Nandea mengangguk, ia lantas mengarahkan pandangan kepada kakak perempuannya, Nala. Sembari menikmati cupcake rasa raspberi, Nandea memperhatikan wajah Nala yang berseri.
"Lantas, kak? Kenapa kakak tiba-tiba cerita tentang pemilik toko cupcake itu," ujar Nandea.
"Pemilik toko cupcake itu sekarang sudah menjadi pasanganku. Baru saja dia dan aku meresmikan hubungan kami," kata Nala.
Seketika itupula Nandea terperanjat. Matanya membulat seketika, dan hampir saja dirinya tersedak. Jika bukan karena ucapan kakaknya, mungkin Nandea tidak akan minum air saat ini.
Nandea mengarahkan tatapan matanya kepada Nala, sekali lagi. Setelah berhasil meneguk beberapa air, Nandea mengatur napas.
"Jadi kakak sekarang punya hubungan mesra dengan si pemilik toko cupcake langganan kakak?" tanya Nandea masih tidak percaya.
"Ya, dan besok adalah kencan pertama kami. Sebenarnya aku sedikit gugup, kamu kan tahu sendiri jika aku tidak pernah berkencan dengan lelaki sebelumnya," ujar Nala.
Nandea manggut-manggut, dia memahami ucapan kakaknya. Memang benar apa yang dikatakan, Nala tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan laki-laki lain selama ini. Semua yang dilakukan Nala hanya di rumah, beraktivitas di luar, dan melakukan pekerjaan kantor.
Nandea mengembuskan napas. Jika dipikir-pikir kakak perempuannya itu terlalu lugu dalam urusan percintaan.
"Kakak coba saja berkencan dengan laki-laki. Kalau cocok kan bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius. Memang mau sampai kapan melajang seperti ini," ujar Nandea.
"Aku akan mencobanya. Besok dia minta aku merias diri dengan riasan natural. Katanya aku akan diperkenalkan kepada ibunya," kata Nala.
Cupcake mereka berdua telah habis. Kini Nandea dan Nala sama-sama meneguk segelas air. Setelah dua menit, Nala mengarahkan pandangannya kepada Nandea.
"Meskipun aku tidak yakin jika keluarga Sandrio akan menyukaiku, tetapi setidaknya aku sudah mencoba yang terbaik," sambung Nala.
"Semangat yang bagus. Memang sebaiknya kita harus berpikir yang positif-positif saja," balas Nandea.
Nandea kemudian mengusap mulutnya dengan tisu. Selepas itu, Nandea dan Nala masuk ke dalam rumah. Nala membuang kemasan ke dalam tong dan memutuskan untuk menghabiskan waktu di dalam kamarnya.
Di dalam kamar, Nala membuka lemari pakaiannya. Ia memperhatikan seluruh pakaian yang dia punya. Setelah berdiam diri memperhatikan pakaian-pakaian yang ada, akhirnya Nala memutuskan untuk mengambil satu jenis dress midi berwarna tosca.
Rencananya, Nala akan memakai dress midi itu besok untuk berkencan dengan Sandrio. Nala merasa jika dress midi itu sangat cocok untuk riasan natural di wajahnya. Hiasan mutiara di bagian dada terlihat tidak begitu banyak, sehingga amat sesuai untuk penampilan anggun meskipun tidak mencolok.
Nala meletakkan dress midinya di bagian rak pakaian paling depan. Setelah itu, dia beranjak menuju ke kamar mandi. Nala mengisi bath tube dengan air dan kemudian mengocok sabun cair hingga berbusa. Ia tidak melupakan sentuhan kelopak bunga mawar di air bath tube.
Ia menanggalkan pakaiannya dan memutuskan untuk mencelupkan tubuhnya ke dalam bath tube yang telah harum mewangi. Kelopak-kelopak mawar yang mengambang memenuhi hampir seluruh bagian bath tube.
Nala merasakan kesegaran di tubuhnya. Racikan air bath tube yang telah dibuatnya berhasil melarutkan segala kepenatan yang dirasakan tubuh Nala. Napas wanita itu menjadi terasa lebih lega dibanding sebelumnya.
Setelah dua jam bermain-main di dalam rendaman air bath tube, Nala pun memutuskan untuk lekas keluar. Nala menguras isi air bath tube dan mengambil kelopak-kelopak mawar yang tersisa untuk dibuang.
Dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan kemudian berjalan menuju kamar. Nala mengenakan gaun tidur dengan kain krem yang jatuh di tubuhnya. Udara malam yang terasa dingin membuat Nala memutuskan untuk langsung tidur.
Keesokan paginya, Nala bangun dalam keadaan yang sudah bugar. Ia teringat akan rencananya dengan Sandrio. Kekasih barunya itu ingin mengajaknya berkencan hari ini. Nala bergegas turun dan mempersiapkan diri. Ia mengenakan dress midi tosca miliknya dan lekas menyisir rambutnya yang halus.
