Matahari sudah beranjak tinggi diufuk timur. Sementara itu di istana Wijayanagara keramaian sudah membuncah hingga sampai ke jalan-jalan kotaraja dipenuhi dengan kemeriahan. Seperti yang telah direncakan beberapa hari sebelumnya, hari ini di istana Wijayanagara akan dilangsungkan pernikahan antara Tuan Muda Hararaya, putri tunggal perdana menteri Bukka Raya dan Putri Kim Si Hyang.
Sementara itu didalam istana Wijayanagara, proses pernikahan sudah berlangsung, satu persatu prosesi adat pernikahan sudah dilewati oleh Tuan Muda Hararaya dan Putri Kim Si Hyang. Sosok Tuan Muda Hararaya terlihat gagah dengan pakaian merah kebesarannya, senyum bahagia terpancar jelas diraut wajahnya, sementara itu disebelahnya, sosok seorang gadis yang juga mengenakan pakaian serba merah dan cadar berwarna merah yang menutupi wajah dan tubuhnya, sosok tubuhnya begitu ramping dan semampai, kita dapat menduga kalau sosok gadis itu tak lain adalah Putri Kim Si Hyang. Tanpa seorangpun tahu kalau dibali
“Kakak”. bahkan Putri Kim Si Hyangpun sampai ikut cemas melihat situasi saat ini, tapi Bintang mencoba untuk tenang.“Hamba adalah saksi atas semua yang telah dilakukan Tuan Muda Hararaya!”. tiba-tiba saja sebuah suara lembut terdengar membahana ditempat itu, seketika saja semua pandangan langsung mengarah kearah asal suara yang ternyata berasal dari 2 sosok tubuh yang baru saja muncul ditempat itu. Yang satu adalah sosok seorang wanita berparas cantik nan jelita yang mengenakan jubah biru ditubuhnya, dia adalah Putri Ahisma Raya, sedangkan sosok Tabib Tangan Budha terlihat berdiri disebelah Putri Ahisma Raya.Putri Ahisma Raya dan Tabib Tangan Budha pun melangkah kedepan diiringi juraan hormat orang-orang yang ada ditempat itu. Sementara itu ditempatnya, wajah Tuan Muda Hararaya mulai berkeringat dingin, kehadiran Putri Ahisma Raya benar-benar sangat diduga dan tak diharapkannya.“Putriku.”. Maharaja Harihara Raya langs
“Ayah tak perlu bersandiwara lagi. Hamba sudah tahu kebenarannya kalau hamba bukanlah putra kandung ayah”. Ucap Tuan Muda Hararaya tiba-tiba dan sontak langsung membuat wajah tuan Bukka Raya berubah.“Apa yang kau katakan putraku ? siapa yang mengatakan hal itu padamu?” ucap tuan Bukka Raya lagi.“Tak penting darimana hamba tahu, tapi yang terpenting adalah kebenarannya. Katakan padaku ayah, apakah itu benar?”. ucap Tuan Muda Hararaya lagi. Ditempatnya tuan Bukka Raya terlihat terdiam dan menghela nafas panjang.“Mungkin kau bukan putra kandungku, tapi sejak kecil aku sudah menganggap kau seperti putra kandungku sendiri”. Ucap tuan Bukka Raya lagi dengan suara bergetar. Ucapan tuan Bukka Raya ini sontak membuat semua yang ada ditempat itu terkejut.“Kalau begitu menyingkirlah dari hadapanku tuan Bukka Raya, jika tidak jangan salahkan hamba”. Ucap Tuan Muda Hararaya lagi dengan tegas menyebut nama
Suasana yang tadi begitu meriah dan riuh yang terjadi di istana Wijayanagara kini berubah menjadi hening. Semua mata tertuju kearah tengah halaman luas kerajaan Wijayanagara. Apa yang mereka lihat hingga mampu membius setiap pandangan dengan keheningan yang begitu terasa.Angin berhembus kencang, menyapu kibasan pakaian dari dua sosok tubuh yang kini saling berdiri berhadapan, keduanya hanya berjarak beberapa tombak saja. Mereka tak lain adalah Bintang dan Tuan Muda Hararaya. Hal ini pula yang membuat suasana menegangkan semua yang ada ditempat itu, menantikan apa yang akan terjadi.Para prajurit Wijayanagara terlihat sibuk mencoba menjauhkan para penduduk kota raja agar tidak terlalu dekat dengan arena pertarungan, tapi beberapa orang terlihat tidak mengindahkan hal itu, demi untuk melihat pertarungan yang terjadi dengan lebih jelas.“Terimalah jurus pertama dari kepalan Budhaku. Cahaya Budha Merekah”. ucap Tuan Muda Hararaya lagi seraya te
