Share

Gendis 2

last update Last Updated: 2025-11-05 20:46:42

Gendis melajukan mobil menuju ke rumah. Jangan tanya ke mana Reyhan. Gendis sudah mengusirnya karena rumah itu dibeli atas nama dirinya. Reyhan entah pulang kemana, ibu satu anak itu sudah tidak peduli lagi.

"Mbak Gendis yakin dengan apa yang dilakukan saat ini?" tanya sang asisten saat mobil berhenti di lampu merah jalan menuju rumah Gendis.

"Yakin. Lagi pula, semua bukti sudah aku kantongi. Mau apa lagi dia?" Gendis mengembuskan napas kasar. "Nov, aku harusnya peka. Dari awal dia udah selingkuh. Bodohnya aku malah memaafkan. Dia itu hanya karyawan aku," kata Gendis yang kali ini semakin kesal.

"Mbak... sebenarnya aku mau cerita dari lama...." Novita tampak menjeda kalimatnya, sengaja memilih kalimat yang tepat agar tidak menambah rumit masalah rumah tangga Gendis.

"Kamu ngomongnya di rumah aja. Tanggung, bentar lagi sampai rumah," potong Gendis dengan cepat.

Novita hanya diam saat ini. Antara takut dan tidak ingin memperkeruh keadaan. Gendis sejak dulu terkenal tegas. Saat ini sudah kembali pada setelan semula.

Sementara itu, Reyhan terpaksa pulang ke rumah kedua orang tuanya. Lebih tepatnya, rumah itu dipinjami oleh Gendis. Gendis merasa kasihan saat kedua mertuanya masih mengontrak rumah. Mereka sering kali pindah-pindah.

"Gendis dapat dari mana semua bukti itu, Han?" tanya Bu Rusmi yang saat ini sedikit takut.

"Aku juga ndak tahu, Bu. Apa ada temanku yang bocorkan, ya? Tapi, kayaknya nggak mungkin," sangkal Reyhan merasa kali ini di ujung tanduk.

Reyhan dalam keadaan tidak bisa berpikir. Ia takut jika Gendis benar-benar membuat gugatan. Masalah perselingkuhan, KDRT, dan masih banyak masalah lain akan menjadi poin utama bagi hakim menyetujui gugatan itu. Reyhan tidak mau kehilangan Gendis.

"Kamu lebih baik minta maaf sama istrimu, Han. Janji jangan bikin-bikin masalah lagi," kata Bu Rusmi setelah mereka diam dalam pikiran masing-masing.

"Tadi Ibuk nggak lihat apa? Gendis datar aja. Aku bahkan sudah sujud di kaki dia, Bu. Belum lagi aku malu, harus batalin pesananku. Tiga ratus juta. Aku beli cincin berlian," kata Reyhan dengan enteng.

"Kamu beli cincin berlian?" Bu Rusmi kaget saat mendengar ucapan sang anak. "Kamu beli buat Gendis?" desak Bu Rusmi sangat ingin tahu.

"Ya, enggaklah, Bu. Itu buat Tanti. Dia ada di Hongkong. Rencananya aku mau nikah siri sam dia. Eh, tapi malah apes ketahuan duluan sama Gendis." Reyhan tampak tidak merasa bersalah sama sekali.

Bu Rusmi hanya bisa melongo. Ia bahkan tahu dengan benar siapa wanita yang disebut oleh sang anak. Tanti bukan perempuan idaman keluarga Reyhan karena berasal dari keluarga biasa. Tapi, Bu Rusmi tidak tahu jika Tanti sudah berubah saat ini.

"Tanti mantan pacar kamu saat SMA?" Bu Rusmi ingin memastikan.

"Iya, siapa lagi, kalo bukan dia. Tanti emang TKW, Bu. Tapi, sekarang dia sudah kaya dan sukses. Tanti nggak kalah kaya sama Gendis. Malah bisa jadi, Tanti lebih kaya dari Gendis." Reyhan menjelaskan dengan santai.

