atas kapal aku bahkan tidak pernah bisa tidur. Karena dinginnya angin laut dan aku yang sering mabuk laut. Sekarang aku lega bisa tidur diatas ranjang lagi. Tak terasa mataku semakin redup dan aku pun terbuai dalam dunia mimpi.
***
Di keesokan harinya saat aku terbangun banyak bungkusan dan kantong paper bag di dalam kamar. Aku terbelalak saat mengetahui apa isinya. Semuanya pakaian wanita lengkap dengan sepatu. Jumlahnya banyak sekali.
”Kau sudah bangun?” Zhou Tian tiba-tiba datang ke kamar.
”Ya. Ada apa dengan semua bungkusan ini? Mengapa banyak sekali?” Tanyaku heran.
Ia tersenyum lalu ia menimpali, ”ini semua pakaian wanita. Aku tidak tahu ukuranmu dan seleramu jadi aku borong saja semua yang ada. Ah, dan kotak yang kecil itu berisi kosmetik semuanya untukmu.” Ia menunjuk ke kotak yang terletak di meja rias.
”Tapi ini terlalu banyak. Kau bisa membuka toko pakaian dengan semua ini. Aku tidak bisa menerimanya. Dapat tinggal disini saja aku sudah sangat berterimakasih.” Aku menolak pemberiannya.
Zhou Tian melangkah dan berjalan ke arah meja rias. Kemudian ia duduk disudut meja rias sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
”Jangan menolaknya. Atau kau mau memakai bajuku lagi, huh?”
”Baiklah terimakasih banyak. Aku melakukannya hanya karena aku tidak ingin memakai bajumu lagi. Kebesaran untukku.” Jawabku sambil menggoyangkan tanganku kepadanya.
Aku bangkit dari ranjang saat aku hendak berdiri, tubuhku oleng dan hampir jatuh. Zhou Tian dengan sigap menangkap aku. Aku jatuh tepat di pelukannya. Mata kami beradu. Degg..!!! Jantungku berdetak tak beraturan. Lalu ku alihkan pandanganku darinya dan melepaskan pelukannya.
”Hmm..terima kasih.” Kusisihkan rambutku ke belakang telingaku. Aku mulai salah tingkah.
”Tidak apa-apa. Apa kakimu masih sakit? Sini biar kulihat.” Zhou Tian memintaku duduk di atas ranjang. kemudian ia membungkuk memeriksa kakiku.
”Itu tidak sakit lagi. Kakiku baik-baik saja.” Jawabku sambil kutarik kakiku dari genggaman Zhou Tian.
”Hmm..baiklah jika seperti itu.” Zhou Tian berdiri. ”Minum obatnya setelah sarapan.” Ia tampak gelisah dan berdehem.
Kemudian ia pergi keluar kamar. Aku menghela napas lega. Entah mengapa hatiku selalu berdegup jika berada di dekatnya. Aku masih membayangkan kejadian tadi. Wajah tampannya masih terngiang di benakku. Seketika wajahku merona. Ku pegangi pipiku yang terasa panas. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Saat bersama Adrian pun aku tidak merasakan apa-apa.
