Share

Kontrak Pernikahan sang Pewaris
Kontrak Pernikahan sang Pewaris
Penulis: Liazta

Bab 1

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-24 15:26:19

Menikah dengan pria yang begitu sangat di cintai, sudah menjadi impian semua wanita. Begitu juga dengan Cinta yang saat ini berusia 21 tahun.

Setelah acar pernikahan mewah di hotel selesai terselenggara, kini ia berada di dalam kamar pengantin bersama suami tercinta.

Namun berbeda dengan Rafasya Wijaya, menikah karena perjodohan, membuat pria itu semakin membenci wanita yang sudah menjadi istrinya. Rafasya, hanya diam memandang Cinta dengan tatapan tajam. Dari sorot matanya, terlihat, bahwa ia tidak menyukai wanita yang baru saja dihalalkannya.

Cinta tertunduk malu saat sang suami memandang ke arahnya. Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Wanita cantik itu tidak sanggup mengangkat kepala dan memandang wajah pria yang sudah berstatus suaminya.

"Apa yang akan dilakukannya." Cinta membatin. Wanita itu panaik, jantungnya, seakan mau lepas dari tempatnya, ketika melihat sang suami membuka jas. Keringat mulai bercucuran di pelipis keningnya. Mungkin impiannya terlalu tinggi dan berharap pria itu memandangnya.

Setelah membuka jas, Rafasya membuka kemeja putih yang di pakainya dan kemudian celana panjang berwarna hitam, berbahan kain. Ia hanya menyisakan celah pendek dan kemudian berjalan ke kamar mandi. Kehadiran Cinta di dalam kamar ini, tidak dihiraukannya. Tubuhnya gerah dan ingin menenangkan pikirannya di bawah cucuran air shower.

Pria yang memiliki tinggi badan 180 cm itu pergi meninggalkan istrinya tanpa berkata-kata apa-apa. Ia egan untuk menyebut nama wanita yang sudah halal untuknya. Cinta Haniya, nama yang disebutnya ketika mengucapkan ijab Kabul. Ia merasa geli sendiri bila harus memanggil nama istrinya, Cinta. Di panggil Hani buat emosi. Entah mengapa nama itu, begitu sangat tidak mengenakkan untuk disebut.

"Bang, tunggu." Akhirnya Cinta bersuara.

Rafasya tidak menghiraukan Cinta memanggilnya. Ia tetap diam dan terus berjalan ke kamar mandi.

"Apa dia tidak melihat aku, atau dia tidak menganggap aku ada." Cinta berkata saat melihat suaminya tidak menjawab dan menghiraukannya.

Cinta menarik napas panjang dan kemudian menghempaskan secara kasar. "Akhirnya aku bisa bernafas juga. Didekat dia, kenapa rasanya sangat sulit untuk bernapas." Cinta berkata sendiri dengan bibir bawah yang maju ke depan. Dicuekin suami, rasanya sangat malu namun ia lega ketika pria itu sudah tidak berdiri di dekatnya.

"Apa di dalam kamar mandi, ada handuk? Mungkin ada," pikirnya positif. Bisa saja petugas hotel sudah menyiapkan handuk di dalam kamar mandi. Rafasya yang sudah terbiasa keluar masuk hotel, pasti paham akan hal ini. Berbeda dengan Cinta yang tidak pernah memijakkan kakinya dikamar hotel berbintang.

Kamar hotel ini begitu sangat mewah. Nuansa romantis dan aroma bunga, begitu sangat memanjakan Indra penciumannya. Dibukanya gaun yang  melekat indah di tubuhnya. Melihat gaun yang dipakainya, mengingatkan Cinta saat membuat gaun pengantin ini. Gaun Pengantin Ini hasil rancangannya sendiri. Selain merancangnya, dia juga yang langsung menjahit. Sebagai seorang mahasiswa designer busana, tidak Sulit baginya untuk merancang gaun pernikahan.

Senyum mengembang di bibirnya, disaat mengingat orang pertama yang memakai gaun pernikahan dari hasil rancangannya, dirinya sendiri. Melihat wajahnya yang begitu sangat cantik bak seorang putri raja, membuat Cinta tersenyum. Senyum manis diwajahnya berubah seketika saat mengingat sang suami yang tidak melihatnya sama sekali.

