Share

6. Jangan bersedih hari esok menanti

Fan yin duduk menemaniku memandangi langit malam dari balik jendela. Ia tidak bicara ia hanya duduk saja di sebelahku. Pikiranku melayang jauh. Aku memikirkan Ayah. Ayah pasti mencari aku yang tiba-tiba hilang berminggu-minggu lamanya.

"Hei..kau jangan bersedih lagi. Ada aku. Kau bisa membagi masalahmu padaku. Aku akan mendengarkan. Daripada kau harus menangis. Itu buang-buang energi saja." Fan Yin memulai pembicaraan.

Aku menoleh. Kulihat ia tersenyum dan memasang mimik seperti anak-anak yang meminta permen. Aku menghela napas dan bibirku sedikit menyunggingkan senyum yang agak dipaksa.

”Aku merindukan kampung halamanku dan ayahku. Ayah pasti sedang mencari aku. Ia pasti kebingungan karena aku tiba-tiba menghilang.” Jawabku dengan sesunggukan.

”Aku mengerti perasaanmu. Aku juga dulu pernah memiliki orangtua. Tapi mereka sudah ada di surga. Aku juga  terkadang menangis bila merindukan mereka.”

”Kau tidak akan mengerti. Aku bukan hanya menangisi kerinduanku pada ayah. Aku juga menangisi kesialan yang kualami. Nasibku begitu buruk. Kau tidak akan mengerti apa yang sudah aku lalui.” Aku menyanggah perkataan Fan Yin.

”Maaf jika aku sudah menyinggung perasaanmu. Tapi dengan menangis semua tidak akan kembali seperti semula. Aku tahu itu tidak mudah. Namun ada saatnya untuk bangkit. Kau harus semangat Naomi. Aku yakin kau akan bisa bertemu ayahmu lagi.” Fan Yin menepuk-nepuk punggungku saat mengatakannya.

Aku menoleh ke arah Fan Yin. ”Benarkah itu? Aku bisa bertemu ayahku lagi.”

”Ya. Aku akan membantumu. Sekarang hapus air matamu. Oh ya berapa usiamu? Kau terlihat masih muda?” Tanyanya lagi.

”29 tahun." Aku menyeka air mataku dengan tanganku.

”Wah..aku 2 tahun lebih tua darimu. Kau boleh memanggilku Gege. Mulai saat ini Kamu adikku sekarang. Jadi kau sudah memiliki kekasih?” Tanyanya sekali lagi dengan wajah imut.

”Kekasih?" Aku terdiam sejenak. "Aku memiliki suami yang berengsek. Aku membencinya . Dia yang membuat aku mengalami semua ini.” Ungkapku pedanya.

”Itu sungguh menyedihkan. Maaf jika aku menanyakan itu. Kau menjadi teringat dengan rasa sakitmu padanya. Jika aku bertemu dengannya, akan aku pukuli ia sampai meminta maaf padamu.” Ujar Fan Yin sembari mengepal tangannya.

Aku tersenyum melihat ekspresi Fan Yin saat mengatakan itu. Ternyata ia memiliki sisi yang seperti kekanak-kanakan. Aku terhibur dengannya.

”Aku yakin sekarang sudah dini hari. Tapi, kota ini tetap terlihat banyak orang yang masih beraktifitas didalamnya. Seperti mereka tidak pernah tidur saja.” Kataku.

”Benar sekarang memang sudah pukul 2 pagi. Begitulah pemandangan di sini. Kau akan terbiasa nanti.” Balas Fan Yin.

Aku memperhatikannya dengan seksama. Lalu ia menimpali, ”kau sungguh beruntung bertemu dengan Tian-tian. Jika tidak, kau tidak akan selamat di kota ini.” Wajahnya terlihat serius saat mengatakannya.

”Mengapa?” Tanyaku penasaran.

”Aiya..kau sekarang berada di Kowloon. Di sini banyak mafia jahat dan kejam.” Jawabnya.

”Ternyata ada tempat seperti itu disini.” Perutku yang kosong tiba-tiba berbunyi.

Fan yin menyadari perutku yang kelaparan kemudian ia tersenyum melihatku. ”Kau belum makan? Aku akan akan mengambilkan makanan untukmu. Sambil menunggu kau bisa mengganti pakaianmu dengan baju yang dibawa Gege tadi.” Lalu ia bangkit berdiri dan melangkah keluar kamar.