Zhou Tian POV Aku melangkah keluar dari kamar Naomi. Kuletakkan telapak tanganku di dada kiriku. Jantungku tak karuan setelah memeluknya tadi. Terasa sesak saat berada di dekatnya. ”Sepertinya aku harus ke dokter. Akhir-akhir ini jantungku terasa sesak. Keberadaan Naomi membawa dampak buruk buat jantungku." Aku menggumam. Saat aku turun ke bawah, kulihat Fan Yin sedang sibuk bermain game di ruang tengah. Ia menyadari kehadiranku. ”Gege, kau mau kemana kok buru-buru sekali.” Tanya Fan Yin. ”Aku mau ke dokter.” Jawabku sambil terus melangkah keluar. Fan Yin kaget dan segera melompat dari sofa. Ia mengikuti aku dari belakang. ”Apa kau sakit? Kau terlihat baik-baik saja.” Aku hanya diam saja terus melangkah keluar menuju mobilku. Luo yang menyadari aku hendak pergi segera membukakan pintu mobil. Fan Yin juga ikut masuk kedalam mobil. ”Tuan, kemana tujuan kita?” tanya Luo. ”Rumah sakit.” Jawabku data
Hari ini langit terlihat cerah. Begitu juga dengan suasana hatiku. Sudah kumantapkan dalam hati untuk bangkit dari kesedihan. Aku harus berjuang untuk menjalani kehidupan ini. Wejangan Fan Yin semalam seakan memberiku semangat baru. Kukeluarkan semua isi bungkusan yang berserakan di kamar. Pakaian sepatu dan kosmetik semuanya ada. Tinggal satu bungkusan lagi yang belum kubuka. Saat aku membuka bungkusan itu, kulihat isi didalamnya adalah pakaian dalam wanita. Ternyata ia sedetail itu. ”Wah!" Kubentangkan celana dalam warna pink yang berenda di depanku. "Dia ternyata tidak lupa membeli dalaman wanita juga. Kini aku terkesan.” gumam ku sambil tersenyum. Setelah selesai kubereskan semua pakaian itu, aku pun pergi membersihkan tubuhku. Kurasakan perih saat air menyentuh tubuhku yang luka. Dengan semua hal yang terjadi padaku beruntung aku masih bisa bernapas hingga saat ini. Aku akan membalas kebaikan Zhou Tian. Saat aku sedang memakai pakaian, kudengar s
”Zhou Tian aku berhutang budi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu. Terimakasih kau sudah menolongku. Tapi, tuan Lei sepertinya tidak akan pernah melepasmu. Aku telah menyeretmu kedalam situasi ini. Sekali lagi maaf.” Zhou Tian hanya memandangi aku kemudian ia menyela. ”Tidak masalah. Kau jangan merasa bersalah dengan semua ini. Aku bisa mengatasinya dengan caraku.” Tiba-tiba Luo datang menghampiri Zhou Tian. "Tuan, ada masalah di Black Kingdom.” Ujar Luo. Raut wajah Zhou Tian mengeras. Sesaat kemudian ia menyela. ”Mengapa bisa ada masalah? mengurus hal kecil saja kalian tidak becus.” Suara Zhou Tian meninggi. ”Pergilah, aku akan menyusul ke sana." Perintah Zhou Tian kemudian. ”Baik, tuan.” Balas Luo sembari menundukkan kepalanya lalu pergi keluar. Aku kaget mendengar suara Zhou Tian seperti itu. Zhou Tian meirikku lalu ia mendelik, ”Maaf, jika aku membuatmu takut. Akhir-akhir ini aku menghadapi banyak masalah.” Suaranya mulai lembut. ”Aku aka
Zhou Tian POV ”Mengapa bisa di sabotase?” Aku membentak Luo dan bawahannya. Luo hanya menunduk saja. ”Maaf tuan kami lalai. Aku akan mengurus masalah ini.” ”Mengurus, hah? Tidak kau lihat kerugian yang kualami.” Kusandarkan punggungku ke bahu sofa dan kuletakkan tanganku diatas kepalaku. Tiba-tiba aku teringat Lei wulong pasti dia yang membakar Black kingdom. Aku tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh ini. Tiba-tiba ponsel kuberdering. Kulihat di layar Fan Yin yang menghubungi. Lalu segera kujawab panggilan itu. ”Ya. Ada apa?” Tanyaku. ”Gege, Naomi dibawa polisi.” Jawab Fan Yin tergesa-gesa. ”Apa? Mengapa bisa dibawa polisi?” Aku kaget mendengar kabar itu. ”Tadi kami pergi keluar makan di restoran. Namun, disini kebetulan ada beberapa polisi yang