Semakin Bintang mengerahkan tenaga untuk melepaskan himpitan tersebut, semakin Bintang merasakan serangan Tuan Muda Hararaya serangan itu semakin kuat terhadap dirinya. Menyadari hal itu, Bintangpun segera berniat untuk mencabut pedang pusaka Yudha Manggala nya untuk menggunakan seruling yudhanya tapi kali ini Bintang tak kuasa untuk menggerakkan tangannya, disaat terjepit seperti ini, tiba-tiba saja Bintang teringat akan satu jurus yang ada di kitab Leluhur yang pernah dipelajarinya yaitu jurus Perintah Jenderal yang selama ini belum pernah Bintang gunakan.“Tak ada jalan lain. Akan kucoba jurus itu”. Batin Bintang lagi dengan cepat memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian tiba-tiba saja dari bibir Bintang mengalun sebuah syair kuno yang berasal dari kitab Leluhur yang dipelajarinya. Anehnya semakin lama Bintang mulai bisa merasakan kalau tubuhnya sudah bisa digerakkan kembali. Menyadari jurus Perintah Jenderal yang digunakannya mamp
“Huh! Dihentikan. Sebelum ada pemenang diantara kita. Lita akan terus bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat diantara kita. Kecuali kau mau mengaku kalah dan berlutut dihadapanku!”. ucap Tuan Muda Hararaya dengan penuh kesombongan.Bintang terdiam mendengar hal itu, sebenarnya tidak apa-apa bagi Bintang kalau harus mengaku kalah asalkan tidak ada lagi korban akibat pertarungan mereka, tapi kalau harus berlutut dihadapan Tuan Muda Hararaya, ini tidak mungkin Bintang lakukan. Tapi keselamatan banyak orang harus lebih didahulukan saat ini sebelum semakin banyak korban yang berjatuhan.“Jangan menyerah tuan Bintang. Jangan menyerah!”. sebuah suara mengejutkan Bintang dan Tuan Muda Hararaya yang langsung menoleh ke arah asal suara.“Tuan Bukka Raya”. Ucap Bintang terkejut saat melihat sosok tuan Bukka Raya sudah berdiri tak jauh dari arena pertarungan. Sementara Tuan Muda Hararaya hanya menatap sinis kearah ayah angkatnya
“Kesaktian Budha Tiada Tara.... Heaaa... wusshh...wushh!” sosok Tuan Muda Hararaya langsung melesat kebawah dengan jurus yang sangat luar biasa dahsyatnya, bayangan Budha raksasa yang langsung melesat dengan tapak yang mengeluarkan semburat cahaya kuning keemasan, begitu besarnya wujud sang Budha sampai-sampai ingin menutupi cakrawala langit. Bagaikan seekor rajawali yang tengah menukik deras kebawah, sosok Tuan Muda Hararaya melesat dengan kecepatan yang sangat luar biasa dengan diiringi kedahsyatan jurus tingkat ke-8 dari kepalan Budha, jurus Kesaktian Budha Tiada Tara.Di bawah, sosok Bintang masih belum terlihat dari dalam lubang yang terbentuk karena tadi terhantam tubuh Bintang hingga tubuh Bintang melesat kedalam tanah dan menimbulkan lobang yang cukup besar. Sementara itu serangan Tuan Muda Hararaya sudah semakin mendekat dan terus mendekat. Sebelum sosok Tuan Muda Hararaya masuk kedalam lubang tersebut, ; “Perisai Bintang.
Cabut senjatamu Ksatria Pengembara! atau kau akan menyesal”. Ucap Tuan Muda Hararaya lagi dengan suara keras. Bintang sendiri semakin bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang, haruskah dia mengadu jiwa dengan Tuan Muda Hararaya.“Kakak! jangan sampai kalah”. Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar ditelinga Bintang, sebuah suara yang tentu saja Bintang sangat mengenalinya.“Adik kim”. ucap Bintang lagi. Rupanya Putri Kim Si Hyang telah mengirimkan suaranya lewat ajian Sutra Batin yang pernah Bintang ajarkan padanya. Sejenak Bintang menolehkan pandangannya kearah sebuah bukit yang berada cukup jauh dari tempatnya berada sekarang. Bintang dapat mendeteksi suara Putri Kim Si Hyang berada di bukit itu.“Kim mohon kakak jangan sampai kalah... Kim takkan bisa hidup kalau kakak sampai tewas ditangan Tuan Muda Hararaya” kembali terdengar suara Putri Kim Si Hyang lagi dengan suara terisak. Ucapan Putri Kim Si Hy
Malam itu adalah malam bulan purnama, terangnya sinar bulan yang bersinar malam itu membuat kota raja Wijayanagara terang benderang, jalanan kotaraja sudah tampak sepi, sesekali beberapa orang prajurit terlihat meronda memantau suasana kota. Di istana wijayangara sendiri, semua orang sudah kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Di salah satu kamar, terlihat sepasang muda-mudi yang tengah berdiri didepan sebuah jendela yang terbuka, keduanya terlihat tengah menatap keindahan bulan purnama malam itu, yang saat itu adalah sosok seorang dara berparas cantik nan jelita dengan pipi merona merah yang terlihat mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna biru. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya membentuk poni dengan begitu indah ditambah sebuah mahkota emas kecil bertahtakan diatas kepalanya dan dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya,