Seorang wanita cantik dan berparas lembut sedang berjalan menelusuri jalanan kota Kembang. Pakaian maxi dress motif bunga merahnya mengembang karena tertiup angin. Namanya adalah Nala Prasasatya, usianya terbilang masih muda.
Wanita yang kerap dipanggil Nala itu hendak menuju ke toko cupcake yang berada di pinggiran mall perkotaan. Kaki jenjangnya melangkah dengan tegak mengikuti arah jalan. Sekitar beberapa menit berjalan, akhirnya wanita muda itu memutuskan untuk berbelok dan masuk ke dalam sebuah toko dengan dominan merah jambu.
Toko yang dicat dengan nuansa feminine itu merupakan tempat ia bisa menemukan beraneka macam cupcake kesukaannya. Mulai dari rasa durian, bluberi, cokelat, hingga stroberi semuanya tersedia lengkap. Ibarat sebuah toko yang menjadi surganya cupcake.
Nala meneruskan langkahnya untuk melewati pintu masuk toko cupcake. Toko yang bertuliskan Sandrio's Sweets itu selalu tampak ramai jika di jam-jam menjelang siang. Kebanyakan dari pengunjungnya berasal dari kalangan wanita.
Langkah Nala berhenti ketika dirinya telah berada di depan meja pemesanan. Ketika Nala berada di sana, seluruh pelayan toko langsung mengenali Nala. Bagaimana tidak, Nala selama ini telah menjadi pengunjung yang cukup sering mendatangi toko cupcake itu.
"Oh, Miss Nala. Selamat datang di toko lagi. Sepertinya Anda akan menjadi pelanggan pertama yang paling setia untuk membeli cupcake di toko ini," ujar salah seorang pelayan toko dengan senyum yang ramah.
"Ah, Anda bisa saja. Aku datang kemari karena memang cupcake-cupcake yang dijual di toko ini memang enak. Toko ini selalu menjadi andalanku untuk mendapatkan beraneka rasa cupcake," ucap Nala, sedikit menunjukkan senyum kepada pelayan toko tersebut.
"Ya, saya selalu memperhatikan pesanan Anda. Rata-rata cupcake yang Anda pesan adalah krim berasa buah-buahan. Apa Anda benar-benar menyukai frutty flavor?" ujar pelayan toko.
Nala mengangguk. Dia mengarahkan tatapan matanya kepada pelayan toko yang ada di depannya. Jarak di antara mereka sangat dekat, hanya dipisahkan oleh meja lebar tempat memesan cupcake.
"Hari ini aku ingin memesan cupcake dengan krim rasa mangga dan raspberi. Apakah ada?" tanya Nala.
"Tunggu sebentar, akan kami cek. Apakah krim dengan rasa itu benar-benar masih tersedia," balas pelayan toko.
"Baiklah, aku tunggu. Sebab kemarin aku lihat di katalog toko, ada varian rasa baru. Mangga dan raspberi adalah di antaranya," ucap Nala.
Pelayan toko itu mengalihkan pandangannya kepada Nala. Bibir segar sang pelayan toko mengulam sedikit senyum. Bahunya menggedik, kemudian beringsut memandang ke arah katalog.
"Memang ada tiga varian rasa baru. Tapi itu sangat terbatas. Masih dalam tahap pengembangan dan perbaikan," kata pelayan toko.
"Jadi bagaimana sekarang? Apa aku tidak bisa mendapatkan dua varian rasa cupcake itu," ujar Nala.
"Sebentar, saya tanyakan dulu kepada sang pemilik toko. Kebetulan orangnya masih ada di sini," balas pelayan toko.
Pelayan itupun langsung mengarahkan pandangannya kepada Nala. Bibirnya menunjukkan senyum yang sarat dengan rasa kesabaran. Pelayan toko itupun lekas berbalik dan menuju ke ruangan si pemilik.
Nala menunggu di depan meja pemesanan. Selang enam menit kemudian, keluarlah pelayan yang disertai dengan pemilik toko cupcake. Mata Nala membulat ketika menyadari sang pemilik toko masih terlihat muda.
"Bapak, ini ada yang pesan dua varian baru krim cupcake. Namun sayangnya, untuk saat ini belum tersedia. Apa kita perlu membuatnya lagi untuk Miss Nala?" ujar pelayan toko.
Laki-laki dengan rambut yang disisir rapi ke belakang itu mengarahkan pandangan matanya kepada Nala. Wanita dengan maxi dress bunga merah itu hanya bisa melempar senyum.
"Kalau boleh tahu, mengapa kamu memesan dua varian rasa krim yang masih baru? Apa sudah bosan dengan varian rasa krim cupcake kami yang lain?" ujar laki-laki yang diketahui adalah pemilik toko.
