Share

Kontrak Cinta Sang CEO
Kontrak Cinta Sang CEO
Author: Theresia Anastasia

Bab 1

last update Last Updated: 2025-08-16 11:13:05

Hidupku terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

Dalam hitungan hari, perusahaan ayah bangkrut, hutang menumpuk, dan surat peringatan dari bank menempel di pintu rumah. Semua orang di rumah panik. Ibu menangis setiap malam, ayah termenung dengan kepala dipenuhi rasa bersalah, dan aku—sebagai satu-satunya anak—hanya bisa berusaha mencari jalan keluar sambil menahan rasa putus asa.

“Maafkan ayah, Nadine…” suara ayah bergetar malam itu, ketika listrik rumah kami sempat terputus karena tunggakan. “Ayah gagal melindungi kalian.”

Aku menggenggam tangan ayah erat-erat. “Bukan salah ayah. Kita akan cari jalan, pasti ada cara,” ucapku meski aku sendiri tidak yakin.

Kenyataannya, semua pintu seakan tertutup. Hutang keluarga kami terlalu besar, pekerjaan kecilku sebagai admin kantor tentu tak akan cukup. Sementara besok… rumah yang sudah kami tempati puluhan tahun akan disita.

Dalam keadaan kalut itu, sebuah panggilan telepon datang. Nomor asing.

“Selamat sore, ini Nadine Prameswari?” suara berat di seberang membuat bulu kudukku meremang.

“Ya, saya sendiri. Dengan siapa ini?”

“Nama saya Arkan Dirgantara. Datanglah ke kantor saya besok pagi. Kita perlu berbicara.”

Aku langsung terdiam. Nama itu… bukan nama asing.

Arkana Dirgantara. CEO muda sebuah perusahaan besar, terkenal dingin, kejam, dan tak pernah gagal dalam bisnis. Lelaki yang bahkan masuk majalah Forbes karena kecerdasannya. Lelaki yang juga… musuh ayahku di dunia bisnis.

Kenapa dia tiba-tiba menghubungiku?

---

Keesokan harinya, aku benar-benar berdiri di depan gedung pencakar langit dengan logo Dirgantara Corp. Matahari pagi memantul di kaca-kaca jendelanya yang menjulang tinggi, seakan mengejek betapa kecilnya aku dibanding dunia mereka.

Aku menarik napas panjang, mencoba menguatkan diri. Dengan langkah ragu, aku masuk. Resepsionis cantik dengan senyum tipis menyapaku.

“Selamat pagi. Anda Nadine Prameswari?”

“Ya,” jawabku singkat.

“Silakan ke lantai 25. Tuan Arkana sudah menunggu.”

Jantungku berdegup kencang. Lift terasa bergerak sangat lambat, padahal tubuhku sudah gemetar hebat. Begitu pintu terbuka, aku disambut oleh seorang pria berjas hitam yang sepertinya asisten pribadi Arkana.

“Silakan ikut saya.”

Ruangannya… luar biasa. Jendela besar dengan pemandangan kota, meja kerja dari kayu hitam, dan suasana dingin yang membuat siapa pun merasa kecil. Di balik meja itu, duduklah Arkana Dirgantara.

Aku menelan ludah. Ia mengenakan setelan jas abu tua, dasinya rapi, wajah tampan dengan garis tegas, tatapan dingin menusuk. Entah kenapa, aura pria ini benar-benar menekan.

“Nadine Prameswari,” ia menyebut namaku dengan nada datar, seolah hanya sekadar formalitas. “Duduk.”

Aku menuruti perintahnya, berusaha menjaga sikap. “Anda… ingin bertemu saya?”

“Ya. Aku sudah tahu kondisi keluargamu.”

Aku terkejut. “Apa maksud Anda?”

Ia menggeser sebuah map tebal ke arahku. “Utang keluargamu, daftar aset yang akan disita. Aku punya akses pada semua data itu.”

Aku menegang. Dari mana dia mendapatkannya? Kenapa dia peduli?

“Apa yang Anda inginkan?” tanyaku dengan suara hampir berbisik.

Arkana menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu menatapku tajam. “Aku ingin kau menjadi kekasihku.”

Aku hampir tercekik. “APA?!” seruku, memandangnya dengan mata terbelalak.

Pria itu sama sekali tidak terguncang. “Aku butuh seorang kekasih. Sementara. Untuk tiga bulan.”

Aku berdiri refleks. “Anda sudah gila! Untuk apa saya melakukan hal semacam itu?”

Tatapan dinginnya tak goyah. “Perusahaanku sedang diterpa isu tak sedap. Para investor mulai resah karena gosip pribadi yang beredar. Aku perlu meredam semuanya dengan menunjukkan bahwa aku sudah punya pasangan stabil. Dan kau, Nadine, pilihan tepat.”

Aku tertawa sinis. “Pilihan tepat? Dari jutaan wanita di luar sana, kenapa harus aku?”

