Share

Gendis 6

last update Last Updated: 2025-12-09 20:06:47

"Lha kamu kok emosi sama aku. Sama si Ayu, adik kamulah. Makanya jangan sibuk sendiri dengan selangakan perempuan di luar sana. Perhatikan adik kamu. Berita itu udah nyebar," kata Gendis sangat santai dan membuat Reyhan mengusap wajah dengan kasar.

Reyhan tidak tahu jika Ayu dan Andika ada hubungan. Ia juga tidak tahu menahu jika sang adik ipar ternyata mandul. Reyhan kali menatap Gendis yang sibuk dengan laptop di depannya. Ia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Gendis.

"Kamu itu kalo mau jatuhin aku jangan juga menjatuhkan nama baik adikku dan suaminya, Ndis. Aku tahu salah. Tapi, tolonglah. Aku nggak mau masalah rumah tangga kita merembet ke mana-mana. Kamu harusnya tahu siapa Mas Andika itu. Keluarga dia rata-rata polisi. Kamu nggak takut kalo dituntut sama mereka?" Reyhan mencoba menjatuhkan mental sang istri.

"Lha apa aku harus takut? Makanya buka media sosial. Jangan hanya seputar circle kamu aja, Han. Berita Ayu dan Andika lagi rame di kalangan pengusaha muda." Gendis tersenyum sinis pada laki-laki yang kini tampak kaget. "Ya, monggo-monggo aja kalo emang mau tuntut aku. Silakan," kata Gendis menantang.

Reyhan langsung membuka media sosial. Benar, berita tentang sang adik sedang sangat ramai. Ah, ya, Gendis tidak salah. Ia yang tidak tahu menahu perihal masalah ini.

"Ndis, ini pasti salah paham," kata Reyhan mencoba menunjukkan berita itu pada Gendis yang tampak tidak peduli.

"Apa yang salah paham? Netizen itu lebih canggih, Han. Kamu harusnya terima kasih sama netizen. Mereka secara tidak langsung dan secara gamblang membuka siapa Ayu sebenarnya. Atau, kamu dan ibumu tahu, tapi diam aja? Ditutupi gitu, biar dapat uang tanpa susah payah kerja." Ucapan Gendis jelas melukai harga diri Reyhan saat ini.

"Keluargaku nggak serendah itu, Ndis," kata Reyhan sambil berbalik badan dan meninggalkan Gendis saat ini.

Hati kecil Gendis tertawa terbahak-bahak. Ia suka keterkejutan Reyhan saat ini. Ayu juga kena batunya. Ia tidak tahu saja, akan ada sanksi sosial yang diterimanya nanti.

Sementara itu, siang ini Ayu sudah diizinkan pihak rumah sakit untuk pulang. Ia hanya diwajibkan kontrol saja satu minggu sekali untuk mengecek keadaan janin dalam perutnya. Ayu hanya bersama sang ibu saat ini. Adam jelas tidak bisa menemani Ayu.

"Buk, Mbak Gendis kok masih baik, ya? Aku nggak sangka saja kalo dia mau bayarin uang rumah sakit aku," kata Ayu yang saat ini tampak senang.

"Jangan senang dulu, Yu. Nggak mungkin Gendis nggak punya maksud tertentu. Kakakmu kemarin bertengkar hebat sama istrinya. Makanya kamu hati-hati kalo bicara sama kakakmu. Dia bisa kapan saja emosi," kata Bu Rusmi memberikan nasihat pada Ayu.

"Bertengkar kenapa, Bu? Aku kemarin nggak bisa datang karena mual banget dan harus ke kantor polisi," kata Ayu yang memang tidak tahu menahu masalah sang kakak.

"Ya, Mbak Gendis nemuin bukti kalo kakakmu selingkuh dan sempat nginap di hotel." Wajah Ayu seketika langsung pucat saat mendengar ucapan sang ibu. "Kamu kenapa, Yu? Masih ada yang sakit? Kok wajah kamu sangat pucat?" tanya Bu Rusmi yang kaget dengan perubahan wajah anaknya itu.

"Oh, nggak, Bu. Kadang ini emang masih rasa-rasa nyeri. Nggak apa kok." Ayu memberikan alasan yang masuk akal pada sang ibu. "Mbak Gendis kok bisa tahu, Bu? Trus, Mas Reyhan gimana? Ngakuin?" tanya Ayu penasaran.

"Nggak cuma ngaku, Yu. Kakakmu itu sampe sujud di kaki istrinya," kata Bu Rusmi dengan nada tidak suka.

Ayu kesulitan menelan saliva. Bahaya sudah di depan mata. Sang kakak ipar jelas tahu masalah Andika. Ayu mengembuskan napas kasar.

"Yu, terus uang restorannya Gendis gimana? Jangan sampai nanti Adam malah bilang kalo itu disuruh kamu," kata Bu Rusmi membuat Ayu kaget setengah mati.

"Hah? Enggak, Buk. Aku mana ada nyuruh Mas Adam buat pakai uang restoran. Dia aja yang gegabah dan suka judol. Gini akibatnya," kata Ayu mengelak dan tidak mau disalahkan lagi.

"Bener?" Bu Rusmi mendadak tidak percaya dengan dengan Ayu. "Jangan macam-macam kamu. Gendis satu kali bongkar semua, maka semua akan terbuka. Kamu jangan sampai kena juga kaya Adam dan Reyhan," kata Bu Rusmi memberikan nasihat pada adik perempuannya.

