Masuk"Lama banget sih!" Gerutu Arabella.
Sudah hampir 30 menit dirinya terduduk di kursi seorang diri. Tapi, pria yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Arabella mengambil ponselnya yang berada di dalam tas kecilnya, membuka room chatnya dengan Shreya. "Udah dimana Bapak CEO yang super sibuk itu" pesan pun dia kirimkan, tepat dengan adanya suara bariton seseorang. "Selamat sore, Nona." Arabella melirik ke atas, melihat si pemilik suara. Kesan pertama yang dia dapatkan dari pria ini adalah tampan. Untuk sesaat Arabella terpesona dengan ketampanan si pria. Hingga dia tersadar lalu bangkit dari duduknya dan segera menjalankan aksinya. "Tuan Azael?" Tanya Arabella dengan gaya centilnya. Azael mengangguk, "Nona Shreya?" Arabella kembali tersenyum dengan sangat centil. "Oh, ya.. Shreya Varelly," ucapnya memperkenalkan diri dengan menjulurkan tangannya. Arabella akan merubah dirinya menjadi gadis centil di hadapan para kandidat calon suami sahabatnya, agar perjodohan ini gagal tentunya. "Silakan, duduk." Titahnya mempersilakan Azael duduk setelah mereka berjabat tangan. "Mau pesan kopi atau minuman yang akan membuat anda melayang, hmm," tawarnya dengan raut wajah menggoda. Azael sedikit berpikir dan menelisik wanita di hadapannya ini. "Kopi saja" sahutnya. "Haha.. anda lebih suka yang pahit-pahit ternyata," ucap Arabella kembali dengan tawa canggungnya. Ntah mengapa dia merasa pria ini berbeda dari kandidat sebelumnya. Arabella memanggil pelayan restoran dan memesan minuman untuknya dan juga untuk Azael. Disela-sela obrolannya dengan Azael, dia mengirimkan pesan pada Shreya. "Pria ini sungguh dingin." "Saya dengar, kamu tidak bekerja di perusahan ayahmu?" Arabella kembali tersenyum, kali ini senyuman canggung. "Oh, iya. Em.. saya hanya ingin mandiri saja, mencoba berpetualang dan menikmati masa muda, bukankah itu akan menyenangkan." Minuman pesanan mereka pun tiba, pelayan menyajikannya di atas meja. Arabella pun memesan kopi sama seperti Azael, padahal dirinya anti sekali dengan kopi, karena itu akan membuat jantungnya berdebar dengan cepat dan mambuat asam lambungnya naik. "Sepertinya kamu pecinta kopi?" Tanya Arabella ketika melihat Azael begitu menikmati kopinya. "Menurut saya, kopi bisa menghilangkan kepenatan. Kamu sendiri?" "Saya tidak terlalu suka kopi, saya lebih suka minuman yang akan membuat kita melayang, hingga terbuai akan sentuhan," tuturnya dengan mengedipkan satu matanya. Namun, yang sebenarnya Arabella rasakan adalah perasaan gugup dan cemas. Tidak semudah pria-pria sebelumnya, sepertinya misi ini akan sedikit membutuhkan waktu lama. Meskipun Azael adalah pria dingin, tetapi dia adalah tipe pria yang mudah sadar dengan seseorang yang menjadi lawan bicaranya. Raut wajah canggung dan gugup yang tengah Arabella rasakan bisa Azael lihat dengan jelas dari sini. Hingga otak cerdas Azael memiliki ide untuk membuat rencana si wanita ini gagal. Dia pun bangkit dari duduknya menghampiri Arabella. Mencondongkan kepalanya kala keduanya sudah dekat. Membuat Arabella sedikit memundurkan badannya. "Saya pun suka akan hal itu. Jika kamu mau, kita bisa lakukan sekarang," bisiknya di luar dugaan Arabella. "Sial, bagaimana ini!" Batinnya. Kedua mata Arabella membulat sempurna. Azael tersenyum licik, lalu berjalan kembali menuju kursinya. "Waw.. Haha.. Ternyata kita sama," sahut Arabella dengan perasaan yang sudah tidak bisa lagi dia jabarkan. Jantungnya berpacu dengan cepat, belum lagi keringat dingin sudah mengalir di balik pakaiannya. Azael tersenyum miring. Wanita di hadapannya ini tidak bisa berakting sama sekali. "Jadi.. bagaimana?" Pertanyaan Azael itu berhasil membuat Arabella semakin tidak tenang. Hingga suara pada ponselnya membuat dia meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan masuk. Dengan cepat otak cerdasnya ini pun berjalan. "Honey... maafkan aku, aku masih bertemu dengan client, mungkin setengah jam lagi selesai dan kita bisa langsung segera bertemu," ujarnya, membuat seseorang di sebrang sana merasa bingung atas apa yang Arabella katakan. Arabella kembali menatap Azael lalu memasang muka seolah dia bersalah. "Oh.. Maaf, tadi itu telepon dari kekasih