Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan

Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan

Oleh:  Sunny Afena  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
14Bab
258Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika Kimi sedang terjepit dalam situasi memalukan di depan publik, Hans tiba-tiba muncul dan menolongnya terlepas dari kesulitan. Sayangnya, pertolongan pria tersebut tidak datang dari rasa sukarela. Hans meminta balasan atas tindakannya yang sudah membebaskan Kimi dari insiden tersebut. Laki-laki itu meminta Kimi menjadi istri kontraknya selama setahun demi tujuan, yang hanya diketahui olehnya sendiri. Kimi yang tak punya pilihan lain pun, terpaksa memenuhi permintaan Hans. Dia tak tahu bahwa pernikahan kontraknya akan membuka tabir dari hidupnya yang selama ini tak bisa disebut indah.

Lihat lebih banyak
Kontrak 365 Hari dengan CEO Arogan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kafkaika
Bagus, kak, kata2nya gak bikin bosen baca,, semangat
2024-01-22 13:33:40
1
user avatar
Auphi
Makanya Kimi, lain kali kalau mau pacaran selidiki yang betul asal-usul cowoknya. Sekarang banyak buaya darat ... Nice job Thor. Lanjut ceritanya
2024-01-22 11:14:44
1
user avatar
agneslovely2014
Wow baru nih, seru Kak Ceritanya. Semangat ya updatenya ditunggu
2024-01-13 20:53:29
1
14 Bab
1. Tidak Pernah Sukarela
Kimi tak tahu semalam mimpi apa. Dia sama sekali tak punya firasat apapun bahwa hari ini akan menjadi hari paling memalukan di sepanjang hidupnya. Sebaliknya, tadi pagi ia memulai hari dengan langkah ringan dan senyum sumringah karena momen bahagia yang terjadi kemarin.Itu sebabnya, saat ini dia hanya duduk mematung dengan tatapan kosong karena seluruh saraf otaknya mendadak lumpuh, setelah minuman dingin di depannya direnggut oleh seseorang dan kemudian disiramkan ke atas kepalanya.Dia tentu saja bisa merasakan suasana kafe yang seketika menjadi sehening pemakaman. Bahkan musik instrumen yang sejak tadi mengalun indah, kini seolah-olah berubah menjadi musik pengiring kematian.Meski begitu, Kimi tak bisa merasakan sensasi dingin ketika butiran-butiran balok es menyentuh kulit kepalanya. Alih-alih merasa dingin, ia justru merasa sekujur tubuhnya memanas. Terutama di bagian wajah.Ketika dia akhirnya bisa sedikit menggerakkan bola mata, Kimi melihat satu dari dua pria yang duduk di s
Baca selengkapnya
2. Kesempatan
Matanya berkedip lemah, kala menatap pria yang duduk di depannya. Wajah Kimi memancarkan kepolosan yang murni karena ia benar-benar tak paham dengan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Hans. “Membayar kebaikanmu?” Ia berdeham singkat, kemudian melanjutkan, “Kau ingin aku membayar ongkos untuk tumpangan mobilmu ini, ya? Baiklah, aku—”Kimi menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka retsleting tas kerjanya, ketika tawa Hans meledak di dalam mobil yang penerangannya tak dinyalakan itu. “Aku tidak butuh uangmu,” tukas pria tersebut sesudah tawanya berhenti.Kerutan di dahi Kimi semakin dalam. “Jadi?”“Menikahlah denganku!”Untuk beberapa saat keheningan menyergap kendaraan roda empat itu. Kimi dan Hans saling beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sampai kemudian Kimi tak bisa lagi menahan perasaan geli dan gilirannya tertawa terpingkal-pingkal.Masih dengan tawa yang menderanya, ia mengedarkan pandangan berkeliling seolah ingin menemukan sesuatu. “Apa ini? Apakah aku se
Baca selengkapnya
3. Yang Tidak Murah
