Home / Rumah Tangga / Ku Tentukan Takdirku / Bab 38– Retakan di Balik Senyum (Part 2)

Share

Bab 38– Retakan di Balik Senyum (Part 2)

Author: Mommy Sea
last update Last Updated: 2025-10-16 10:54:12

Malam itu hujan turun pelan, menimpa genting rumah satu per satu.

Suara rintiknya menenangkan, tapi bagi Alya, hujan kini bukan lagi lambang romantis — melainkan pengingat bahwa sesuatu bisa tampak lembut di luar, tapi dingin di dalam.

Ia duduk di tepi ranjang, lampu kamar remang, sementara Raka masih di kamar mandi.

Alya menatap ponsel di meja rias — milik Raka, tanpa sandi, tapi sekarang terkunci dengan pola baru.

Dulu ia tak pernah perlu membuka ponsel suaminya, tapi malam ini, entah mengapa, rasa penasaran yang sudah lama ia tekan kembali muncul.

Namun, sebelum sempat mengambilnya, suara pintu kamar mandi terbuka.

Raka keluar dengan handuk di bahu, menatap Alya dengan tatapan datar.

“Belum tidur juga?”

Alya tersenyum pelan. “Nggak bisa tidur. Kayaknya kebanyakan mikir.”

Raka hanya mengangguk singkat, lalu naik ke ranjang tanpa banyak bicara.

Ia membelakangi Alya, dan dalam beberapa menit, suara napas beratnya memenuhi kamar.

Alya tetap duduk.

Kedua matanya menatap baya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 58– Jejak yang Disembunyikan

    Malam itu, rumah terasa terlalu tenang.Alya duduk sendirian di balkon, angin malam meniup lembut ujung rambutnya yang terurai. Di tangannya, secangkir teh hangat sudah mulai dingin. Dari kamar, terdengar suara langkah Raka yang mondar-mandir. Lelaki itu tampak gelisah sejak sore — tapi pura-pura tenang setiap kali Alya menatapnya.Ia tahu, malam ini Raka sedang menimbang sesuatu.Sama seperti dulu — setiap kali ada hal besar yang disembunyikan, Raka selalu tidak bisa diam.Dan Alya, yang dulu tidak peka, kini membaca setiap gerak tubuh itu seperti buku terbuka.Ponselnya bergetar pelan di meja. Sebuah pesan masuk dari nomor anonim:> “File telah dikirim ulang ke alamat luar negeri. Jejaknya sudah terekam.”Alya menatap layar itu lama, lalu menekan tombol kunci.Ia tidak membalas. Tidak perlu.Semua sudah berjalan sesuai rencana.Keesokan paginya, Raka berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia mengenakan jas abu-abu, rambutnya disisir rapi, tapi wajahnya tampak tegang. Alya hanya berdiri

  • Ku Tentukan Takdirku    BAB 57– JEBakan Pertama

    Ruang kerja Alya terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya suara detak jam di dinding yang terdengar berulang, seirama dengan degup halus di dadanya.Di atas meja, tumpukan dokumen yang tampak biasa ternyata menyimpan sesuatu yang jauh dari sekadar laporan bisnis — itu adalah jebakan pertama yang ia siapkan dengan sangat hati-hati.Sudah seminggu ia mengamati pola kerja Raka. Lelaki itu mulai gelisah, takut posisinya di perusahaan keluarga goyah setelah beberapa keputusan keuangan mencurigakan terbongkar oleh auditor internal. Alya tahu, rasa takut adalah cara paling halus untuk membuat seseorang menyingkapkan rahasianya sendiri.Ia menatap layar laptopnya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard.Sebuah file baru tercipta — “Daftar Aset Cabang Timur.”Di dalamnya, ada data yang tampak resmi dan valid: angka, tanda tangan digital, bahkan logo perusahaan. Hanya satu hal yang tidak nyata — nomor rekening fiktif di dalamnya.Alya menutup laptop, menarik napas dalam.“Jika kau benar-bena

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 56– Langkah Terakhir Sebelum Badai

