Zhou Tian POV.
Awal aku melihatnya hatiku bergetar. Aku tidak pernah merasakan getaran ini sebelumnya. Tatapan matanya saat itu sangat menggoyahkan dinding es yang selama ini membentengi hatiku. Ya, dia wanita pertama yang berhasil merebut hatiku walau hanya tatapan nanar yang memohon pertolonganku. Saat itu penampilannya berantakan. Sekujur tubuhnya penuh memar dan luka.
Aku menyukainya. Seketika hatiku tergerak untuk melindunginya. Sekarang Lei wulong ingin mengambilnya kembali. Hatiku bergejolak. Aku tidak ingin dia pergi bersama Lei wulong.
”Kau tahu wanita seperti apa dia? Aku membelinya dari rumah bordil. Itu artinya dia milikku. Kau tidak bisa mencegahku Zhou Tian. Cepat berikan wanita itu padaku.” Suara Lei wulong meninggi.
Aku melirik Naomi. Mata kami beradu. Tatapannya seakan berbicara meminta tolong untuk tidak menyerahkannya. Biasanya aku tidak pernah berurusan dengan wanita. Apalagi ini wanita milik Lei wulong. Aku menghela napas.
”Kau boleh membawanya jika ia bersedia ikut denganmu. Jika ia tidak bersedia kau tinggalkan rumah ini.”
Lei wulong tersenyum. ”Akhirnya kau mengerti juga.” Lei wulong menghampiri Naomi dan mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Naomi. ”Ayo sayangku ikut aku.”
Naomi menarik tangannya untuk menghindar dari tangan Lei wulong . Ia menggelengkan kepalanya. ”Tidak. Aku tidak ingin ikut denganmu.”
Hatiku lega mendengar jawaban Naomi. Namun Lei wulong tidak senang. Terlihat kemarahan di wajahnya. Dengan kasar ia menarik tangan Naomi.
”Dasar jalang ikut denganku.” Bentak Lei wulong.
Melihat itu aku dengan sigap menepis tangan Lei Wulong dari Naomi. Aku berdiri di depan Naomi untuk menghalangi Lei wulong. Aku tidak suka dengan sikapnya yang kasar pada Naomi.
”Dia tidak ingin ikut denganmu. Sekarang pergilah.”
”Jika aku tidak mau?” Tanya Lei wulong sambil mendekatkan wajahnya denganku.
”Akan kulakukan dengan paksa.” Jawabku.
”Lakukan saja.” Lei wulong memberi sinyal kepada pengawalnya.
Melihat pengawal Lei wulong maju, para bawahanku pun pasang badan maju berhadapan dengan pengawal Lei wulong. Namun, Lei Wulong menyuruh mundur pengawalnya karena mereka kalah jumlah.
”Aku akan datang lain kali dengan membawa lebih banyak pasukan. Zhou Tian kau memulai perselisihan ini. Aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja nanti.” Lei wulong memberi sinyal kepada pengawalnya untuk pergi. ”Aku akan membalasmu Zhou tian.” Teriak Lei wulong sembari pergi keluar.
****
Fan yin keluar dari kamar ia menghampiriku dengan wajah cemberut. Ia sudah seperti adikku sendiri. Beberapa tahun yang lalu aku menyelematkannya dari rentenir yang hendak melenyepkannya karena hutangnya yang banyak. Sejak saat itu dia selalu mengikuti kemana aku pergi. Dia pria yang sangat baik tapi terkadang dia sangat menyebalkan.
”Gege, apa yang terjadi? Tadi aku mendengar seperti ada kegaduhan disini? Aiya, Lihat wajahmu mengapa tegang sekali.”
”Tidak ada. Apakah kamarnya sudah kau bereskan?”
”Ya, sesuai permintaanmu.” kemudian Fan Yin menghampiri Naomi. ”Naomi ayo kuantar ke kamarmu. Kau terlihat kurang istirahat.”
”Ya, terima kasih.” Balas Naomi.
Aku hanya melihat Naomi dibopong a yin menuju kamar. Kulihat ia berjalan sambil meringis kesakitan. Lalu aku duduk di sofa. Aku memegang kepalaku yang tidak sakit. Aku sedang memikirkan hal yang terjadi barusan.
Lei wulong bukan orang yang gampang dihadapi. Ia suka memakai cara licik. Biasanya aku tidak ingin bentrok dengan kelompok mana pun. Tapi sekarang demi wanita itu. Huffttt.... Aku bingung dengan diriku.
