Share

Bab 6

“Bagaimana keadaan papa?” Naven segera mengambil kesempatan untuk tahu keadaan papanya itu.

“Papa diharuskan melakukan operasi memasang ring di jantungnya.” Ruby mencoba menjelaskan pada anaknya.

“Lalu kapan operasi pemasangan ring itu?” Naven menatap sang mama lekat. Begitu penasaran.

“Nanti setelah kamu menikah.” Pertanyaan kali ini dijawab oleh Raven sendiri.

“Kenapa harus menunggu aku menikah?” Naven tidak habis pikir dengan sang papa.

“Iya, agar kamu tidak menipu Papa dan tidak jadi menikah.” Raven menyeringai.

Naven hanya bisa menatap malas pada papanya. Ternyata papanya jauh lebih licik dibanding dirinya. Jika sudah begini, dia sudah tidak bisa menghindari pernikahan.

Usai mendapatkan kabar sang papa dan melihat sendiri keadaan sang papa, akhirnya Naven berpamitan. Dia mengajak serta Nerissa untuk ikut dengannya. Nerissa ikut saja dengan Naven. Ternyata Naven mengantarkan Nerissa untuk pulang.

“Kemasi pakaianmu, asistenku akan menjemputmu besok. Mulai besok, kamu tinggal di apartemenku.” Sebelum Nerissa keluar dari mobil, Naven memberikan perintahnya.

Dahi Nerissa berkerut dalam. Memikirkan kenapa dia harus tinggal di apartemen Naven. Padahal mereka belum menikah.

“Kenapa saya harus tinggal di apartemen Pak Naven?”

“Kamu harus di bawah pengawasanku. Agar kamu tidak macam-macam selama menunggu pernikahan. Jadi aku mau kamu tinggal di apartemenku sampai kita menikah.”

Sikap dominasi yang ditunjukkan Naven itu memang membuat Nerissa sedikit takut. Bayangan pernikahan yang akan selalu diatur oleh Naven pun terlintas. Namun, demi keinginannya terwujud, bukankah itu adalah sesuatu yang harus dibayar.

“Baiklah.” Nerissa mengangguk.

Nerissa segera turun dari mobil. Kemudian masuk ke apartemennya. Di apartemennya, Nerissa melakukan apa yang diminta oleh Naven. Mengemasi pakaiannya untuk dibawa ke apartemen Naven.

“Nerissa … Nerissa ….” Suara Ana terdengar menggema di dalam apartemen kecil yang mereka tempati.

Nerissa yang berada di kamar segera keluar dari kamarnya. “Kamu ini kenapa? Kenapa berteriak-teriak seperti itu?”

“Jelaskan dulu padaku. Bagaimana bisa Pak Naven mengakui jika kamu adalah calon istrinya?” Ana sedari tadi benar-benar penasaran sekali.

Nerissa sadar jika ada kontrak rahasia yang dilakukan dengan Naven. Jadi dia tidak bisa menceritakan itu pada siapa pun termasuk Ana. Ini adalah rahasia antara dirinya dan Raven.

“Ceritanya panjang. Intinya dia melamarku dan mengajak aku menikah.” Nerissa menjelaskan secara singkat.

Ana masih memikirkan apa yang dikatakan temannya itu. Namun, dia tidak mau ambil pusing. Dia langsung bersorak senang dan memeluk Nerissa.

“Aku senang kamu mendapatkan pria baik setelah diselingkuhi Harry.”

Nerissa memaksakan senyuman di wajahnya. Ana tidak tahu saja jika Naven tidak sebaik itu. Mereka hanya sedang melakukan kerja sama yang saling menguntungkan.

“Aku yakin Harry pasti akan menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.”

Nerissa berharap Harry akan menyesali apa yang dilakukan padanya. Tak sabar juga untuk membalas semua yang dilakukan mantan pacar dan selingkuhannya itu.

Ana mengalihkan pandangan ke kamar Nerissa. “Kamu mau pergi?” tanyanya.

“Iya, Pak Naven meminta aku tinggal di apartemennya.”

“Aku pasti akan merindukanmu.” Ana memeluk Nerissa.

“Jangan berlebihan. Kita masih bertemu di kantor.” Nerissa mencibir apa yang dikatakan temannya itu.

“Yang terpenting adalah… aku sekarang punya teman istri Presdir.” Ana tertawa.

Nerissa ikut tertawa. Nerissa mungkin salah satu orang yang senang ketika dirinya menikah dengan Presdir. Namun, entah apa yang akan dilakukan teman-temannya yang lain.

Keesokan harinya adalah hari pertama pasca pengakuan Naven tentang status di antara mereka. Nerissa cukup berdebar ketika memasuki kantor Zorion, takut pandangan orang padanya.

Sayangnya, ternyata tidak semenakutkan itu. Karena setiap orang yang bertemu dengan dirinya selalu saja tersenyum, menyapa Nerissa dengan hormat.

“Kenapa mereka bersikap aneh padaku?” Nerissa berbisik pada Ana.

“Aneh bagaimana?” Ana balik bertanya.

“Mereka semua tersenyum padaku dan menyapa aku. Biasanya tidak.”

Ana langsung tertawa. “Jelas mereka melakukan hal itu. Kamu calon istri Presdir. Siapa yang berani?”

Nerissa merasa jika dampak yang terjadi cukup signifikan. Padahal dia masih menjadi calon istri Presdir, belum resmi menjadi istri Presdir.

