Share

Kegelisahan Bayu

"Ada apa, ini?" Bayu beranjak ke dapur setelah mendengar suara piring pecah. 

"Satu hari tinggal di sini mecahin satu piring. Kalau 12 hari berarti selusin. Bener nggak, Yum?" Asti melipat kedua tangannya dengan senyum kemenangan.

Mawar merengut kesal karena Asti kembali membuat dirinya malu. Di depan Bayu, Mawar merasa kalah dari Asti.

Sementara, Asti merasa kali ini dia menang. Madu seperti Mawar harus di ajarkan tata krama. Melihat Mawar seperti itu, dia kembali memikirkan rencana baru. 

"Ti, Aa mau ngomong," ucap Bayu.

"Asti sibuk. Permisi!"

Asti melangkah meninggalkan Bayu. Pria itu mencoba mengejar, tapi Mawar gegas menarik lengan sang suami.

"Aa, jangan pergi. Bantuin aku," ujar Mawar.

"Apaan, sih, banyak sabun pula. Beresin sendiri."

Bayu segera menyusul Asti ke halaman rumah. Sementara, Mawar merengut kesal. 

"Makanya jangan jadi pelakor," ledek Ayumi.

Mawar mengentakkan kaki, wajahnya pun merengut kesal karena ucapan Ayumi. Kembali dia menatap piring kotor dan pecahan beling.

Tangannya perlahan mengambil pecahan piring. Mawar tidak pernah melakukan hal seperti ini. Namun, kali ini dia terpaksa karena ulah Asti.

"Selamat menikmati." 

Tawa kencang Ayumi membuat Mawar semakin kesal melihatnya. Adik satu-satunya Bayu itu berpihak pada Asti. 

---Galuh Arum---

"Ti, marahnya jangan lama-lama. Aa Bayu nggak kuat kalau dicueki kamu. Aa kangen sama Asti," ucap Bayu.

Di hati Asti merasa bahagia, tapi dia mencoba tenang. Biar saja Bayu berpikir dirinya masih marah atas pernikahan kedua sang suami. 

Asti tidak peduli dengan Bayu. Dia sibuk melipat baju bersih setelah dia ambil dari jemuran. 

"Ti, Aa minta maaf, Aa mau deh kontrol ke Dokter Kandungan."

"Sudah telat, sejak kamu memilih menikah dengan Mawar. Hati aku sakit, Aa." 

Kini, netra Asti mulai berembun. Sejak awal dia menolak di poligami. Namun, dia sangat mencintai Bayu. Pada akhirnya dia harus mengikhlaskan dirinya memiliki madu.

"Aa minta maaf, nanti malam Aa tidur sama Asti, ya?"

"Asti mau tidur sama Ayumi. Aa ke luar sana! Jangan ganggu Asti. Nikmatin aja masa-masa pengantin baru Aa."

Bayu gelisah saat tidak mendapat maaf dari Asti. Tidak mungkin dia bercerita tentang malam tadi. Seharusnya ucapan Asti benar, menikmati masa pengatin baru. Namun, semua rusak saat Bayu tak mendapati Mawar sebagai perawan.

Pria itu merasa dirinya mendapatkan karma dari Asti. Doa kuat dari wanita itu adalah semoga dirinya tidak bahagia dengan pernikahan keduanya.

Memang benar, bersama Mawar saja dirinya sangat muak. Bayu benci di bohongi. 

"Perawan itu enak, masih segel, kenyel lagi. Kalau Asti, mah, sudah longgar. Mana enak," ujar Asti. 

"Kata siapa? Hmm ... sama Asti, lebih enak, kok."

Asti merengut kesal. Masih saja bertutur bohong. Jelas berbeda, gadis dan wanita sudah menikah. 

Asti bangkit meninggalkan Bayu, pria itu merasa terabaikan. Satu sisi, dia menyesal menikah dengan Mawar. Namun, dia juga tidak bisa menceritakan kesialannya pada Asti. 

Kini, Bayu mulai gelisah jika Asti tidak memaafkannya.