”Tuan, ada telfon dari Beijing.” Salah satu anak buahku memberikan ponsel kepadaku.
”Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Pergilah. Katakan saja aku tidak ada.” Aku menyuruh dia pergi. Aku tidak mau mengangkat panggilan itu. Pikiranku sedang kacau.
Lalu aku pergi ke kamarku untuk membersihkan tubuhku. Kunyalakan air dari shower. Airnya dingin mengalir di kepalaku. Kubiarkan saja untuk menenangkan pikiran dan hatiku yang sedang kacau. Lama aku berdiri dibawah shower yang menyala. Aku menikmati setiap air yang mengalir membasahiku.
Selesai mandi aku keluar kamar hendak turun kebawah. Aku melewati kamar yang ditempati gadis itu. Pintunya terbuka. Kulihat ia duduk termenung di dekat jendela. Pandangannya keluar namun air mata bercucuran dari pelupuk matanya. Kuberanikan diri mendekatinya.
”Mengapa kau belum mengganti pakaianmu? Pakailah ini.” Aku menyodorkan pakaianku padanya. ”Bajumu terlalu terbuka. Nanti kau masuk angin.” Lanjutku.
Ia memandangiku lalu melihat pakaian yang kusodorkan. Dia kelihatan tidak yakin.
”Ini pakaian pria.” Jawabnya singkat dan mengalihakan pandangannya keluar jendela lagi.
”Aku tahu. Tapi disini tidak ada pakaian wanita. Pakai saja ini. Mungkin agak kebesaran untukmu. Tapi bagus daripada baju yang kau kenakan itu.” Aku merasa iba saat melihat semua bekas luka yang ada di sekujur tubuhnya. Sungguh gadis yang malang.
”Aku merindukan Ayahku. Aku ingin pulang. Hiks..hiks..” Tangisannya pecah.
Aku hanya diam saja mendengarkan dia menangis. Lalu kuletakkan saja pakaian yang kubawa tadi di atas tempat tidur. Aku tidak mengerti bagaimana cara menghibur wanita yang sedang menangis. Lalu aku keluar kamar untuk memberikan ruang baginya. Saat aku hendak keluar kamar Fan Yin datang. Aku mencegahnya untuk masuk ke kamar Naomi.
”Sebaiknya biarkan dia sendiri dulu.” Kataku.
Fan yin memasang wajah cemberut. ”Aiya..Gege aku hanya ingin menemaninya. Dia terlihat sedih.”
”Apa kau tahu cara menghibur wanita?” Tanyaku penasaran.
”Tentu saja aku ahli dalam bidang ini. Eh..mengapa kau bertanya?” Fan Yin membuat senyum yang creepy. ”Gege kau tidak tahu bagaimana menghibur wanita bukan? He..he..” Dia terkekeh.
”Itu bukan urusanmu.” Aku melangkah keluar kamar meninggalkan mereka. Fan yin hanya tersenyum melihatku.
”Sudah saatnya kau mengenal wanita. Kau sudah berusia 37 tahun tapi sampai saat ini masih menjomblo. Atau jangan-jangan kau menyukai pria. Ih..” Teriak Fan Yin.
Aku kesal mendengar perkataan Fan Yin. Kuputar lagi langkahku ke belakang. Lalu ku ayunkan tanganku dan menjentikkan jari ku di kening Fan Yin.
”Aww..itu sakit.” Fan Yin meringis sambil mengusap keningnya.
”Uppss.. tadi ada nyamuk dikeningmu . Aku hanya membantumu memukulnya. Seharusnya kau berterima kasih padaku.” Hampir saja aku tertawa melihat ekpresi Fan Yin. Namun ku tahan.
”Gege, kau keterlaluan.”
Lalu aku pergi meninggalkan mereka. Sesampainya dibawah aku menyuruh Luo orang kepercayaanku membeli pakaian wanita dan semua kebutuhan wanita. Aku memberikan black card ku pada Luo untuk dibelanjakan.
”Pergilah ke pasar raya beli semua keperluan wanita itu.” Perintahku padanya.
”Baik, tuan. Sesuai yang anda minta.” Ia meraih Black card dari tanganku dan pergi.