Nala menyentuh wajahnya dengan riasan natural. Riasan dengan dominasi warna salem terlihat sangat cantik di wajahnya. Bibir Nala terlihat jauh lebih segar jika memakai riasan dengan tone dingin seperti ini.
Buru-buru Nala keluar dari kamar, dia tidak melupakan dompetnya. Ketika Nala sedang memakai sepatu hijaunya, ia dipergoki oleh Nandea. Lantas saja Nala melempar senyuman kepada adik perempuannya tersebut.
"Jadi hari ini rencananya mau pergi berkencan dengan pacar baru," ujar Nandea setengah meledek.
Nala memutar kedua bola matanya, dan berhenti tepat untuk memandang wajah Nandea. Nala mengangguk, lantas tersenyum.
"Ya, semoga saja aku berhasil. Semoga saja keluarga Sandrio menyukaiku," kata Nala.
"Baiklah, semoga harimu menyenangkan, kak. Nanti berkabar ya padaku," ucap Nandea.
"Pastilah itu, kalau tidak lupa. Sudah ya, aku mau pergi dulu," kata Nala.
Nala telah selesai memakai sepatunya. Kini dia bersiap untuk pergi menuju toko cupcake yang berada di pinggir mall perkotaan. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Nala sampai di toko cupcake langganannya.
Di dalam toko, Nala dapat menemukan Sandrio yang telah menunggunya di salah satu meja pengunjung. Ketika melihat Sandrio yang sudah dalam keadaan rapi, Nala seketika tersenyum lebar.
"Hai, sudah lama menungguku?" tanya Nala.
"Tidak seberapa lama. Hanya setengah jam saja. Lagipula memang sudah tugasku untuk hadir lebih pagi di toko ini," ucap Sandrio.
Sandrio mengarahkan tatapan matanya kepada Nala yang sedang berdiri di depannya. Wanita yang sedang mengenakan dress midi tosca itu terlihat sangat cantik dengan riasan natural di wajahnya.
"Seperti permintaanmu, aku memakai riasan sederhana saat ini. Aku harap kamu suka," kata Nala.
"Aku suka. Kamu terlihat cantik sekali dengan riasan itu. Tidak perlu tebal dan berlebihan, sebab begini saja sudah terlihat sangat cantik," balas Sandrio.
Sandrio kemudian berdiri. Dia mensejajarkan posisi tubuhnya dengan Nala. Selepas itu, Sandrio menggenggam tangan Nala dan melihat langsung kepada matanya.
"Ayo kita berangkat sekarang. Lebih siang lagi, udaranya menjadi tidak enak," ujar Sandrio.
Sandrio menoleh ke belakang. Dia melambaikan tangannya kepada para pelayan toko yang merupakan pegawainya. Para pelayan toko memahami maksud lambaian tangan dari Sandrio, mereka tersenyum dan mengangguk.
"Pegawaiku juga sudah menyetujui kita untuk pergi bersama," sambung Sandrio.
Nala mengangguk, ia kemudian mengikuti arah langkah Sandrio. Sepasang kekasih yang baru saja menjalin hubungan asmara ini langsung masuk ke dalam mobil. Kendaraan roda empat dengan desain elegan berwarna silver itu meluncur sesuai kendali dari Sandrio.
"Kamu akan kubawa ke rumahku dulu untuk bertemu dengan ibu dan keluargaku. Aku ingin memperkenalkanmu kepada mereka dan meminta izin bahwa kita sudah menjalin hubungan spesial," ujar Sandrio.
"Aku tahu. Aku berharap semoga ibu dan keluargamu menyukaiku. Semoga mereka memberikan restunya kepada hubungan kita," ucap Nala.