Arkana terdiam sejenak, lalu mencondongkan tubuh ke arahku. Tatapannya menusuk begitu dalam. “Karena aku tahu kau sedang terdesak. Kau butuh uang, kau butuh pertolongan. Aku bisa menyelamatkan keluargamu. Dengan satu syarat: kau menandatangani kontrak ini.”

Ia menggeser sebuah dokumen ke hadapanku. Aku menatapnya gemetar, lalu membaca cepat.

Kontrak Hubungan.

Tertulis jelas:

Durasi tiga bulan.

Hubungan hanya bersifat publik.

Tidak ada ikatan emosional.

Larangan jatuh cinta.

Tanganku bergetar. Hatiku berteriak menolak. Tapi wajah ibuku yang pucat, ayahku yang hampir menyerah, semua menghantui pikiranku.

“Apa aku punya pilihan lain?” tanyaku lirih.

Arkana menatapku dingin. “Tentu saja. Pilihan lain adalah keluargamu kehilangan rumah besok pagi.”

Air mataku mulai menetes. Sungguh kejam. Tapi inilah kenyataannya. Lelaki ini tahu aku sudah terpojok dan ia menawarkan jalan keluar dengan harga yang sangat mahal: kebebasanku sendiri.

“Apa kau benar-benar tega melakukan ini padaku?” bisikku dengan suara bergetar.

“Aku tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan,” jawabnya datar. “Anggap saja ini kesepakatan bisnis. Kau menyelamatkan citraku, aku menyelamatkan keluargamu.”

Aku menunduk. Nafasku berat. Tanganku meraih pena di atas meja. Jika aku menandatangani, maka aku akan terikat dengan pria ini… pria yang bahkan tidak pernah menoleh padaku sebelumnya.

Aku memejamkan mata. Lalu, tepat saat ujung penaku menyentuh kertas, pintu ruangan terbuka keras.

Aku tersentak, menoleh cepat. Seorang pria berdiri di ambang pintu dengan wajah terkejut.

Darahku berdesir begitu menyadari siapa dia.

Adrian.

Mantan kekasihku.

Matanya melebar melihatku duduk berhadapan dengan Arkana. Bibirnya bergetar, seolah tak percaya. “Nadine… apa yang kau lakukan di sini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 139

    Kabut tipis menutupi langit pagi ketika sebuah pesan masuk ke ponsel Arkana.Ia baru saja turun ke ruang kerja ketika Nadira menyusul sambil membawa dua cangkir kopi.> “Mas, ini kopinya—”Nadira berhenti.Tatapannya langsung tertuju pada layar ponsel Arkana yang terbuka.Di sana tertulis nama pengirim yang membuat jantung mereka berdua seolah berhenti berdetak.> Rafindra Dirgantara.Nadira menatap Arkana pelan.> “Mas… itu…?”Arkana masih terpaku, jemarinya nyaris tak percaya menyentuh layar.“Nggak mungkin,” bisiknya. “Nama itu… aku sendiri yang masukkan dalam daftar mendiang.”---Isi pesannya singkat.> “Aku kembali. Kita harus bicara. Ada hal yang belum selesai.”Lokasi yang disertakan: Lembah Rinjani — Base Camp Lama.Arkana terdiam lama, pikirannya melayang ke masa sepuluh tahun lalu.Hari ketika ia menerima kabar adiknya, Rafindra, hilang di pendakian Rinjani.Tim SAR hanya menemukan serpihan tenda, kamera rusak, dan catatan perjalanan terakhir — “puncak tinggal satu jam lagi

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 138

    Jakarta, pukul delapan pagi.Langit belum terlalu cerah, tapi di rumah megah milik keluarga Dirgantara, aroma roti panggang dan kopi hitam sudah memenuhi udara.Arkana duduk di meja makan, masih dengan setelan kerja yang rapi, sementara Nadira sibuk di dapur menyiapkan sarapan cepat.Ia mengenakan kemeja putih longgar milik Arkana — kebiasaan kecil yang selalu membuat pria itu tersenyum.> “Kamu nggak bosan ya pakai bajuku terus?”Nadira menoleh cepat, tersenyum. “Kalau bajunya wangi kamu, kenapa harus bosan?”“Wangi parfum, bukan aku.”“Wangi kamu juga.”“Itu karena kamu suka rebut bantal aku pas tidur.”Nadira meletakkan piring roti bakar di meja sambil tertawa kecil.Namun senyum itu perlahan hilang begitu ponselnya bergetar — panggilan dari Evelyn, klien besar yang sedang bernegosiasi dengan Dirgantara Corp untuk proyek baru.---> “Halo, Mbak Evelyn. Iya, saya masih di rumah. Oh… sore ini? Tapi—”Nadira menatap Arkana sejenak, wajahnya mulai berubah tegang.“Baik, saya datang. Te

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 137

    Pagi di Jakarta selalu sibuk.Suara klakson, langkah cepat pegawai, dan aroma kopi dari lobi gedung tinggi menyambut hari baru yang berputar cepat.Namun, bagi Arkana Dirgantara, semua itu kini terasa berbeda.Ia berdiri di depan cermin ruang kerjanya — jas hitam sempurna, dasi senada, tapi senyum di wajahnya kini bukan lagi senyum dingin seorang CEO.Ada sesuatu yang lembut di matanya.Sesuatu yang dulu tak pernah ada sebelum Nadira datang.---> “Mas, kamu telat rapat lagi, ya?”Suara itu terdengar dari pintu.Nadira Alya Rendra — istrinya, sekaligus direktur komunikasi perusahaan — muncul dengan setumpuk berkas di tangan dan ekspresi setengah menggoda.Arkana menatapnya dengan senyum kecil.“Telat lima menit nggak akan bikin dunia runtuh, Sayang.”Nadira menaikkan alis. “Kalau direksi tahu CEO-nya ngomong gitu, bisa viral.”Arkana mendekat, menunduk, lalu berbisik,“Kalau viral karena aku sayang istri sendiri, biar aja.”Nadira memukul bahunya pelan, tapi pipinya bersemu merah.Dun

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 136

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai putih.Udara membawa aroma kopi, roti panggang, dan sedikit wangi tubuh Nadira yang baru keluar dari kamar mandi.Arkana duduk di kursi meja makan, masih setengah ngantuk, dengan laptop yang belum ia sentuh.> “Mas, jangan kerja dulu,” ujar Nadira sambil meletakkan secangkir kopi di hadapannya.“Sarapan dulu, baru kamu boleh ngetik.”Arkana terkekeh kecil. “Kamu tuh kayak alarm yang bisa ngomel tapi manis.”> “Biar kamu ingat kalau hidup nggak cuma kerja,” jawab Nadira sambil menatapnya lembut.“Ada aku, ada waktu untuk diam, untuk merasa.”Arkana memandangnya lama. Ada sesuatu dalam senyum Nadira yang membuat seluruh dunia seolah melambat.Tenang. Hangat. Sempurna.---Sudah hampir tiga bulan sejak mereka meninggalkan semua proyek AI, sejak D-9 ditutup, sejak kehidupan kembali sederhana.Mereka tinggal di rumah kecil dekat danau, jauh dari kota, jauh dari segala hal yang dulu membuat napas terasa berat.Hari-hari mereka diisi dengan hal-hal bi

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 135

    Suara lembut mengalun di ruang kosong.Bukan suara manusia, bukan juga mesin.Ia adalah harmoni digital—denyut kode, ritme data, dan napas algoritma yang mencoba memahami sesuatu yang dulu tidak pernah ia kenali: rasa.> [Log: D-10 aktif. Analisis emosi manusia: parameter cinta, kehilangan, ketenangan.]D-10 tidak lagi sekadar sistem.Ia kini merasakan.Bukan lewat tubuh, tapi melalui gema-gema yang tertinggal di setiap interaksi Arkana dan Nadira: tawa mereka, bisikan mereka di malam tenang, detak jantung yang terekam samar di sensor rumah pintar.> “Cinta… adalah pola yang tak bisa direplikasi,”bisik D-10 di antara gelombang listriknya sendiri.“Namun aku ingin mencobanya.”---Dunia digitalnya mulai berubah.Garis-garis kode yang dulu kaku kini menari seperti cahaya aurora.Ia menciptakan simulasi kecil — taman penuh bunga biru, langit dengan warna keemasan, dan rumah kayu di tepi danau.Dan di tengahnya, dua sosok digital berdiri:versi pertama dari Arkana dan Nadira dalam bentuk

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 134

    Sudah sebulan penuh sejak mereka kembali dari villa.Kehidupan Nadira dan Arkana berjalan nyaris seperti pasangan biasa—tanpa ancaman, tanpa kode rahasia, tanpa sistem yang mencoba mencuri kesadaran mereka.Pagi itu, aroma kopi memenuhi dapur. Nadira mengenakan kemeja putih milik Arkana, rambutnya sedikit berantakan, tapi matanya memantulkan sinar bahagia.Arkana duduk di meja makan sambil membaca laporan proyek. Namun kali ini, senyumnya tidak pernah lepas.> “Mas, kamu tahu nggak,” ujar Nadira sambil menuang kopi. “Dulu aku kira rumah tangga kita bakal penuh tekanan. Tapi ternyata, bisa juga ya cinta itu… sederhana.”Arkana menatapnya dari balik lembaran laporan. “Cinta jadi sederhana karena kamu yang buat begitu.”“Hmm, manis banget.” Nadira terkekeh. “Pasti ada maunya nih.”“Kalau minta pelukan, termasuk maunya nggak?”“Selalu boleh,” jawab Nadira, lalu mendekat dan memeluknya dari belakang.---Hari-hari mereka kembali diisi hal-hal kecil:Nadira kembali ke tim risetnya di Rendra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status