saya," bisiknya. Padahal yang memanggilnya adalah Shreya, ntah kenapa wanita itu meneleponnya. Hingga satu pesan masuk dan saat membacanya membuat Arabella membulatkan matanya dengan sempurna. "Apa!" Pekiknya seraya berdiri dan itu membuat Azael ikut terkejut. Kedua mata Arabella langsung menatap ke arah pintu masuk, dia bingung harus bagaimana. Lalu, otaknya ini pun memberikan ide gila agar dia bisa segera keluar dari restoran ini. Bukan apa, tetapi saat ini dia tengah memakai riasan soft, yang memungkinkan orang terdekatmya mengenalo dirinya. "Kita bisa lakukannya sekarang!" Ajaknya pada Azael. Membuat lelaki itu menggangkat satu alisnya. Tanpa menunggu persetujuan si pria, dia langsung saja menarik pergelangan tangan Azael. Mengajaknya segera keluar dari restoran ini. "Jangan sampai ketemu." Batinnya. Dia berjalan dengan tangan yang menggandeng lengan kekar Azael. Hingga saat di pintu masuk, seseorang pun masuk dengan wanita disampingnya. Dengan segera Arabella menyembunyikan wajahnya, dia merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Azael. "Apa yang sedang kamu lakukan?" Kaget Azael dengan kening yang berkerut. Dengan seluruh keberanian yang dia miliki, bibirnya pun menyentuh bibi kenyal Azael dan itu berhasil membuat Azael terdiam. Hanya sebuah kecupan biasa, Arabella lakukan agar wajahnya tidak terlihat oleh seseorang yang baru saja masuk. Tetapi, kecupan itu membuat hati Azael berdebar. Melepaskan kecupan singkatnya setelah seseorang yang dia hindari itu tak lagi terlihat dan tak akan melihatnya. Nafas lega pun di embuskan. Bagaimana bisa disaat seperti ini harus bertemu dengannya, rasanya sungguh memalukan. "Bodoh!" Rutuknya dengan wajah yang menyedihkan. Beberapa saat kemudian barulah dia tersadar karena suara seseorang. Azael menyadari keanehan wanita yang berada di hadapannya ini. Dia tau, wanita ini tengah menghindari seseorang. Namun, dia tidak bisa membuat wanita ini tenang begitu saja, setelah apa yang sudah dia lakukan. "Oh.. jadi Nona Shreya ingin segera melakukannya disini? Apakah sudah tidak sesabar itu, hm?" Godanya dengan seringai yang membuat Arabella merinding melihatnya. Dia pun tak hentin-hentinya merutuki kelakuan bodohnya ini. Menggigit bibir bawahnya dengan isi kepala yang terus berfikir apa yang harus dia lakukan. "Kalau begitu, ayok.." Ajak Azael kali ini dialah yang menarik lengan Arabella. Hingga Arabella menyentakkan lengannya dan membuat genggaman Azael terlepas. "Tuan Azael, bukankah anda sudah tahu, saya sudah punya kekasih, jadi hubungan ini tidak bisa berlanjut. Perjodohan ini tidak akan berlanjut!" Sentak Arabella. Azael mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi, Nona Shreya sedang merasa gugup?" Arabella bingung sendiri, kenapa bisa ceroboh seperti ini. "Bukan.. aku tidak gugup sama sekali, hanya saja, emm.. kita sudahi semuanya sebelum terlalu jauh." "Baiklah, pemutusan sepihak dari keluarga Vallery. Akan dipastikan besok sudah tersebar beritanya," kata Azael. Sebenarnya dia hanya menakuti saja, dia pun ingin terlepas dari perjodohan ini. Tetapi, tidak dengan cara seperti ini. Ini sama saja seperti dia dicampakkan seorang wanita. Arabella membuka mulutnya, apa yang sudah dia lakukan. Seharusnya tidak seperti ini, semua ini karena kedatangan Zayan Elfarel, crushnya yang tak pernah bisa dia gapai hingga saat ini. Karena dia sudah memiliki kekasih.Mobil dengan lambang RR dibagian depan itu berhenti di depan lobby. Seorang vallet membukakan pintu belakang. Yang pertama terlihat adalah sepatu fantopel hitam mengkilap, setelahnya barulah penampakan pria tinggi, tampan, dan mempesona. Mengaitkan kancing jas kemaja, lalu dia pun mulai berjalan dengan seorang pria yang selalu mengekorinya di belakang. Setiap langkahnya membuat mereka yang berada di gedung ini menundukkan kepala memberikan hormat. "Kenapa mereka menumpuk di depan lift?" Tanyanya kala matanya melihat para karyawan tengah berdiri di depan lift. Tak lama dari itu pintu lift terbuka dan sebagian karyawan masuk, sebagian lagi masih menunggu. "Lift sebelahnya masih dalam tahap perbaikan, jadi membuat mereka harus mengantri untuk bisa menggunakan lift." "Tidak bisakah perbaikan lift dipercepat. Mengganggu sekali!" "Sudah sesuai SOP." Kedua pria ini pun tiba di depan lift. Si pria yang selalu berdiri di belakang menekan tombol lift agar terbuka. Barulah keduanya