"Jadi karena itu kamu datang kemari," kata ibunda Sandrio.Suaranya terdengar begitu sinis, dan terkesan tidak ramah. Apalagi saat Nala memperhatikan wajah ibu kandung dari Sandrio, tentunya sangat tidak bersahabat.Meskipun begitu, Nala tetap berusaha untuk bersikap baik di hadapan ibu kandung Sandrio. Nala tetap menunjukkan senyum di bibir, dan pandangannya masih tampak sabar dalam menghadapi perilaku tidak menyenangkan dari ibunda Sandrio."Sandrio yang memiliki rencana untuk mempertemukan aku dengan Tante dan keluarga," kata Nala, mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.Ibunda Sandrio tidak memberi tanggapan atas perkataan Nala. Tetapi lebih memilih untuk membuang wajah. Sekarang perhatiannya tertuju kepada pria yang menjadi putra kesayangan."Lalu apa maksudmu aku akan memberikan izin kepada perempuan ini untuk kalian menjalin asmara bersama?" tanya sang ibunda kepada Sandrio.Setelah mendengar perkataan dari sang ibunda, Sandrio mengangguk dengan yakin. Tidak ada keraguan lagi d
Sandrio mengangguk, lantas bibirnya melengkungkan senyum dengan sempurna. Laki-laki dengan pakaian berjenis kemeja linen lengan panjang berwarna hijau itu tampak serasi dengan Nala yang mengenakan dress midi tosca.Saat ini wajah sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan itu sedang bahagia. Nala terlihat senang dengan pipi merona merah, sedangkan Sandrio terlihat tersenyum lebar karena senang bisa mendapatkan pasangan seperti Nala.Sandrio masih memegang kendali atas kemudi mobil. Hingga tiga puluh lima menit kemudian, Sandrio menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah dengan bangunan yang megah dan besar. Rumah yang terlihat begitu anggun itu didominasi oleh cat berwarna putih dan kuning."Ayo turun, kita sudah sampai di depan rumahku," kata Sandrio.Nala terperanjat ketika Sandrio mengucapkan bahwa bangunan besar dan megah, berlantai tingkat dua itu adalah rumahnya. Tatapan mata Nala kini tertuju kepada bangunan dengan pagar besi yang menjulang tinggi. Sungguh berbeda dengan rum
Nandea mengangguk, ia lantas mengarahkan pandangan kepada kakak perempuannya, Nala. Sembari menikmati cupcake rasa raspberi, Nandea memperhatikan wajah Nala yang berseri."Lantas, kak? Kenapa kakak tiba-tiba cerita tentang pemilik toko cupcake itu," ujar Nandea."Pemilik toko cupcake itu sekarang sudah menjadi pasanganku. Baru saja dia dan aku meresmikan hubungan kami," kata Nala.Seketika itupula Nandea terperanjat. Matanya membulat seketika, dan hampir saja dirinya tersedak. Jika bukan karena ucapan kakaknya, mungkin Nandea tidak akan minum air saat ini.Nandea mengarahkan tatapan matanya kepada Nala, sekali lagi. Setelah berhasil meneguk beberapa air, Nandea mengatur napas."Jadi kakak sekarang punya hubungan mesra dengan si pemilik toko cupcake langganan kakak?" tanya Nandea masih tidak percaya."Ya, dan besok adalah kencan pertama kami. Sebenarnya aku sedikit gugup, kamu kan tahu sendiri jika aku tidak pernah berkencan dengan lelaki sebelumnya," ujar Nala.Nandea manggut-manggut,
"Hebat sekali Bapak. Sudah mengurus toko, tetapi masih harus meluangkan waktu untuk memeriksa kualitas tepung. Pantas saja jika tidak punya waktu untuk memikirkan pasangan," kata Nala."Ya, tetapi di usia sekarang sepertinya yang saya butuhkan adalah seorang wanita yang mau memahami saya. Seorang wanita yang mampu mengerti kesibukan saya dan kekurangan saya yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik," balas Sandrio.Nala pun tersenyum ketika mendengar balasan dari Sandrio. Laki-laki dengan rambut yang tersisir rapi itu ternyata sudah cukup matang untuk menimang-nimang sesuatu. Bahkan jika dilihat, Sandrio bukan termasuk laki-laki yang banyak tingkah dalam urusan percintaan."Jika tidak ada kriteria khusus untuk menjadi pendamping hidup Bapak, bolehlah jika aku menjadi pasangan bapak," ujar Nala.Meskipun wajahnya terlihat serius, tetapi sebenarnya wanita itu hanya bercanda. Nala tidak benar-benar meniati ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Perkataan itu semata-mata diucapkanny
Seorang wanita cantik dan berparas lembut sedang berjalan menelusuri jalanan kota Kembang. Pakaian maxi dress motif bunga merahnya mengembang karena tertiup angin. Namanya adalah Nala Prasasatya, usianya terbilang masih muda.Wanita yang kerap dipanggil Nala itu hendak menuju ke toko cupcake yang berada di pinggiran mall perkotaan. Kaki jenjangnya melangkah dengan tegak mengikuti arah jalan. Sekitar beberapa menit berjalan, akhirnya wanita muda itu memutuskan untuk berbelok dan masuk ke dalam sebuah toko dengan dominan merah jambu.Toko yang dicat dengan nuansa feminine itu merupakan tempat ia bisa menemukan beraneka macam cupcake kesukaannya. Mulai dari rasa durian, bluberi, cokelat, hingga stroberi semuanya tersedia lengkap. Ibarat sebuah toko yang menjadi surganya cupcake.Nala meneruskan langkahnya untuk melewati pintu masuk toko cupcake. Toko yang bertuliskan Sandrio's Sweets itu selalu tampak ramai jika di jam-jam menjelang siang. Kebanyakan dari pengunjungnya berasal dari kalan