    Malam turun perlahan, membawa dingin yang menempel di setiap sudut rumah. Lampu-lampu sudah menyala, tapi suasana terasa lebih suram dari biasanya. Alya duduk di tepi ranjang, menatap layar ponsel yang menampilkan daftar pesan dari nomor tak dikenal.Semuanya berisi potongan informasi yang ia minta dari orang-orang yang dulu bekerja di perusahaan ayahnya — orang-orang yang masih setia, meski telah lama tak berhubungan.Satu pesan membuatnya berhenti sejenak:> “Transaksi atas nama Raka sudah diverifikasi. Ada aliran dana ke rekening pribadi seorang wanita bernama Selina D.”Alya memejamkan mata. Nafasnya panjang, stabil, tapi ada kilatan getir di balik ketenangannya.Jadi benar… uang perusahaan pun ikut dimainkan.Ia berdiri, mengambil map berwarna abu-abu dari lemari, lalu mengeluarkan dokumen-dokumen yang sudah disusun rapi. Semuanya kini tersusun dalam urutan kronologis: bukti perselingkuhan, dokumen keuangan, foto, dan rekaman percakapan.Semua berawal dari rasa sakit. Tapi kini,

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 55 – Dalam Diam yang Bekerja

    Hujan turun perlahan sejak pagi, membasahi halaman rumah yang kini terasa lebih sepi dari biasanya. Suara tetes air di jendela terdengar seperti ketukan halus yang terus memanggil ingatan. Alya duduk di meja kerja kecil di kamarnya, dengan buku catatan berwarna cokelat tua di depannya. Halaman demi halaman dipenuhi tulisan tangan rapi, potongan tanggal, nama, dan bukti kecil yang dikumpulkannya selama berbulan-bulan.Ia tidak menulis untuk melampiaskan, melainkan mencatat dengan kesabaran seorang pengamat. Setiap goresan tinta seperti bagian dari teka-teki besar yang perlahan membentuk gambar utuh — kebohongan yang selama ini disembunyikan Raka dan Selina di balik wajah manis dan sikap sopan.Alya menatap jam dinding. Hampir pukul sepuluh pagi, tapi rumah masih terasa hening. Raka sudah pergi lebih awal dengan alasan “meeting mendadak”, sesuatu yang kini tak lagi membuatnya penasaran. Dulu, alasan seperti itu akan menyesakkan dada, kini hanya membuatnya tenang. Setiap kebohongan baru

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 54– Senja yang Memihak

    Suara sendok beradu pelan dengan piring, mengisi keheningan ruang makan keluarga Bagaskara. Langit di luar jendela sudah berwarna jingga keemasan, sinar matahari sore menembus kaca, menyorot wajah-wajah yang duduk di meja panjang itu — sebagian pura-pura tersenyum, sebagian lainnya berusaha menahan rasa tidak nyaman.Raka duduk di ujung meja, masih dengan gaya formal dan tatapan tajam yang tak pernah benar-benar hangat. Di sisi kirinya, Alya duduk tegak dengan senyum tenang, menyuapkan makanan ke piring kecil tanpa banyak bicara. Di hadapan mereka, ayah dan ibu Raka mengawasi dengan pandangan yang sulit dibaca — antara kecewa dan lelah.Lalu, seperti menunggu waktu yang tepat, suara lembut tapi tajam itu datang lagi.“Sepertinya rumah tangga kalian sedang tegang, ya?” ujar Tante Rini, salah satu kerabat jauh, dengan nada basa-basi yang justru membuat semua kepala menoleh.Raka hanya tertawa kecil, tawanya datar dan hambar. “Ah, biasa. Alya memang akhir-akhir ini sibuk sendiri. Urusan

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 53 – Titik Panas

    Rumah keluarga Bagaskara hari itu ramai.Halaman depan penuh mobil, aroma sate dan makanan khas hajatan memenuhi udara, dan suara tawa kerabat terdengar saling bersahutan.Bagi orang luar, suasana itu mungkin terlihat hangat — tapi bagi Alya, setiap langkah ke dalam rumah itu terasa seperti memasuki medan perang dengan senyum sebagai perisai.Ia datang lebih awal, menyiapkan sedikit makanan, membantu ibu Raka menyusun meja makan, dan berpura-pura tenang.Padahal di dalam hatinya, setiap detik terasa seperti bom waktu.Satu kata salah dari Raka, dan segalanya bisa meledak.> “Alya, tolong ambilkan piring tambahan ya, Nak,” suara lembut Ibu Raka memecah lamunannya.Alya tersenyum. “Iya, Bu.”Ia berjalan ke dapur dengan langkah ringan, mengenakan kebaya sederhana warna abu lembut. Tidak mencolok, tapi anggun.Berbeda dengan Selina yang baru datang setengah jam kemudian — dengan gaun merah maroon, heels tinggi, dan tas branded yang mencolok seperti sinyal bahaya.“Selina!” seru salah satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status