Aku memakai pakaian yang diberikan Zhou Tian. Baju sweeter putih dan celana panjang hitam. Kebesaran di badanku. Aku harus menggulung lengan bajunya dan celananya juga. Tinggiku hanya 155. Pria ini pasti raksasa. Mengapa bajunya begitu besar. Aku menebak-nebak tinggi pria itu. Mungkin 190 cm wah jelas sangat jauh sekali dengan tinggiku yang di bawah rata-rata.

Lalu Fan Yin datang sambil membawa baki yang berisi semangkuk bubur. Ia tertawa melihatku.

”Kau terlihat lucu sekali dengan baju itu. Ha..ha..sungguh.” Fan Yin tertawa lepas.

”Baiklah aku akan mengganti baju ini. Ini tidak cocok untukku.”

”Jangan tetap kenakan itu. Maaf jika aku tertawa. Sekarang makanlah bubur ini. Kau pasti lapar. Ayo jangan sungkan.” Fan Yin meletakkan baki diatas kabinet di sebelah tempat tidur.

Aku memakan bubur itu dengan lahap. Ia tertawa melihatku. Aku tidak peduli. Perutku sungguh lapar sekali. Setelah kenyang aku mulai merasa ngantuk. Aku ingin tidur. Tubuhku terasa lelah sekali.

”Istirahatlah agar tubuhmu pulih kembali.” Ujarnya sambil mengambil mangkuk yang isinya sudah ku lahap semua.

Aku hanya mengangguk saja lalu Fan Yin pergi keluar kamar. Kurebahkan badanku diatas ranjang. Setelah sekian lama aku akhirnya bertemu dengan tempat tidur lagi. Aku masih ingat saat di atas kapal aku bahkan tidak pernah bisa tidur. Karena dinginnya angin laut dan aku yang sering mabuk laut. Sekarang aku lega bisa tidur diatas ranjang lagi. Tak terasa mataku semakin redup dan aku pun terbuai dalam dunia mimpi.

***

Di keesokan harinya saat aku terbangun banyak bungkusan dan kantong paper bag di dalam kamar. Aku terbelalak saat mengetahui apa isinya. Semuanya pakaian wanita lengkap dengan sepatu. Jumlahnya banyak sekali.

”Kau sudah bangun?” Zhou Tian tiba-tiba datang ke kamar.

”Ya. Ada apa dengan semua bungkusan ini? Mengapa banyak sekali?” Tanyaku heran.

Ia tersenyum lalu ia menimpali, ”ini semua pakaian wanita. Aku tidak tahu ukuranmu dan seleramu jadi aku borong saja semua yang ada. Ah, dan  kotak yang kecil itu berisi kosmetik semuanya untukmu.” Ia menunjuk ke kotak yang terletak di meja rias.

”Tapi ini terlalu banyak. Kau bisa membuka toko pakaian dengan semua ini. Aku tidak bisa menerimanya. Dapat tinggal disini saja aku sudah sangat berterimakasih.” Aku menolak pemberiannya.

Zhou Tian melangkah dan berjalan ke arah meja rias. Kemudian ia duduk disudut meja rias sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

”Jangan menolaknya. Atau kau mau memakai bajuku lagi, huh?”

”Baiklah terimakasih banyak. Aku melakukannya hanya karena aku tidak ingin memakai bajumu lagi. Kebesaran untukku.” Jawabku sambil menggoyangkan tanganku kepadanya.

Aku bangkit dari ranjang saat aku hendak berdiri, tubuhku oleng dan hampir jatuh. Zhou Tian dengan sigap menangkap aku. Aku jatuh tepat di pelukannya. Mata kami beradu. Degg..!!! Jantungku berdetak tak beraturan. Lalu ku alihkan pandanganku darinya dan melepaskan pelukannya.

”Hmm..terima kasih.” Kusisihkan rambutku ke belakang telingaku. Aku mulai salah tingkah.

”Tidak apa-apa. Apa kakimu masih sakit? Sini biar kulihat.” Zhou Tian memintaku duduk di atas ranjang. kemudian ia membungkuk memeriksa kakiku.

”Itu tidak sakit lagi. Kakiku baik-baik saja.” Jawabku sambil kutarik kakiku dari genggaman Zhou Tian.

”Hmm..baiklah jika seperti itu.” Zhou Tian berdiri. ”Minum obatnya setelah sarapan.” Ia tampak gelisah dan berdehem.

Kemudian ia pergi keluar kamar. Aku menghela napas lega. Entah mengapa hatiku selalu berdegup jika berada di dekatnya. Aku masih membayangkan kejadian tadi. Wajah tampannya masih terngiang di benakku. Seketika wajahku merona. Ku pegangi pipiku yang terasa panas. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Saat bersama Adrian pun aku tidak merasakan apa-apa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status