Bersama Ana, Nerissa segera ke ruangannya dengan menggunakan lift. Saat sampai di ruangan, tampak Harry dan Arumi di sana. Nerissa yang melihat dua orang itu pun berlalu begitu saja, mengabaikan dua orang yang begitu dibencinya itu.

“Sombong sekali dia!” Arumi menggerutu ketika melihat Nerissa.

“Sialan!” Harry pun ikut kesal dengan apa yang dilakukan Nerissa.

Nerissa melakukan pekerjaan seperti biasa. Dengan status manajer pemasaran, dia hanya pindah meja. Namun, masih berada dalam ruangan yang sama dengan staf lainnya.

Semalam Nerissa mengemasi pakaiannya sampai malam. Jadi baru jam sepuluh, matanya sudah mengantuk. Tak mau membiarkan hal itu, Nerissa segera ke pantry, membuat secangkir kopi untuk menghilangkan kantuknya.

Saat di pantry, ternyata ada beberapa karyawan di sana, termasuk dengan Arumi. Mereka juga sama dengannya ingin membuat secangkir kopi.

Nerissa yang menyadari keberadaan Arumi, tampak tenang. Mengabaikan Arumi dengan membuat kopi.

“Nerissa, kapan kamu dan Pak Naven akan menikah?” Salah seorang teman bertanya pada Nerissa.

Nerissa mengalihkan pandangannya sambil mengaduk kopi yang berada di tangannya. “Tunggu saja undangannya.” Dia mengulas senyumnya, kemudian mengayunkan langkah keluar dari pantry. 

Arumi yang melihat Nerissa sedikit kesal. “Aku masih ragu jika dia benar-benar akan menikah dengan Pak Naven. Apa jangan-jangan dia hanya meminta tolong Pak Naven untuk menyelamatkan dari rumor itu?”

Saat Arumi membicarakan Nerissa. Semua temannya langsung tutup mulut. Mereka ingat sekali ancaman dari Naven kemarin. Jadi mereka tidak berani membicarakan Nerissa.

Baru saja Arumi selesai bicara, tiba-tiba suara pesan masuk terdengar dari ponselnya. Tidak hanya ponsel Arumi saja yang berbunyi, tetapi juga ponsel teman-temannya. Pesan di ponsel mereka dikirim dari nomor khusus milik perusahaan ke grup karyawan. Berisi undangan pernikahan Naven dan Nerissa.

Arumi membulatkan matanya. Tidak menyangka jika Nerissa akan benar-benar menikah dengan Naven. Semua teman Arumi yang kebetulan berada di sana langsung melirik malas pada Arumi. Omongan Arumi nyatanya tidak benar, Nerissa akan menikah dengan Presdir mereka.

Harry yang berada di ruangannya tak kalah terkejut. Tidak menyangka jika dia mendapatkan undangan pernikahan Naven dan Nerissa. Padahal dia masih berpikir jika Nerissa hanya bersandiwara menjalin hubungan dengan Naven.

Jam istirahat tiba. Nerissa dan Ana memutuskan makan di kantin kantor. Mereka baru berjalan menuju lift, tanpa tahu Harry mulai mengejar mereka. Sejak perpisahannya dengan Nerissa, mereka berdua belum saling berbicara. Harry ingin mendapatkan penjelasan dari Nerissa. “Ne …” Belum selesai Harry memanggil Nerissa, panggilannya terhenti ketika melihat seseorang yang telah berada di lift lebih dulu.

“Ayo ikut aku!” perintah Naven dari dalam lift, diam menatap Nerissa.

Tanpa penolakan Nerissa segera ikut Naven, masuk ke lift. Sedang Ana dan teman-teman Nerissa yang lain tidak ada yang masuk ke lift. Tak berani berada dalam satu lift dengan Presdir mereka.

“Kita mau ke mana?” Saat pintu lift tertutup, Nerissa segera bertanya.

“Mempersiapkan semua keperluan pernikahan kita.”

****

Seharian Nerissa menyiapkan persiapan pernikahan. Dari mencari gaun pernikahan hingga cincin pernikahan. Dia mengikuti ke mana Naven membawanya.

“Untuk apa dia mengajak aku jika pada akhirnya dia yang memilih semuanya.” Nerissa hanya menggerutu dengan sikap Naven.

Seharian tadi dia ikut Naven untuk mencari gaun dan cincin pernikahan. Namun, Naven tidak sama sekali menanyakan pendapatnya. Memilih sesuai yang diingikan Naven sendiri. Nerissa tidak bisa bayangkan bagaimana kehidupan pernikahannya jika bersama dengan Naven yang diktator. Perintahnya tidak bisa dibantah.

Sesampainya di apartemen, Nerissa segera mengambil kopernya. Dia diminta Naven untuk segera membawa barang-barangnya, karena asisten Naven akan mengantarkan Nerissa ke apartemen milik Naven.

Segera dia keluar dari apartemen sambil membawa kopernya. Namun, tubuhnya membeku ketika melihat seseorang di depan pintu apartemennya

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
siapakah yg di depan pintu
goodnovel comment avatar
vieta_novie
makasih ya Harry & Arumi...berkat kalian nyebar rumor, nerissa jadi nikah ma naven... kira² sapa tuh yg nungguin nerissa...
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Arumi akhirnya kena batunya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status