Paham sekarang apa yang diincar Reyhan dari Gendis? Harta. Reyhan tidak akan peduli apa yang dialami oleh Gendis saat ini. Sosok pekerja keras itu memang apes setelah menikah dengan Reyhan.

"Han... berapa kali kami sebagai orang tua kamu bilang. Jangan sama si Tanti. Jelas kami punya alasan. Bibit, bebet, dan bobot itu harus dipertimbangkan. Tanti itu tidak jelas asal-usulnya, Han. Dia hanya anak angkat Pak Suwarno." Pak Idam menjelaskan kembali pada sang anak.

"Pak, kalo masalah bibit, bebet, dan bobot, Gendis juga nggak jelas di mana Bapaknya," sanggah Reyhan merasa tidak terima saat sang ayah menjelekkan Tanti.

"Gendis itu beda. Bapaknya dia jelas, Pak Akbar. Hanya saja, orang tuanya berpisah saat Gendis usianya dua tahun. Kami, tidak pernah setuju kamu dan Tanti bukan tanpa sebab. Tanti lahir dari seorang pelacur, Han. Itu kenapa, Tanti punya wajah blasteran. Ibunya Tanti juga tidak tahu siapa ayahnya." Pak Idam kali ini sangat marah. "Sedikit banyak, Gendis itu membantu perekonomian kita semua. Kamu lihat? Dua kakakmu yang tadinya menganggur saat ini punya pekerjaan dan juga rumah tinggal. Bagaimana jika kalian sampai cerai?" tanya Pak Idam dengan bada putus asa.

"Itu yang sedang aku pikirkan, Pak." Reyhan beranjak dari duduknya dan langsung masuk ke dalam kamar.

Reyhan merebahkan tubuh di atas kasur. Ia mencari Gendis di sosial media. Hilang! Tidak ada jejak. Reyhan kembali mencari dengan akun lain. Sama saja, nama Gendis Padmawati tidak ada sama sekali.

'Apa aku diblokir, ya. Awas aja sampek blokir aku. Aku buat sengsara!' Reyhan merasa tidak bisa terima dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Sementara itu, kakak Gendis--Nawang, kali ini sedang membawa sang ibu ke rumah sakit. Bu Sulastri mendadak drop karena masalah yang menimpa anak bungsunya. Ia sama sekali tidak peka dalam beberapa bulan ini. Gendis sedang menderita.

"Buk, jangan nyalahin diri sendiri. Mungkin aja, Gendis emang mau selesaikan masalah rumah tangganya sendiri dulu. Kita semua belum tahu bagaimana dan apa yang diinginkan Gendis," kata Nawang mencoba menghibur hati sang ibu.

"Nggak gitu, Wang. Ibuk hanya merasa bersalah. Selama ini, Reyhan itu selalu bilang, Gendis mau menang sendiri dan memperlakukannya seperti babu. Ternyata tidak benar. Di luar sana, laki-laki brengsek itu malah asik-asikan sama banyak perempuan. Mana pakai uang adikmu pula," kata Bu Sulastri yang saat ini mengusap air mata.

"Buk... Gendis itu tidak bilang sama kita, karena nggak mau ada kehebohan. Dia tahu apa yang harus dilakukan kok. Reyhan aja yang emang kurang ajar," kata Nawang membuat Bu Sulastri menoleh.

"Kamu hubungi adekmu. Bilang sama dia, amankan semua aset. Feeling Ibuk udah nggak enak. Reyhan dan keluarganya pasti nanti akan minta ini dan itu kalo sampai adikmu menggugat cerai." Bu Sulastri dengan sedikit tenaga meminta Nawang agar menghubungi anak bungsunya itu. "Ingat, rumah yang ditinggali Bu Rusmi itu milik adikmu. Jadi, sebelum ada kegaduhan, sebaiknya Gendis harus paksa mereka keluar rumah itu.

Nawang pun langsung menghubungi sang adik. Ucapan sang ibu ada benarnya. Keluarga Reyhan memang seperti benalu. Semua minta kerja di restoran milik Gendis. Mereka tidak tahu saja bagaimana dulu Gendis jungkir balik membangun restoran itu.

