Sejenak ketakutan merayap di hati Andin. Dirinya seprti dejavu untuk beberapa saat. Momen seperti ini persis seperti dulu ia pertama kali bertemu mantan mertuanya.Setelah berperang batin serta fikiran, akhirnya ia menemukan siapa sosok wanita paruh baya di depannya."Bu" sapa Andin ramah. Berharap balasan yang didapat sama ramahnya.Perlahan, Irish menjauh dari hadapan perempuan paruh baya itu. Meninggalkan Andin yang berusaha mencairkan suasana. Dirinya berlalu dan duduk di meja kerjanya."Bu" panggil Andin sekali lagi. Karena sapaannya tadi tak mendapat respon."Hmm, boleh saya masuk? "'Akhirnya tuh nenek ngomong juga. Gue kira bisu' batin Irish yang masih mendengar suara wanita itu dari mejanya."Boleh bu" Andin sedikit menggeser tubuhnya mempersilahkan ibu tersebut masuk. Sebelum menutup pintu, Andin sempat memberi kode pada Irish agar dibuatkan minum tamunya.Dengan anggun wanita itu duduk berhadapan dengan Andin. Kaki yang ia silangkan menambah kesam sungkan yang bisa dirasaka
Baru kali ini Andin merasakan bebas sebebas-bebasnya. Tak munafik dirinya sangat menikmati momen kali ini bersama Alex. Setiap jalanan yang ia lewati terasa seperti mimpi, gemerlap lampu di sepanjang jalan menambah kesan estetik pada setiap mata yang memandang.Wajahnya yang tersapu lembut oleh angin tak mengurangi kadar kecantikan Andin malam ini, kaca helmnya ia biarkan terbuka, semakin memperlihatkan keindahan yang tak kalah indah dibanding lampu-lampu di malam hari.Kaca spion yang langsung mengarahkan pada Andin membuat Alex selalu menatap ke arahnya. Tak jarang ia tiba-tiba tersenyum melihat Andin yang juga ikut tersenyum.Wah, seperti kencan ABG batin Alex."Lex" panggil Andin setengah berteriak."Hm? ""Thanks ya"Perlahan, tangan Alex meraih jemari Andin yang terkepal di atas pahanya, lancang memang, tapi, entahlah, Alex hanya ingin menikmati momen ini.Berbagai warung makan pinggir jalan telah Alex dan Andin cicipi, lampu kota menjadi saksi mereka bersama, tak hanya sekali
"Ndin"Andin merasakan usapan halus di bahunya yang bergetar, senada dengan para karyawan yang perlahan menjauh dari tempat terjadinya drama yang diciptakan Firman."I'm okay" jawab Andin diselingi senyum manisnya."Sepertinya sudah saatnya kakandamu ini kembali ke asalnya hm? " tanya Alex sedikit menggoda Andin.Sebuah tinjuan Andin hadiahkan pada Alex yang mulutnya lemes."Baiklah kakanda, adinda juga mau kembali bekerja""Haha, kita sangat serasi ya""Apasih"Baru beberapa langkah Andin berjalan, tiba-tiba tangannya ditarik ke belakang oleh Alex. Andin yang sempat tersentak hanya bisa menggeleng pelan."Nanti malam free? ""Kenapa Lex? ""Riding? "Mata Andin sontak terbelalak. Pasalnya, dirinya sudah lama tak mengendarai motor setelah kembali ke rumah orang tuanya."Serius? ""Dua rius Bu Bos""Haha oke-oke siap Tuan Alex""Yaudah saya pamit Bu boss"Senyum manis Andin mengiringi setiap langkah Alex keluar dari perusahaan. Senandung lembut keluar pelan dari mulut sang pemuja Andin
"Mas ngapain di sini? ""Bu, bapak ini tadi sedang mencari pekerjaan, dan saya bilang kalau di sini sedang tidak ada lowongan" bukan Firman yang menjawab, melainkan sang resepsionis yang sedang bertugas."Tolong Ndin, mas sedang butuh sekali pekerjaan, ngomong-ngomong kok mas baru tau kamu jadi CEO sekarang? "Alis Andin sedikit terangkat sebelah, pun dengan laki-laki yang berdiri di sebelah Andin ikut tertawa."Emm mas, kayanya Andin udah gak ada hubungan deh sama mas. Jadi mau Andin sekarang jadi apa bukan urusan mas. Betul? ""Oke oke. Terus siapa dia? Pacar baru kamu? Hah ternyata kamu nggak jauh beda dari aku. Kita baru beberapa bulan Ndin. Jangan-jangan kamu udah main di belakang aku selama ini? "Andin yang awalnya tenang menghadapi Firman mulai terusik karena kata-kata menusuk yang Firman ucapkan."Dia? Mas Alex ini teman lamaku. Pun, sekarang dia memang sedang dekat denganku. Jadi, ada urusan apa sama kamu mas? Nggak ada kan? "Jantung Firman sedikit diremas mendengar mantan
Tepat 3 hari setelah kejadian di kontrakan, Mulan dan Sugeng segera melangsungkan pernikahan siri. Tepat 1 hari bu Winda dibawa ke Rumah Sakit, Sugeng ikut menyusul demi bisa menjatuhkan talak pada Retno. Tak ada air mata yang jatuh saat Sugeng mengucapkan talak pada Retno. Hanya tatapan kebencian serta jijik yang Retno layangkan pada Sugeng.Pun dengan Bu Winda maupun Firman. Namun Sugeng tak ambil pusing, baginya, bisa bercerai dengan Retno adalah suatu pilihan yang tepat.Dirinya bisa bebas tetap berhubungan dengan siapa saja meskipun menikah dengan Mulan. Seperti malam ini, dirinya kembali mendapat panggilan dari Tante Susi. Dirinya diminta untuk menemani tante Susi di sebuah hotel bintang 5.Berbeda dengan Sugeng, Mulan yang masih bersolek di depan cermin hanya tersenyum sinis saat mendapat pesan dari Sang Kakak, Firman.Entah dapat darimana sang kakak itu uang untuk membeli handphone baru. Meskipun bukan jenis HP yang mahal. Namun, bagi seorang Firman yang merupakan mantan Napa
