Share

5. Yang pertama (Zhou Tian POV)

Zhou Tian POV.

Awal aku melihatnya hatiku bergetar. Aku tidak pernah merasakan getaran ini sebelumnya. Tatapan matanya saat itu sangat menggoyahkan dinding es yang selama ini membentengi hatiku. Ya, dia wanita pertama yang berhasil merebut hatiku walau hanya tatapan nanar yang memohon pertolonganku. Saat itu penampilannya berantakan. Sekujur tubuhnya penuh memar dan luka.

Aku menyukainya. Seketika hatiku tergerak untuk melindunginya. Sekarang Lei wulong ingin mengambilnya kembali. Hatiku bergejolak. Aku tidak ingin dia pergi bersama Lei wulong.

”Kau tahu wanita seperti apa dia?  Aku membelinya dari rumah bordil. Itu artinya dia milikku. Kau tidak bisa mencegahku Zhou Tian. Cepat berikan wanita itu padaku.” Suara Lei wulong meninggi.

Aku melirik Naomi. Mata kami beradu. Tatapannya seakan berbicara meminta tolong untuk tidak menyerahkannya.  Biasanya aku tidak pernah berurusan dengan wanita. Apalagi ini wanita milik Lei wulong. Aku menghela napas.

”Kau boleh membawanya jika ia bersedia ikut denganmu. Jika ia tidak bersedia kau tinggalkan rumah ini.”

Lei wulong tersenyum. ”Akhirnya kau mengerti juga.” Lei wulong menghampiri Naomi dan mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Naomi. ”Ayo sayangku ikut aku.”

Naomi menarik tangannya untuk menghindar dari tangan Lei wulong . Ia menggelengkan kepalanya. ”Tidak. Aku tidak ingin ikut denganmu.”

Hatiku lega mendengar jawaban Naomi. Namun Lei wulong tidak senang. Terlihat kemarahan di wajahnya. Dengan kasar ia menarik tangan Naomi.

”Dasar jalang ikut denganku.” Bentak Lei wulong.

Melihat itu aku dengan sigap menepis tangan Lei Wulong dari Naomi. Aku berdiri di depan Naomi untuk menghalangi Lei wulong. Aku tidak suka dengan sikapnya yang kasar pada Naomi.

”Dia tidak ingin ikut denganmu. Sekarang  pergilah.”

”Jika aku tidak mau?” Tanya Lei wulong sambil mendekatkan wajahnya denganku.

”Akan kulakukan dengan paksa.” Jawabku.

”Lakukan saja.” Lei wulong memberi sinyal kepada pengawalnya.

Melihat pengawal Lei wulong maju, para bawahanku pun pasang badan maju berhadapan dengan pengawal Lei wulong. Namun, Lei Wulong menyuruh mundur pengawalnya karena mereka kalah jumlah.

”Aku akan datang lain kali dengan membawa lebih banyak pasukan. Zhou Tian kau memulai perselisihan ini. Aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja nanti.” Lei wulong memberi sinyal kepada pengawalnya untuk pergi. ”Aku akan membalasmu Zhou tian.” Teriak Lei wulong sembari pergi keluar.

****

Fan yin keluar dari kamar ia menghampiriku dengan wajah cemberut. Ia sudah seperti adikku sendiri. Beberapa tahun yang lalu aku menyelematkannya dari rentenir yang hendak melenyepkannya karena hutangnya yang banyak. Sejak saat itu dia selalu mengikuti kemana aku pergi. Dia pria yang sangat baik tapi terkadang dia sangat menyebalkan.

”Gege, apa yang terjadi? Tadi aku mendengar seperti ada kegaduhan disini? Aiya, Lihat wajahmu mengapa tegang sekali.”

”Tidak ada. Apakah kamarnya sudah kau bereskan?”

”Ya, sesuai permintaanmu.” kemudian Fan Yin menghampiri Naomi. ”Naomi ayo kuantar ke kamarmu. Kau terlihat kurang istirahat.”

”Ya, terima kasih.” Balas Naomi.

Aku hanya melihat Naomi dibopong a yin menuju kamar. Kulihat ia berjalan sambil meringis kesakitan. Lalu aku duduk di sofa. Aku memegang kepalaku yang tidak sakit. Aku sedang memikirkan hal yang terjadi barusan.