"Nggak diangkat, Buk," kata Nawang menunjukkan layar benda pipih itu pada sang ibu.

"Kamu kirim pesan saja dulu. Nanti biar Gendis baca kalo sudah pegang ponsel," kata Bu Sulastri yang saat ini berusaha menata hati.

Mereka tidak tahu saja, Gendis sudah satu bulan yang lalu mendaftarkan gugatan secara diam-diam. Jangankan ibu dan kakaknya, Reyhan saja tidak tahu. Kejutan. Gendis sangat suka memberi kejutan pada siapa pun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 6

    "Lha kamu kok emosi sama aku. Sama si Ayu, adik kamulah. Makanya jangan sibuk sendiri dengan selangakan perempuan di luar sana. Perhatikan adik kamu. Berita itu udah nyebar," kata Gendis sangat santai dan membuat Reyhan mengusap wajah dengan kasar. Reyhan tidak tahu jika Ayu dan Andika ada hubungan. Ia juga tidak tahu menahu jika sang adik ipar ternyata mandul. Reyhan kali menatap Gendis yang sibuk dengan laptop di depannya. Ia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Gendis. "Kamu itu kalo mau jatuhin aku jangan juga menjatuhkan nama baik adikku dan suaminya, Ndis. Aku tahu salah. Tapi, tolonglah. Aku nggak mau masalah rumah tangga kita merembet ke mana-mana. Kamu harusnya tahu siapa Mas Andika itu. Keluarga dia rata-rata polisi. Kamu nggak takut kalo dituntut sama mereka?" Reyhan mencoba menjatuhkan mental sang istri."Lha apa aku harus takut? Makanya buka media sosial. Jangan hanya seputar circle kamu aja, Han. Berita Ayu dan Andika lagi rame di kalangan pengusaha muda." Gendis

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 5

    "Kamu sejak tadi ngoceh nggak jelas. Langsung aja ke mana arah pembicaraannya. Aku banyak kerjaan, Han," kata Gendis dengan nada datar."Kok, kamu nggak dengerin ucapanku. Aku minta maaf atas kekhilafanku, Sayang. Perempuan itu menggoda dan menjebakku. Demi Allah, aku nggak ada niat selingkuh dari kamu." Reyhan mulai memainkan akting epik yang dikatakan oleh sang ibu."Oh, ya? Aku udah tahu kok. Kamu tenang saja," kata Gendis yang mendadak berubah sikap, menjadi lebih lunak.Hati Reyhan bersorak girang saat ini. Ia tahu jika sang istri sangat bucin padanya. Ternyata benar kata sang ibu, minta maaf adalah solusi terbaik. Gendis tampak biasa saja."Oh, ya, Sayang, makasih banyak kamu udah bayarin biaya rumah sakit Ayu." Reyhan semakin tidak jelas."Oh, si Ayu sakit? Emang sakit apa?" tanya Gendis dengan wajah polos."Nggak usah bercanda, Sayangnya aku. Aku tahu, kamu suka ngasih aku dan keluargaku kejutan. Tapi, kali ini aku makasih banget. Kamu selalu ada saat aku terpuruk," kata Reyha

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 4

    Tagihan uang biaya perawatan Ayu jelas tidak main-main. Reyhan pusing dengan keadaan ini. Adam--sang adik ipar saat ini masih menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Gendis ternyata tidak main-main saat ini, laporan itu benar-benar dibuat."Pak, mohon ditandatangani, semua biaya sudah dibayarkan." Seorang perawat membuyarkan lamunan Reyhan yang sejak tadi memilih duduk di luar kamar rawat inap sang adik. "Janin dan ibunya berhasil selamat," kata perawat itu sambil menyerahkan map yang berisi jumlah tagihan milik Ayu. "Mbak... ini siapa yang bayar?" tanya Reyhan sambil menatap ke arah perawat cantik itu."Wah... kalo itu saya tidak tahu. Ini dari pihak administrasi hanya meminta saya untuk menyerahkan bukti tanda sudah lunas saja sebelum Bu Gendis pulang sore ini," kata perawat itu ramah."Oh, gitu? Baik. Terima kasih, Mbak. Mbak, saya boleh minta nomor ponsel? Siapa tahu ada yang adik saya butuhkan." Reyhan masih saja tebar pesona saat ini."Boleh, Pak." Perawat itu menyerahkan tiga