"Tidak, dua varian itu aku pesan karena aku ingin mencoba rasa krim mangga. Aku tidak pernah tahu jika ada krim cupcake dengan rasa buah eksotis semacam itu," balas Nala.
"Oh, baiklah. Aku Sandrio Dinanta, pemilik toko cupcake ini. Orang-orang biasa memanggilku Sandrio," ucap pria yang usianya terlihat menginjak kepala tiga.
"Salam kenal, Pak Sandrio. Aku Nala, biasa menjadi pelanggan di toko ini," balas Nala.
"Ah, begitu rupanya. Kamu yang biasa mengunjungi dan membeli cupcake di sini. Baiklah, jika begitu," kata Sandrio.
Pria itu kemudian mengarahkan tatapan matanya kepada pelayan toko yang berdiri di sebelahnya. Sandrio menunjukkan kesan wajah yang serius agar tidak terkesan main-main.
"Buatkanlah dua varian rasa baru itu. Nona ini adalah pelanggan setia kita. Sudah sewajarnya jika mendapat perlakuan istimewa," ucap Sandrio.
"Baiklah, Pak. Saya akan memberitahu koki kita," kata pelayan toko.
Pelayan toko kemudian segera pergi dan menuju ke dapur, tempat koki memasak cupcake. Kini tersisa Sandrio dan Nala di meja pemesanan. Nala hanya tersenyum canggung ketika Sandrio memandang kepada dirinya.
Untuk mencairkan suasana, Nala mencoba untuk memulai percakapan dengan si pemilik toko cupcake. Jari jemari Nala menyibak rambut panjang yang menutupi wajahnya.
"Bapak kelihatan masih muda. Aku kira pemilik toko ini sudah berumur. Apa tidak repot mengurus toko ini di usia yang masih terbilang muda," kata Nala.
Sandrio terkekeh, dia lantas tersenyum dan memandang kepada Nala. Laki-laki itu masih memasang wajah yang ramah, Sandrio tidak ingin jika pelanggan setianya menganggap bahwa dia terlalu kaku.
"Saya sudah berusia tiga puluh dua tahun untuk saat ini. Tapi saya belum memiliki istri. Sebetulnya tidak repot mengurus toko sendiri, yang merepotkan itu ketika keluarga saya sudah meminta saya untuk mencari istri," ujar Sandrio.
Nala mengangguk kecil, ia mencoba memahami perkataan laki-laki yang ada di depannya. Tidak ia sangka jika ternyata sosok Sandrio yang memiliki wajah rupawan belum memiliki istri.
"Sayang sekali ya, padahal Bapak ini orangnya ramah dan baik. Masa tidak ada satupun wanita yang ingin menjadi pendamping Bapak," kata Nala.
Sandrio terkekeh kecil, setelahnya laki-laki itu tersenyum. Bibirnya mengatup rapat dan tatapan mata mengarah kepada Nala.
"Tidak ada yang cocok dengan saya. Katanya saya ini terlalu sibuk bekerja, tidak pernah meluangkan waktu untuk pasangan. Tidak romantis," ujar Sandrio.
"Wah, bisa begitu. Coba bapak lebih sedikit bisa mengatur waktu, mungkin banyak wanita yang akan tertarik sama bapak," balas Nala.
"Mana mungkin. Untuk mengurus toko ini saja sudah menyita waktu saya, setidaknya dua belas jam dalam sehari. Belum lagi pekerjaan utama saya yang harus memeriksa kualitas tepung di toko bahan utama," ucap Sandrio.
Nala mengangguk, tatapan matanya terpusat kepada laki-laki yang berstatus sebagai pemilik toko cupcake favoritnya. Meskipun tidak menunjukkan senyum, tetapi wanita itu merasa sedikit kagum dengan laki-laki yang ada di depannya.