Lei wulong bukan orang yang gampang dihadapi. Ia suka memakai cara licik. Biasanya aku tidak ingin bentrok dengan kelompok mana pun. Tapi sekarang demi wanita itu. Huffttt.... Aku bingung dengan diriku.

”Tuan, ada telfon dari Beijing.” Salah satu anak buahku memberikan ponsel kepadaku.

”Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Pergilah. Katakan saja aku tidak ada.” Aku menyuruh dia pergi. Aku tidak mau mengangkat panggilan itu. Pikiranku sedang kacau.

Lalu aku pergi ke kamarku untuk membersihkan tubuhku. Kunyalakan air dari shower. Airnya dingin mengalir di kepalaku. Kubiarkan saja untuk menenangkan pikiran dan hatiku yang sedang kacau. Lama aku berdiri dibawah shower yang menyala. Aku menikmati setiap air yang mengalir membasahiku.

Selesai mandi aku keluar kamar hendak turun kebawah. Aku melewati kamar yang ditempati gadis itu. Pintunya terbuka. Kulihat ia duduk termenung di dekat jendela. Pandangannya keluar namun air mata bercucuran dari pelupuk matanya. Kuberanikan diri mendekatinya.

”Mengapa kau belum mengganti pakaianmu? Pakailah ini.” Aku menyodorkan pakaianku padanya. ”Bajumu terlalu terbuka. Nanti kau masuk angin.” Lanjutku.

Ia memandangiku lalu melihat pakaian yang kusodorkan. Dia kelihatan tidak yakin.

”Ini pakaian pria.” Jawabnya singkat dan mengalihakan pandangannya keluar jendela lagi.

”Aku tahu. Tapi disini tidak ada pakaian wanita. Pakai saja ini. Mungkin agak kebesaran untukmu. Tapi bagus daripada baju yang kau kenakan itu.” Aku merasa iba saat melihat semua bekas luka yang ada di sekujur tubuhnya. Sungguh gadis yang malang.

”Aku merindukan Ayahku. Aku ingin pulang. Hiks..hiks..” Tangisannya pecah.

Aku hanya diam saja mendengarkan dia menangis. Lalu kuletakkan saja pakaian yang kubawa tadi di atas tempat tidur. Aku tidak mengerti bagaimana cara menghibur wanita yang sedang menangis. Lalu aku keluar kamar untuk memberikan ruang baginya. Saat aku hendak keluar kamar Fan Yin datang. Aku mencegahnya untuk masuk ke kamar Naomi.

”Sebaiknya biarkan dia sendiri dulu.” Kataku.

Fan yin memasang wajah cemberut. ”Aiya..Gege aku hanya ingin menemaninya. Dia terlihat sedih.”

”Apa kau tahu cara menghibur wanita?” Tanyaku penasaran.

”Tentu saja aku ahli dalam bidang ini. Eh..mengapa kau bertanya?” Fan Yin membuat senyum yang creepy. ”Gege kau tidak tahu bagaimana menghibur wanita bukan? He..he..” Dia terkekeh.

”Itu bukan urusanmu.” Aku melangkah keluar kamar meninggalkan mereka. Fan yin hanya tersenyum melihatku.

”Sudah saatnya kau mengenal wanita. Kau sudah berusia 37 tahun tapi sampai saat ini masih menjomblo. Atau jangan-jangan kau menyukai pria. Ih..” Teriak Fan Yin.

Aku kesal mendengar perkataan Fan Yin. Kuputar lagi langkahku ke belakang. Lalu ku ayunkan tanganku dan menjentikkan jari ku di kening Fan Yin.

”Aww..itu sakit.”  Fan Yin meringis sambil mengusap keningnya.

”Uppss.. tadi  ada nyamuk dikeningmu . Aku hanya membantumu memukulnya. Seharusnya kau berterima kasih padaku.”  Hampir saja aku tertawa melihat ekpresi Fan Yin. Namun ku tahan.

”Gege, kau keterlaluan.”

Lalu aku pergi meninggalkan mereka. Sesampainya dibawah aku menyuruh Luo orang kepercayaanku membeli pakaian wanita dan semua kebutuhan wanita. Aku memberikan black card ku pada Luo untuk dibelanjakan.

”Pergilah ke pasar raya beli semua keperluan wanita itu.” Perintahku padanya.

”Baik, tuan. Sesuai yang anda minta.” Ia meraih Black card dari tanganku dan pergi.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status