Dengan brutal, Retno terus saja memukul Sugeng yang sudah tak berdaya di lantai. Firman yang melihat Retno kalap pun tak bisa menghentikannya. Dirinya berhasil ditendang pada bagian alat v*talnya oleh Retno. Yang mengakibatkan dirinya susah untuk berdiri.Saat Retno sibuk memukul Sugeng menggunakan sapu, matanya menangkap Mulan yang menangis dalam pelukan ibunya. Segera saja ya melangkah mendekati Mulan, sapu yang ia pegang sempat ia putuskan pada Sugeng hingga patah.SrettLengan Mulan ia tarik sekencang mungkin dan mulai menampar pipi kanan maupun kiriPlak plak plak.Retno berfikir, jika Mulan bisa ia hajar, kemungkinan Sugeng akan membeli Mulan. Sehingga hubungan mereka bisa diketahui oleh ibu maupun adiknya.Dan benar saja, dengan tertatih, Sugeng berjalan ke arah Mulan. Segera ia memeluk Mulan dari depan. Sengaja agar Mulan tak terkena amukan Retno."Lihat lihat!! Dua pendosa ini bersatuu! Ibu, Firman, kalian lihat kelakuan kedua manusia kej* ini!! " teriak Retno dengan air mata
Tengah malam, Retno yang masih tak dapat terpejam hanya bisa menghela nafas berat. Sang suami, dari mulai pulang ke rumah tak menyapanya barang sebentar. Padahal biasanya, Sugeng akan selalu menyapa dirinya mau dari mana pun ia. Namun malam ini, jangankan menyapa, melihat ke arahnya saja tidak. Aroma wangi milik adiknya juga masih samar-samar tercium di indra penciumannya. Dengan gerakan pelan, Retno mulai turun dari ranjang. Ia melihat Sugeng yang tertidur begitu pulas.Sudah seprti mayat hidup batinnya, Langkahnya pelan keluar dari kamar. Tak mau membangunkan Chika yang juga sekamar dengannya. Ia berjalan pelan melewati Firman yang tidur di ruang tamu berlaskan tikar dengan selimut dan bantal kecil.Sesampainya di depan kamar Bu Winda, Retno mulai membukanya perlahan, di lihatnya sang ibu serta Mulan tidur bersisihan. Aman batinnya.Ia tutup kembali pintu tersebut lalu berjalan kembali ke kamarnya. Setelah memastikan Sugeng masih terlelap. Tangannya otomatis menjangkau HP Sugeng yan
Seminggu berlaku, tepat hri senin, Bu Winda telah berhasil membebaskan Firman dengan jaminan uang 300juta.BughhPukul Bu Winda sedikit keras pada bahu Firman. Tak hanya satu bahkan Firman mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari ibunya."Aduh Buu sakiit""Nangis terus nangiss! Huh ibu udah bebasin kamu sekarang kamu cari duit sana buat ganti duit ibu""Ampuun Buu ampun aduhh""Rasain tuh! Lain kali korupsi sana lagi biar dipenjara. Kalau sampe kamu dipenjara lagi. Gak cuma penjara yang kamu dapet. Bakal ibu g*rok itu leher kamu! "Reflek, Firman mencekal lehernya sendiri. Sedikit miris mendengar ibunya akan bertindak kejam."Y-ya aku korup juga karena Shela Bu" cicitnya."Nah kan! Sekarang kemana itu perempuan j*lang itu? Hilang kan? Diperbudak aja kamu itu. Udah ayo pulang. Ibu udah pesan taxi! ""I-iya Bu"Tubuh kurus Firman serta potongan rambut yang acak-acakan khas seorang napi membuat beberapa orang memandangnya sedikit aneh. Tak jarang pula ada yang terang-terangan berucap yang t
Kringg Kringg"Halo""Halo bu, saya sudah melihat tanah yang akan ibu jual. Di sana ternyata tidak se strategis yang ibu bilang ya. Ternyata masih berada di pelosok. saya tidak bisa membeli dengan harga yang ibi tawarkan. Bagaimana jika 300juta? ""400 lah pak""Tidak bisa bu""Yaudah 350""320""Iya deh 320. jadi kapan saya akan dapat duitnya? ""Ibu sekarang di mana? ""Saya di jakarta pak. Atau biar bapak transfer aja duitnya? Saya buat ATM hari ini juga""Baiklah bu. begitu saja""Iya Pak terimakasih"BibSeperti itulah obrolan pagi ini, Bu Winda yang terobsesi ingin membebaskan Firman menjual tanah satu-satunya peninggalan bapaknya dulu. Sebelumnya, ia telah memikirkan jauh-jauh hari tentang apa saja resiko jika tanah yang ia punya ini akan habis terjual. Bisa saja dirinya akan benar-benar jatuh miskin atau mungkin dibenci salah satu anaknya karena memprioritaskan anak yang satunya.Setelah berfikir ribuan kali, akhirnya Bu Winda mulai berkemas dan akan menuju ke Bank hari ini. I