****
Fan yin duduk menemaniku memandangi langit malam dari balik jendela. Ia tidak bicara ia hanya duduk saja di sebelahku. Pikiranku melayang jauh. Aku memikirkan Ayah. Ayah pasti mencari aku yang tiba-tiba hilang berminggu-minggu lamanya. "Hei..kau jangan bersedih lagi. Ada aku. Kau bisa membagi masalahmu padaku. Aku akan mendengarkan. Daripada kau harus menangis. Itu buang-buang energi saja." Fan Yin memulai pembicaraan. Aku menoleh. Kulihat ia tersenyum dan memasang mimik seperti anak-anak yang meminta permen. Aku menghela napas dan bibirku sedikit menyunggingkan senyum yang agak dipaksa. ”Aku merindukan kampung halamanku dan ayahku. Ayah pasti sedang mencari aku. Ia pasti kebingungan karena aku tiba-tiba menghilang.” Jawabku dengan sesunggukan. ”Aku mengerti perasaanmu. Aku juga dulu pernah memiliki orangtua. Tapi mereka sudah ada di surga. Aku juga terkadang menangis bila merindukan mereka.” ”Kau tidak akan mengerti. Aku bukan hanya men
Zhou Tian POV Aku melangkah keluar dari kamar Naomi. Kuletakkan telapak tanganku di dada kiriku. Jantungku tak karuan setelah memeluknya tadi. Terasa sesak saat berada di dekatnya. ”Sepertinya aku harus ke dokter. Akhir-akhir ini jantungku terasa sesak. Keberadaan Naomi membawa dampak buruk buat jantungku." Aku menggumam. Saat aku turun ke bawah, kulihat Fan Yin sedang sibuk bermain game di ruang tengah. Ia menyadari kehadiranku. ”Gege, kau mau kemana kok buru-buru sekali.” Tanya Fan Yin. ”Aku mau ke dokter.” Jawabku sambil terus melangkah keluar. Fan Yin kaget dan segera melompat dari sofa. Ia mengikuti aku dari belakang. ”Apa kau sakit? Kau terlihat baik-baik saja.” Aku hanya diam saja terus melangkah keluar menuju mobilku. Luo yang menyadari aku hendak pergi segera membukakan pintu mobil. Fan Yin juga ikut masuk kedalam mobil. ”Tuan, kemana tujuan kita?” tanya Luo. ”Rumah sakit.” Jawabku data
Hari ini langit terlihat cerah. Begitu juga dengan suasana hatiku. Sudah kumantapkan dalam hati untuk bangkit dari kesedihan. Aku harus berjuang untuk menjalani kehidupan ini. Wejangan Fan Yin semalam seakan memberiku semangat baru. Kukeluarkan semua isi bungkusan yang berserakan di kamar. Pakaian sepatu dan kosmetik semuanya ada. Tinggal satu bungkusan lagi yang belum kubuka. Saat aku membuka bungkusan itu, kulihat isi didalamnya adalah pakaian dalam wanita. Ternyata ia sedetail itu. ”Wah!" Kubentangkan celana dalam warna pink yang berenda di depanku. "Dia ternyata tidak lupa membeli dalaman wanita juga. Kini aku terkesan.” gumam ku sambil tersenyum. Setelah selesai kubereskan semua pakaian itu, aku pun pergi membersihkan tubuhku. Kurasakan perih saat air menyentuh tubuhku yang luka. Dengan semua hal yang terjadi padaku beruntung aku masih bisa bernapas hingga saat ini. Aku akan membalas kebaikan Zhou Tian. Saat aku sedang memakai pakaian, kudengar s
”Zhou Tian aku berhutang budi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu. Terimakasih kau sudah menolongku. Tapi, tuan Lei sepertinya tidak akan pernah melepasmu. Aku telah menyeretmu kedalam situasi ini. Sekali lagi maaf.” Zhou Tian hanya memandangi aku kemudian ia menyela. ”Tidak masalah. Kau jangan merasa bersalah dengan semua ini. Aku bisa mengatasinya dengan caraku.” Tiba-tiba Luo datang menghampiri Zhou Tian. "Tuan, ada masalah di Black Kingdom.” Ujar Luo. Raut wajah Zhou Tian mengeras. Sesaat kemudian ia menyela. ”Mengapa bisa ada masalah? mengurus hal kecil saja kalian tidak becus.” Suara Zhou Tian meninggi. ”Pergilah, aku akan menyusul ke sana." Perintah Zhou Tian kemudian. ”Baik, tuan.” Balas Luo sembari menundukkan kepalanya lalu pergi keluar. Aku kaget mendengar suara Zhou Tian seperti itu. Zhou Tian meirikku lalu ia mendelik, ”Maaf, jika aku membuatmu takut. Akhir-akhir ini aku menghadapi banyak masalah.” Suaranya mulai lembut. ”Aku aka