Selama ini Cinta hanya mencintai, pria itu dalam diam. Ia hanya berani memperhatikan pria itu secara curi-curi. Menikah dengan Rafasya, tidak pernah terbayang olehnya. Pria itu begitu sangat sempurna. Rasanya tidak mungkin bisa untuk disentuhnya. Namun nasib mujur berpihak kepadanya. Kedua orang tua, Rafasya, memaksa Cinta untuk menikah dengan pria pujaan hatinya. Meskipun sudah berulang kali menolak dengan berbagai alasan, akhirnya Cinta menerima dan menyetujui pernikahan tersebut.

Setelah membuka pakaian, membersihkan makeup dan memakai handuk. Cinta duduk di atas tempat tidur sambil menunggu suaminya keluar dari dalam kamar mandi.

"Mengapa dia lama sekali?" Tanya Cinta dalam hati. Tatapan matanya hanya tertuju kearah  kamar mandi. Padahal Rafasya sudah lama masuk ke dalam kamar mandi.

"Apa aku harus  melihatnya ke sana, tidak usah, dia pasti akan marah." Cinta hanya diam tanpa berani untuk memanggil. Masih teringat ketika Rafasya menatapnya, terlihat bahwa pria itu sangat marah dan tidak menyukainya.

Wanita cantik itu duduk dengan gelisah. Tatapan matanya, terus memandang ke arah kamar mandi. Rasa lega dan gugup kembali menyerangnya, Ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Dirasakannya, detak jantung yang berdegup dengan sangat hebatnya, ketika melihat suaminya keluar dari kamar mandi. Cinta menutup matanya dengan kedua telapak tangan.

Tanpa ada rasa malu, ia berjalan tanpa ada sehelai benang menempel di kulitnya yang putih dan bersih. Meskipun di dalam kamar ada Cinta yang merupakan istrinya, namun ia tidak perduli.

"Ini pakaian abang, Cinta mandi dulu." Ia berkata dengan terbata-bata dan menundukkan kepala. Matanya, tetap terpejam. Sungguh malu ketika melihat tubuh polos nan sempurna tersebut.

Lagi-lagi pria itu tidak berkata apa-apa. Ia hanya memandang istrinya dengan tatapan tajam. Sikap Cinta yang sok polos, lugu dan pemalu seperti ini, membuatnya muak.

Dengan cepat, Cinta beranjak dari atas tempat tidur dan sedikit berlari untuk menjauh dari sang suami. Wanita itu meringis kesakitan saat terjatuh dan tersungkur. Wajah Cinta semakin merah menahan rasa malu dan juga sakit di keningnya karena terbentur. Dengan cepat ia kembali berdiri dan mengambil tas kecil yang berisi baju ganti dan alat makeup yang akan dipakainya nanti dikamar mandi.

Rafasya hanya diam tanpa berniat untuk membantu istrinya berdiri. Tatapan matanya terus memandang Cinta yang sudah pergi ke kamar mandi.

"Sialan." Rafasya marah dan kesal. Dengan emosi yang tertahan, pria itu meninju angin. Namun hal ini belum bisa menyalurkan rasa emosinya. Setiap kali melihat wajah Cinta, ia semakin muak.

Berkali-kali ditinjunya dinding hingga buku-buku janinnya memerah. Rafasya menghentikan aksinya setelah tangannya terasa sakit dan pedih. "aku benci dengan malam terkutuk ini," geramnya.

 Pernikahannya bersama dengan Cinta, sama sekali tidak diinginkannya, namun kedua orang tuanya memaksa dengan alasan kolot, perjodohan. Setelah berulang kali menolak, akhirnya Rafasya menerima perintah dari kedua orangtuanya. Ancaman jabatan dan ahli waris, yang membuatnya harus menerima pernikahan terkutuk ini.

"Dasar wanita munafik. Sok baik, sok lugu dan sok polos. Aku yakin kau tidak sebaik yang di katakan orang tua ku. Kau wanita kotor yang hanya mengejar harta keluarga ku. Mau seperti apapun kamu berusaha mendapatkan hati aku, aku tidak mungkin bisa mencintai kamu. Karena dalam hatiku hanya ada Karin. Pernikahan ini terjadi karena paksaan saja." Rafasya sudah menyusun rencana untuk rumah tangganya nanti.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status