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 3

    Puluhan cabang restoran geprek milik Gendis saat ini memang sedang ramai-ramainya. Atas usulan Reyhan, Gendis akhirnya setuju buka cabang di luar kota. Bandung dan Bogor adalah salah kota yang dianggap cocok. Gendis mempercayakan semua pada sang suami. Jujur, kepercayaan itu justru membuat Reyhan bertindak sesuka hati. Pembangunan restoran itu memang sedang berjalan, tetapi suami Gendis justru semakin sibuk jajan di luar. Aplikasi kencan salah satu cara yang dipakai Reyhan untuk mendapatkan gadis-gadis itu."Kamu mau ngomong apa tadi?" tanya Gendis pada sang asisten--Novita. "Aku taruh tas dan barang-barang dulu," lanjut Gendis berjalan menuju ke arah meja besar yang letaknya di dekat ruang makan.Novita mengekori Gendis dengan perasaan takut luar biasa. Masalah rumah tangga Gendis sudah berada di ujung tanduk saat ini. Salah bicara bisa berakibat fatal. Novita tidak mau menambah masalah Gendis saat ini."Anu... Mbak Gendis, saya pernah lihat wallpaper Mas Reyhan ganti." Novita menat

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 2

    Gendis melajukan mobil menuju ke rumah. Jangan tanya ke mana Reyhan. Gendis sudah mengusirnya karena rumah itu dibeli atas nama dirinya. Reyhan entah pulang kemana, ibu satu anak itu sudah tidak peduli lagi."Mbak Gendis yakin dengan apa yang dilakukan saat ini?" tanya sang asisten saat mobil berhenti di lampu merah jalan menuju rumah Gendis."Yakin. Lagi pula, semua bukti sudah aku kantongi. Mau apa lagi dia?" Gendis mengembuskan napas kasar. "Nov, aku harusnya peka. Dari awal dia udah selingkuh. Bodohnya aku malah memaafkan. Dia itu hanya karyawan aku," kata Gendis yang kali ini semakin kesal."Mbak... sebenarnya aku mau cerita dari lama...." Novita tampak menjeda kalimatnya, sengaja memilih kalimat yang tepat agar tidak menambah rumit masalah rumah tangga Gendis."Kamu ngomongnya di rumah aja. Tanggung, bentar lagi sampai rumah," potong Gendis dengan cepat.Novita hanya diam saat ini. Antara takut dan tidak ingin memperkeruh keadaan. Gendis sejak dulu terkenal tegas. Saat ini sudah

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 1

    "Kamu yang ngotot cerai kok harus aku yang disalahkan? Kamu punya bukti apa kalo aku selingkuh?" Obrolan pasangan suami dan istri di depan dua keluarga kali ini sudah memanas. Reyhan merasa sang istri--Gendis sudah menuduh tanpa bukti di depan keluarga besar. Mereka memang sedang bertengkar besar masalah keluarga. Biasalah, konon jika menikah muda pasti ada saja masalah yang datang. Ego pasangan suami dan istri itu terusik satu sama lain. Lima tahun menjalin rumah tangga ternyata tidak membuat Reyhan berterima kasih pada sang istri. Rayhan bukan siapa-siapa tanpa Gendis. Mereka juga sudah dikaruniai seorang putra yang tampan berusia empat tahun. Apa yang sebenarnya Reyhan cari selama ini."Ndis, kamu jangan nuduh suami kamu yang bukan-bukan. Reyhan juga kerja, 'kan buat nafkahin keluarga. Menurut Ibu, dia laki-laki yang bertanggungjawab kok. Hanya kamu saja yang inginnya dimengerti terus." Bu Sulastri--Ibunya Gendis sangat membela menantu pembohong itu."Kamu harusnya dengarkan kata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status