Kimi memandangi Icha yang sedang membolak-balikkan kartu berwarna hitam bertuliskan nama lengkap Hans beserta jabatan dan nama perusahaannya. Dia menunggu dengan sabar komentar yang pasti akan keluar dari mulut sahabatnya. “Apakah menurutmu ini asli, Kim?” ujar Icha seraya menyerahkan kembali kartu nama Hans ke tangan Kimi. “Maksudku, ada ‘kan cerita tentang manajer suatu agensi yang merekrut seorang talenta. Mereka memberikan kartu nama, lalu kita menghubunginya, dan semuanya berakhir dengan kita yang menyerahkan sejumlah uang.” “Tapi di sana ada alamatnya,” bantah Kimi. “Kita bisa memastikannya dengan datang ke sana. Dia sendiri yang bilang begitu.” Icha mempertimbangkan kata-kata teman kerjanya. Kemudian melanjutkan, “Baiklah. Katakan kartu nama ini memang benar adanya. Kalau kau pergi ke sana, bagaimana langkahmu selanjutnya? Apakah kau akan menerima tawaran itu? Melakukan pernikahan kontrak dengannya?” Alih-alih menjawab pertanyaan itu, Kimi justru hanya menghenyakkan dirinya
Baca selengkapnya
4. Tunjukkan Penampilan Terbaikmu
“Rumah?”Kimi hampir saja menyemburkan biskuit yang masih ada di dalam mulutnya, begitu mendengar permintaan yang disampaikan oleh bibinya. Kepalanya mendadak terasa pening, sehingga ia sulit untuk memikirkan reaksi seperti apa yang seharusnya ia perlihatkan, selain terkejut dan berteriak secara spontan.Kimi tahu, membawa sosok seperti Hans ke rumahnya untuk membicarakan pernikahan akan berujung seperti ini. Bibinya takkan mudah melepaskannya untuk orang lain. Dengan dalih bahwa selama ini ia telah membesarkannya dengan susah payah, dia menginginkan suatu penebusan.Jadi, begitu ia berdiri di depan pintu bersama Hans, ditemani oleh asistennya, Rob, yang meskipun tampak tua tapi menyorotkan sinar kemapanan, mata Bibi Kimi pun seketika menjadi cerah. Hidungnya bisa mencium aroma uang yang bertumpuk dari dua pria yang menyatroni rumahnya tanpa pemberitahuan.Wanita culas itu semakin girang, ketika Hans mengutarakan niat kedatangannya dan berakting dengan sangat bagus, sewaktu menyatakan
Baca selengkapnya
5. Benar-benar Mengecewakan
“Bagaimana penampilanku?” Kimi mengarahkan layar ponsel dari atas ke bawah, supaya Icha bisa memperhatikan detail penampilannya kali ini.Dia sedang berada di salon kecantikan dan baru saja selesai dirias. Karena mendadak merasa gugup, maka ia melakukan panggilan video kepada sahabatnya. Dia tahu di jam-jam petang, toko furnitur pasti sedang santai dan tidak akan mengganggu jika ia menyita waktu Icha barang 5 menit.“Aku tidak pernah melihatmu secantik ini, Kim,” puji Icha dengan tulus. “Kau terlihat sangat berbeda. Kau bahkan mengganti warna rambutmu. Lagi!”Kimi mengusap rambutnya yang sekarang berwarna seperti karamel dan disanggul dengan anggun. Dia harus izin cuti dari toko hari ini, supaya bisa datang ke salon lebih awal dan mendapatkan perawatan total untuk merombak penampilannya.Dia harus merelakan rambut merahnya dan menyerahkan pilihan kepada hairstylist untuk menentukan warna apa yang serasi untuk dirinya, sekaligus cocok untuk menghadiri sebuah pesta dari kalangan para ek
Baca selengkapnya
6. Tujuan Hans
Kimi menatap wajah Hans dengan rasa tak percaya. ‘Laki-laki ini … pasti ada yang salah dengan isi kepalanya,’ bisiknya dalam hati. Dia tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan Hans. Kimi memang merasa gugup sebelumnya karena berada di situasi yang asing baginya. Namun, dia tak berpikir jika penampilannya seburuk itu hingga bisa disebut mengecewakan.“Kau tahu berapa yang kuhabiskan untuk terlihat seperti ini?”Hans tertawa pendek. “Ooh, itu bahkan lebih mengecewakan lagi! Mengingat akulah yang harus membayar tagihannya nanti,” tukasnya tanpa perasaan.Mendengar itu, emosi Kimi jadi ikut tersulut. “Astaga! Aku tak tahu lagi bagaimana penampilan terbaik menurut versimu, Mr. Perfect!” balas wanita tersebut, dengan masih bertahan di tempatnya berdiri. Ia tak beranjak sedikit pun, bahkan ketika Hans berdiri dari tempat duduk dan maju selangkah ke arahnya.“Kau datang ke sini sebagai pasanganku. Jadi, perhatikan kata-katamu!” desis pria berbadan jangkung dan berbahu lebar itu.Kimi me