---Galuh Arum--

"Ti, kamu sudah masak?" tanya ibu mertuanya.

"Asti sibuk, Mi. Coba Mawar saja yang masak. Di sini menantu Mami, kan ada dua. Jadi, tugas Asti bisa di bagi buat istri Aa Bayu yang satu lagi."

"Kok, kamu ngomong gitu?"

"Asti salah, Mi?"

Ibu mertuanya bergeming. Kali ini dia tidak bisa berkata apa pun. Asti menolak untuk memasak hari ini. Akhirnya dia melangkah menghapiri Mawar.

Mawar sibuk membersihkan diri dari sabun pencuci piring. Baru saja bernapas lega, ibu mertuanya menghampiri.

"Mawar, kamu bisa masak?" tanya ibu mertua.

Mawar terdiam sejenak. Bingung harus menjawab apa. Sejujurnya dia tidak bisa memasak. Namun, dirinya merasa malu.

"Bi--bisa, Mi."

Wajah ibu mertua Mawar berubah cerah. Untuk saja menantu keduanya bisa masak, jadi tidak usah memohon pada Asti.

"Kamu masak, ya. Sayur sop sudah ada di dapur. Jangan lupa telur dadar saja."

"Iy--iya, Mi."

Mawar bingung harus memulai dari mana. Sementara, dia saja hanya bisa masak air. Itu pun terkadang belum matang.

Dia mengambil ponsel membuka tutorial memasak sayur sop di youtobe. Semua bahan dia potong sesuai petunjuk. Setelah itu, dia kebingungan untuk memasukkan bumbu. 

Dirinya memilih bumbu di lemari. Kini, senyumnya semringah saat dia berhasil memasak sayur sop.

Dia menatap lantai penuh sampai potongan sayur. Punggungnya terasa panas. Harusnya dia bermanja-manja di kamar bersama Bayu. Bukan malah sibuk memasak di dapur. 

Selanjutnya dia memasak telur. Beberapa kali tangannya terkena cipratan minyak panas. Usahanya berhasil memasak telur dadar.

Sementara, Ayumi dan Asti mengintipnya dari ruang tamu. Mereka berdua puas mengerjai Mawar. 

"Kamu yakin nggak masakannya enak?" tanya Asti.

"Nanti coba aja, tapi pelan-pelan. Takut muntah." 

Mereka berdua tertawa kecil. Keisengan mereka berhasil. Sengaja Asti mogok mengerjakan sesuatu agar Mawar yang menggantikan pekerjaannya.

---Galuh Arum---

Dengan percaya diri Mawar menyediakan makanan di meja makan. Seraya menggiring ibu mertua, dia merasa bangga karena telah berhasil memasak sayur sop dan telur dadar.

"Mi, Pi, makan," ucap Mawar.

Asti bergabung dengan mereka. Siap-siap akan ada sesuatu yang menarik baginya. 

Belum lama dia mulai menghitung, Papi mertuanya sudah berteriak.

"Masakan apa ini? Asin, mau buat Papi darah tinggi?" 

"Ke-kenapa, Pi?" tanya Mawar.

"Kamu makan aja, coba."

Mawar mencicipi kuah sop. Benar kata mertuanya kalau ini sangat asin. Setelah matang, dia mencobanya terdahulu karena yakin enak.

"Aduh, apalagi ini? Kok kulit telor ikut ke dadar, sih?" tanya Ayumi memanasi 

Bayu dan ibu mertua Asti kembali menaruh piring mereka. Tidak ingin bernasib sama, ibunya Bayu memilih tidak makan.

Mawar menunduk malu, hari ini adalah hari kesialannya. Mulai dari mencuci piring, kemudian memasak.

"Kamu gimana, si, katanya bisa masak. Kacau semua, duh, Mami jadi ke luar uang lagi buat beli makanan."

Setelah ibu mertuanya pergi, kini tinggal Ayumi dan Asti menatap dengan senyum.

Asti bangkit menghampiri Mawar. "Masih mau jadi maduku?"

---Galuh Arum---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status