Selama di perjalanan pulang aku hanya diam saja. Otakku masih memikirkan kejadian tadi. Ciuman Zhou Tian selalu terngiang di benakku. Kuletakkan tanganku di pipiku terasa panas karena merasa malu pada Zhou Tian. "Akhh...! Aku bisa gila tenanglah Naomi!" Teriakku dalam hati. Kuperhatikan Zhou Tian tidak berbicara sepatah kata pun. Ia fokus menyetir mobilnya. Tapi ia terlihat canggung . Bahkan ia tidak menjelaskan mengapa ia menciumku tadi. Haruskah aku yang menanyakannya. Tidak! Dia pasti mengira aku terlalu percaya diri. Namun aku tidak bisa menahannya. Kuberanikan saja bertanya padanya. ”kau?” ”kau?” Kami berbicara bersamaan. ”kau duluan.” Kataku padanya. ”Tidak. Kau saja.” Balasnya. Aku mengalah. ”Baiklah. Bukankah kau berhutang penjelasan kepadaku?” Tudingku padanya. Dia sala
”Ponsel? Untuk apa?" Zhou Tian bertanya padaku. ”Aku ingin membuka akun sosmedku. Mungkin aku bisa mengabari Ayah melalui itu agar tidak khawatir padaku.” Jelasku padanya. ”Oh..nih kau bisa menggunakannya.” Ujar Zhou Tian menyodorkan ponselnya kepadaku. Lalu kualihkan tubuhku menghadap Zhou Tian. Tanpa diduga saat aku membalikkan badanku, kepalaku langsung menghadap dada Zhou Tian terlihat tetesan air masih membasahi dada bidangnya. Seketika aku menjadi malu. ”Sepertinya kau sangat ingin melihatnya dari dekat bukan?” Zhou Tian menggodaku. Aku berdalih, ”Kau saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik.” Dia tertawa melihatku yang salah tingkah. ”Kau saja yang terlalu pendek.” Aku malu mengakui bahwa tinggi badanku hanya setinggi dadanya. Lalu kuraih ponsel Zhou Tian dari tanga
”Naomi ayo kita berfoto.” Ujar Fan Yin sembari mengambil ponsel baruku yang dibeli Zhou Tian. Kemudian ia merangkulku dan membuat pose wajah imut. Untuk seorang pria Fan Yin terlalu cantik. Pantas saja banyak wanita yang ingin selalu menjadi pasangannya walau hanya satu malam. Tentu Fan Yin memanfaatkan wajahnya dengan baik untuk bersenang-senang dengan para wanita cantik. Ia dan Zhou Tian berbeda jauh. Zhou Tian yang selalu bersikap dingin kepada wanita manapun. Namun meski demikian tak sedikit wanita yang berusaha untuk mendapatkan hatinya. Tatapan matanya yang tajam selalu membuat hatiku berdebar. Wajahnya sangat tampan seperti pahatan patung Michael angelo. ”Ini nomor ponselku.” Ujar Fan Yin mengetik nomornya di ponselku. Aku menoleh kearah Zhou Tian. Dan kusodorkan ponselku padanya.”Beri juga nomor ponsel
Seketika kuletakkan tanganku di dada kiriku. Terasa jantungku berdetak cepat. Aku segera bangkit berdiri dan melangkah menjauh dari Zhou Tian. Dia mengejarku dan menarik tanganku. Langkahku terhenti. ”Maaf, jika sikapku barusan membuatmu marah. Seharusnya aku tidak melakukan itu.” Ujar Zhou Tian memelas. Lantas aku membalikkan badanku. Kubulatkan mataku padanya. ”Kau tahu, kau selalu sesukamu. Kadang kau bersikap dingin kadang bersikap manis. Dan apa itu tadi? Kau selalu melakukan hal yang di luar dugaan. Apa menyenangkan mempermainkan hati seseorang?” Aku melontarkan semua yang mengganjal di hati. Ia tidak bergeming dengan pernyataanku barusan. Lalu kuteruskan langkahku. Namun tiba-tiba aku merasakan kehangatan. Zhou Tian memeluk akuu dari belakang. Pelukannya tidak sedingin sikapnya. Terasa hangat dan menenangkan, tetapi ak