"Arabella... bangun.... kamu bisa telat ke kantor!" Teriakan melengking yang setiap pagi selalu terdengar menggema di rumah kecil nan sederhana ini. Si pemilik nama pun tengah menggeliatkan badannya di atas kasur. Karena misinya semalam yang membutuhkan waktu ekstra. "Iya, Bu. Aku sudah bangun," sahutnya dengan suara serak khas bangun tidur. Wanita itu pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu bersiap menuju kantor. "Bangun tuh pagi, jangan diteriakin Ibu dulu baru bangun lo." Omel sang adik Azelan. Dia adalah adik laki-laki Arabella, adik laki-lakinya masih bersekolah, duduk di kelas 3 SMA. "Berisik lo!" Sahutnya seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi. Mengambil nasi goreng buatan sang ibu, yang selalu menemani pagi mereka. Nasi goreng buatan ibu mereka ini enak, namun jika hampir setiap pagi selalu sarapan dengan ini terkadang mereka pun bosan. "Kapan, Kakak gajian?" Bisik Azelan. Arabella sudah paham, pasti adik laki-lakinya ini ingin dibeli
"Lama banget sih!" Gerutu Arabella. Sudah hampir 30 menit dirinya terduduk di kursi seorang diri. Tapi, pria yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Arabella mengambil ponselnya yang berada di dalam tas kecilnya, membuka room chatnya dengan Shreya. "Udah dimana Bapak CEO yang super sibuk itu" pesan pun dia kirimkan, tepat dengan adanya suara bariton seseorang. "Selamat sore, Nona." Arabella melirik ke atas, melihat si pemilik suara. Kesan pertama yang dia dapatkan dari pria ini adalah tampan. Untuk sesaat Arabella terpesona dengan ketampanan si pria. Hingga dia tersadar lalu bangkit dari duduknya dan segera menjalankan aksinya. "Tuan Azael?" Tanya Arabella dengan gaya centilnya. Azael mengangguk, "Nona Shreya?" Arabella kembali tersenyum dengan sangat centil. "Oh, ya.. Shreya Varelly," ucapnya memperkenalkan diri dengan menjulurkan tangannya. Arabella akan merubah dirinya menjadi gadis centil di hadapan para kandidat calon suami sahabatnya, agar perjodohan ini ga
"Jadi, hari ini kita kemana?" Tanya seorang pria yang terduduk di kursi belakang mobil. "Sesuai perintah Tuan Emir, kita akan ke kantor terlebih dahulu." Baru saja tiba di tanah air, pria ini sudah harus disibukkan dengan berbagai keinginan sang papa. "Setelah itu, apalagi rencananya?" Tanyanya kembali. "Sore nanti, anda ada pertemuan di restoran." "Fal, serius. Apa Papa benar-benar mau gue ketemu sama gadis itu?" Tanyanya. Naufal Arviano, pria yang sedang menyetir itu pun mengangguk. "Mungkin... Tuan Emir ingin segera menimang cucu." "Jika dia hanya ingin cucu, maka carikanlah wanita yang ingin menampung benihku. Maka, semuanya selesai!" Azael Malik Zayn, putra satu-satunya yang dimiliki oleh Emir Dzaidan Malik. Sedari kecil dia hanya tinggal bersama dengan sang papa, ibunya telah meninggal dunia disaat melahirkannya dahulu. Maka, dirinya tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita mana pun, karena dia tidak mau kehilangan lagi seperti dia kehilangan sang Ibu. "O
"Bella, please, ya, ya.. Janji deh, ini yang terakhir," ucap Shreya dengan mengatupkan kedua tangannya dan tak lupa memasang puppy eyes. Arabella memicingkan kedua matanya, menatap sahabatnya. Menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi dengan tangan yang menyilang di dada. Shreya Valerry dan Arabella Zayana, mereka sudah bersahabat sedari masih duduk dibangku SMP. Shreya yang seorang anak broken home, sedangkan Arabelle yang memiliki keluarga harmonis. Sangat berbanding terbalik keadaan keduanya. Tetapi, kehidupan ekonomi Shreya lebih menjanjikan dari pada Arabella. Shreya adalah putri tunggal dari seorang pengusaha di negeri ini, sedangkan Arabella hanyalah anak dari seorang pemilik toko kue. Bukan toko besar, hanya sebuah toko kecil, namun banyak diminati oleh orang-orang karena ibu Arabella sangat pandai dalam membuat kue. Kehidupan dua sahabat ini sangatlah berbanding terbalik, satu beruntung karena memiliki keluarga yang utuh dan harmonis, tetapi tidak beruntung dari s