"Jadi karena itu kamu datang kemari," kata ibunda Sandrio.Suaranya terdengar begitu sinis, dan terkesan tidak ramah. Apalagi saat Nala memperhatikan wajah ibu kandung dari Sandrio, tentunya sangat tidak bersahabat.Meskipun begitu, Nala tetap berusaha untuk bersikap baik di hadapan ibu kandung Sandrio. Nala tetap menunjukkan senyum di bibir, dan pandangannya masih tampak sabar dalam menghadapi perilaku tidak menyenangkan dari ibunda Sandrio."Sandrio yang memiliki rencana untuk mempertemukan aku dengan Tante dan keluarga," kata Nala, mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.Ibunda Sandrio tidak memberi tanggapan atas perkataan Nala. Tetapi lebih memilih untuk membuang wajah. Sekarang perhatiannya tertuju kepada pria yang menjadi putra kesayangan."Lalu apa maksudmu aku akan memberikan izin kepada perempuan ini untuk kalian menjalin asmara bersama?" tanya sang ibunda kepada Sandrio.Setelah mendengar perkataan dari sang ibunda, Sandrio mengangguk dengan yakin. Tidak ada keraguan lagi d
Sandrio mengangguk, lantas bibirnya melengkungkan senyum dengan sempurna. Laki-laki dengan pakaian berjenis kemeja linen lengan panjang berwarna hijau itu tampak serasi dengan Nala yang mengenakan dress midi tosca.Saat ini wajah sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan itu sedang bahagia. Nala terlihat senang dengan pipi merona merah, sedangkan Sandrio terlihat tersenyum lebar karena senang bisa mendapatkan pasangan seperti Nala.Sandrio masih memegang kendali atas kemudi mobil. Hingga tiga puluh lima menit kemudian, Sandrio menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah dengan bangunan yang megah dan besar. Rumah yang terlihat begitu anggun itu didominasi oleh cat berwarna putih dan kuning."Ayo turun, kita sudah sampai di depan rumahku," kata Sandrio.Nala terperanjat ketika Sandrio mengucapkan bahwa bangunan besar dan megah, berlantai tingkat dua itu adalah rumahnya. Tatapan mata Nala kini tertuju kepada bangunan dengan pagar besi yang menjulang tinggi. Sungguh berbeda dengan rum
Nandea mengangguk, ia lantas mengarahkan pandangan kepada kakak perempuannya, Nala. Sembari menikmati cupcake rasa raspberi, Nandea memperhatikan wajah Nala yang berseri."Lantas, kak? Kenapa kakak tiba-tiba cerita tentang pemilik toko cupcake itu," ujar Nandea."Pemilik toko cupcake itu sekarang sudah menjadi pasanganku. Baru saja dia dan aku meresmikan hubungan kami," kata Nala.Seketika itupula Nandea terperanjat. Matanya membulat seketika, dan hampir saja dirinya tersedak. Jika bukan karena ucapan kakaknya, mungkin Nandea tidak akan minum air saat ini.Nandea mengarahkan tatapan matanya kepada Nala, sekali lagi. Setelah berhasil meneguk beberapa air, Nandea mengatur napas."Jadi kakak sekarang punya hubungan mesra dengan si pemilik toko cupcake langganan kakak?" tanya Nandea masih tidak percaya."Ya, dan besok adalah kencan pertama kami. Sebenarnya aku sedikit gugup, kamu kan tahu sendiri jika aku tidak pernah berkencan dengan lelaki sebelumnya," ujar Nala.Nandea manggut-manggut,
"Hebat sekali Bapak. Sudah mengurus toko, tetapi masih harus meluangkan waktu untuk memeriksa kualitas tepung. Pantas saja jika tidak punya waktu untuk memikirkan pasangan," kata Nala."Ya, tetapi di usia sekarang sepertinya yang saya butuhkan adalah seorang wanita yang mau memahami saya. Seorang wanita yang mampu mengerti kesibukan saya dan kekurangan saya yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik," balas Sandrio.Nala pun tersenyum ketika mendengar balasan dari Sandrio. Laki-laki dengan rambut yang tersisir rapi itu ternyata sudah cukup matang untuk menimang-nimang sesuatu. Bahkan jika dilihat, Sandrio bukan termasuk laki-laki yang banyak tingkah dalam urusan percintaan."Jika tidak ada kriteria khusus untuk menjadi pendamping hidup Bapak, bolehlah jika aku menjadi pasangan bapak," ujar Nala.Meskipun wajahnya terlihat serius, tetapi sebenarnya wanita itu hanya bercanda. Nala tidak benar-benar meniati ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Perkataan itu semata-mata diucapkanny
Seorang wanita cantik dan berparas lembut sedang berjalan menelusuri jalanan kota Kembang. Pakaian maxi dress motif bunga merahnya mengembang karena tertiup angin. Namanya adalah Nala Prasasatya, usianya terbilang masih muda.Wanita yang kerap dipanggil Nala itu hendak menuju ke toko cupcake yang berada di pinggiran mall perkotaan. Kaki jenjangnya melangkah dengan tegak mengikuti arah jalan. Sekitar beberapa menit berjalan, akhirnya wanita muda itu memutuskan untuk berbelok dan masuk ke dalam sebuah toko dengan dominan merah jambu.Toko yang dicat dengan nuansa feminine itu merupakan tempat ia bisa menemukan beraneka macam cupcake kesukaannya. Mulai dari rasa durian, bluberi, cokelat, hingga stroberi semuanya tersedia lengkap. Ibarat sebuah toko yang menjadi surganya cupcake.Nala meneruskan langkahnya untuk melewati pintu masuk toko cupcake. Toko yang bertuliskan Sandrio's Sweets itu selalu tampak ramai jika di jam-jam menjelang siang. Kebanyakan dari pengunjungnya berasal dari kalan