Baca selengkapnya
7. Jangan Asal Bicara!
Kimi secara diam-diam mencuri pandang ke arah kanan, di mana sosok Hans sedang duduk di sampingnya. Sementara mobil yang dikemudikan oleh Rob terus melaju melewati lampu-lampu jalan raya yang masih dipadati oleh lalu lintas malam. Sejak keluar dari Mountain View Hotel 15 menit yang lalu, Hans sama sekali belum bicara. Bahkan ketika Kimi tersandung pintu lift dan hampir membuat pria tersebut ikut jatuh, kebungkamannya masih tetap bertahan. Dan Kimi semakin yakin bahwa asumsinya benar belaka. Dia tak punya keraguan sedikit pun, tentang hati Hans saat ini. Acara pesta para eksekutif beberapa saat lalu, sudah cukup memberikan bukti. Kimi masih ingat, setelah Jessy menyebut nama Desi, Hans -dengan mengemukakan alasan hendak menemui koleganya yang lain- segera menarik Kimi ke sudut lain yang lebih sepi. Menghindari kerumunan dan mulai mengunci mulutnya. Kimi melalui 40 menit di sana dengan menjadi manekin. Para pria banyak meliriknya, tapi Hans memasang mimik sangar sehingga tak seorang
Baca selengkapnya
8. Sepadan (?)
Kimi merinding di bawah tatapan wanita yang lebih jangkung darinya. Dia seakan-akan dibuat membeku oleh kata-kata dingin yang baru saja meluncur dari mulutnya. Sehingga saat Hans meraih pinggang kecilnya, Kimi oleng begitu saja ke pelukan pria tersebut.“Tidak. Aku tidak memilihnya secara acak, Ibu. Aku sudah mengenalnya beberapa waktu dan berpikir kalau dia sangat cocok menjadi pendamping hidupku.”Ibu Hans memicingkan matanya hingga membentuk garis sabit. “Kau pikir pernikahan itu seperti acara sulap? Yang bisa kau mainkan sesuka hatimu? Kami bahkan belum mengenalnya.”Tanpa rasa gentar sedikit pun, bahkan cenderung terlihat santai, Hans membalas, “Yah, Ibu, itulah kenapa aku membawanya ke acara kita malam ini. Supaya kalian semua bisa mengenalnya.”Ibu Hans membuka mulut hendak menimpali ucapan anaknya, ketika seorang wanita lain yang tampak jauh lebih sepuh ikut angkat bicara, “Ira, Ira … sudahlah, mereka baru saja datang. Jangan mendebatnya seperti itu!”“Tapi, Ibu—”Decakan kasa
Baca selengkapnya
9. Masih Membutuhkanmu
Kimi tersenyum geli, kala melihat sahabatnya terkesima dengan kafe miliknya. Icha mendesah kagum setiap kali melihat perabot atau peralatan kafe yang semuanya tampak unik dan estetik.“Aku yakin di kehidupan sebelumnya kau adalah putri raja yang dikorbankan, Kim. Itulah kenapa di kehidupan sekarang kau begitu beruntung.”Kimi tertawa pendek, lalu menimpali, “Kau lupa 18 tahun yang kulalui dalam kesengsaraan di rumah bibiku?”Icha mencubit lengan Kimi dengan lembut, kemudian memeluknya. “Ohh, ayolah, aku tidak bermaksud begitu, Kim. Aku hanya mengungkapkan betapa kehidupanmu sekarang tampak begitu … sempurna. Keluarga bibimu tentu saja masih sialan di mataku.”Ketika mereka saling melepaskan pelukan, Kimi tersenyum kecil. “Bagaimana kabar di toko?”Icha menjatuhkan diri di salah satu kursi yang ada di depan meja bar, begitu juga dengan Kimi. “Manajer terus mengeluh. Katanya tidak ada karyawan yang cekatan sepertimu. Kau seharusnya tahu bagaimana aku dan si Keriting Layla mencoba menghi
Baca selengkapnya
10. Terpangkas
Kimi seolah tak berani menggerakkan otot lehernya, bahkan ketika tangan yang berotot itu semakin kuat mengunci pinggangnya. Belum lagi kulit lututnya yang menggesek paha Hans yang berbalut celana gelap. Wajah pria itu begitu dekat dengan dadanya. Kimi bahkan bisa merasakan embusan napasnya menerpa lengan. Dia hanya bisa duduk di sana, dalam pangkuan Hans, dengan tatapan yang hanya bisa ia tujukan kepada Desi. Bukan karena ia ingin begitu, tapi karena ia memang tak sanggup memandang wajah di dekatnya, terutama dengan jantung yang mendadak berdegup kencang. “Begitu tidak bekerja di sini, kau melupakan etikamu, Desi?” Suara dingin Hans semakin meningkatkan keinginan Kimi untuk bergidik. Namun, ia berhasil menahannya. Apalagi saat dilihatnya sosok Desi tetap melenggang ke arah sofa dan duduk di sana. “Maaf, Hans. Ini hampir jam makan siang. Jadi, kupikir kau sedang senggang seperti biasanya dan—” “Seperti biasanya,” ulang Hans yang diakhiri dengan tawa pendek. “Well, mulai sekarang kau
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status