Zhou Tian POV ”Mengapa bisa di sabotase?” Aku membentak Luo dan bawahannya. Luo hanya menunduk saja. ”Maaf tuan kami lalai. Aku akan mengurus masalah ini.” ”Mengurus, hah? Tidak kau lihat kerugian yang kualami.” Kusandarkan punggungku ke bahu sofa dan kuletakkan tanganku diatas kepalaku. Tiba-tiba aku teringat Lei wulong pasti dia yang membakar Black kingdom. Aku tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh ini. Tiba-tiba ponsel kuberdering. Kulihat di layar Fan Yin yang menghubungi. Lalu segera kujawab panggilan itu. ”Ya. Ada apa?” Tanyaku. ”Gege, Naomi dibawa polisi.” Jawab Fan Yin tergesa-gesa. ”Apa? Mengapa bisa dibawa polisi?” Aku kaget mendengar kabar itu. ”Tadi kami pergi keluar makan di restoran. Namun, disini kebetulan ada beberapa polisi yang
Selama di perjalanan pulang aku hanya diam saja. Otakku masih memikirkan kejadian tadi. Ciuman Zhou Tian selalu terngiang di benakku. Kuletakkan tanganku di pipiku terasa panas karena merasa malu pada Zhou Tian. "Akhh...! Aku bisa gila tenanglah Naomi!" Teriakku dalam hati. Kuperhatikan Zhou Tian tidak berbicara sepatah kata pun. Ia fokus menyetir mobilnya. Tapi ia terlihat canggung . Bahkan ia tidak menjelaskan mengapa ia menciumku tadi. Haruskah aku yang menanyakannya. Tidak! Dia pasti mengira aku terlalu percaya diri. Namun aku tidak bisa menahannya. Kuberanikan saja bertanya padanya. ”kau?” ”kau?” Kami berbicara bersamaan. ”kau duluan.” Kataku padanya. ”Tidak. Kau saja.” Balasnya. Aku mengalah. ”Baiklah. Bukankah kau berhutang penjelasan kepadaku?” Tudingku padanya. Dia sala
”Ponsel? Untuk apa?" Zhou Tian bertanya padaku. ”Aku ingin membuka akun sosmedku. Mungkin aku bisa mengabari Ayah melalui itu agar tidak khawatir padaku.” Jelasku padanya. ”Oh..nih kau bisa menggunakannya.” Ujar Zhou Tian menyodorkan ponselnya kepadaku. Lalu kualihkan tubuhku menghadap Zhou Tian. Tanpa diduga saat aku membalikkan badanku, kepalaku langsung menghadap dada Zhou Tian terlihat tetesan air masih membasahi dada bidangnya. Seketika aku menjadi malu. ”Sepertinya kau sangat ingin melihatnya dari dekat bukan?” Zhou Tian menggodaku. Aku berdalih, ”Kau saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik.” Dia tertawa melihatku yang salah tingkah. ”Kau saja yang terlalu pendek.” Aku malu mengakui bahwa tinggi badanku hanya setinggi dadanya. Lalu kuraih ponsel Zhou Tian dari tanga
”Naomi ayo kita berfoto.” Ujar Fan Yin sembari mengambil ponsel baruku yang dibeli Zhou Tian. Kemudian ia merangkulku dan membuat pose wajah imut. Untuk seorang pria Fan Yin terlalu cantik. Pantas saja banyak wanita yang ingin selalu menjadi pasangannya walau hanya satu malam. Tentu Fan Yin memanfaatkan wajahnya dengan baik untuk bersenang-senang dengan para wanita cantik. Ia dan Zhou Tian berbeda jauh. Zhou Tian yang selalu bersikap dingin kepada wanita manapun. Namun meski demikian tak sedikit wanita yang berusaha untuk mendapatkan hatinya. Tatapan matanya yang tajam selalu membuat hatiku berdebar. Wajahnya sangat tampan seperti pahatan patung Michael angelo. ”Ini nomor ponselku.” Ujar Fan Yin mengetik nomornya di ponselku. Aku menoleh kearah Zhou Tian. Dan kusodorkan ponselku padanya.”Beri juga nomor ponsel