"Ya, nggak mungkinlah, Bu. Aku nggak ada salah sama Mbak Gendis. Lagian ngapain coba aku cari masalah sama istrinya Mas Reyhan. Bisa habislah aku. Mbak Gendis itu punya uang dan kuasa." Ayu mencoba meyakinkan sang ibu.

Kali ini Ayu dan Bu Rusmi benar-benar terkejut. Barang-barang di rumah Ayu ke letakkan di teras rumah mereka. Ayu mencoba berjalan cepat karena merasa penasaran. Siapa yang berani sekurang ajar ini?

"Apa yang kalian lakukan?!" Ayu membentak beberapa laki-laki yang sedang mengeluarkan barang-barang milik Ayu.

Meja, sofa, kasur, lemari, dan masih banyak barang yang dikeluarkan oleh mereka semua. Ayu tidak paham dan merasa tidak dihargai. Banyak tetangga yang datang melihat tanpa mau memberikan bantuan. Ayu semakin geram dibuatnya.

"Kami hanya diperintahkan oleh pemilik rumah ini, Mbak." Salah satu laki-laki itu akhirnya bersuara.

"Siapa? Mbak Gendis? Rumah ini milik Mbak Gendis. Kok tiba-tiba ada pemilik baru. Kalian pasti ngaco! Trus ke mana tas mahalku?" Ayu panik saat melihat isi lemari tas dan sepatunya kosong.

"Nggak tahu. Kami datang hanya tinggal barang-barang ini." Mereka pun mengangkat semua barang dan memasukkannya ke dalam truk yang sudah disewa.

Ayu mengeram, menahan amarah yang luar biasa. Bu Rusmi yang masih terkejut hanya bisa diam saat ini. Ia bingung kali ini. Bisa saja akan bernasib sama dengan Ayu.

"Buk! Coba telepon Mbak Gendis. Ini maksudnya apa?!" Ayu sangat marah saat ini.

"Kamu urus dulu sendiri. Ibu nggak mau ikut campur karena kemarin Gendis marah besar. Coba kamu datang ke rumah Gendis dan tanya baik-baik. Gini aja, kalo kamu takut, mending ngomong sama Reyhan dulu. Siapa tahu, Gendis mau mendengarkan ucapan suaminya. Reyhan juga udah pulang ke rumah Gendis." Ayu langsung mencari nomor sang kakak.

Ayu mengembuskan napas kasar. Nomor sang kakak tidak bisa dihubungi sama sekali. Ia menatap nanar layar benda pipih dengan harap-harap cemas. Ke mana Reyhan saat ini?

"Nggak diangkat sama Mas Reyhan, Bu. Nggak biasanya dia gitu loh." Ayu sedikit putus asa.

Ayu memutuskan duduk di teras rumah. Ia tidak bisa lagi masuk ke dalam rumah. Mendadak, suara sepeda motor berhenti di depan rumah mereka. Reyhan! Dia datang tepat waktu.

"Mas... rumahku masa dijual sama Mbak Gendis. Nggak ngotak dia!" Ayu langsung bersungut-sungut mengadukan keadaannya sekarang.

"A-apa?!" Reyhan berteriak sangat kencang. "Nggak mungkin. Sertifikat rumah ini ada sama kalian. Aku ingat, waktu itu, Ibuk yang menerima sertifikat rumah ini dari Gendis." Reyhan menatap tajam ke arah Bu Rusmi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 6

    "Lha kamu kok emosi sama aku. Sama si Ayu, adik kamulah. Makanya jangan sibuk sendiri dengan selangakan perempuan di luar sana. Perhatikan adik kamu. Berita itu udah nyebar," kata Gendis sangat santai dan membuat Reyhan mengusap wajah dengan kasar. Reyhan tidak tahu jika Ayu dan Andika ada hubungan. Ia juga tidak tahu menahu jika sang adik ipar ternyata mandul. Reyhan kali menatap Gendis yang sibuk dengan laptop di depannya. Ia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Gendis. "Kamu itu kalo mau jatuhin aku jangan juga menjatuhkan nama baik adikku dan suaminya, Ndis. Aku tahu salah. Tapi, tolonglah. Aku nggak mau masalah rumah tangga kita merembet ke mana-mana. Kamu harusnya tahu siapa Mas Andika itu. Keluarga dia rata-rata polisi. Kamu nggak takut kalo dituntut sama mereka?" Reyhan mencoba menjatuhkan mental sang istri."Lha apa aku harus takut? Makanya buka media sosial. Jangan hanya seputar circle kamu aja, Han. Berita Ayu dan Andika lagi rame di kalangan pengusaha muda." Gendis

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 5

    "Kamu sejak tadi ngoceh nggak jelas. Langsung aja ke mana arah pembicaraannya. Aku banyak kerjaan, Han," kata Gendis dengan nada datar."Kok, kamu nggak dengerin ucapanku. Aku minta maaf atas kekhilafanku, Sayang. Perempuan itu menggoda dan menjebakku. Demi Allah, aku nggak ada niat selingkuh dari kamu." Reyhan mulai memainkan akting epik yang dikatakan oleh sang ibu."Oh, ya? Aku udah tahu kok. Kamu tenang saja," kata Gendis yang mendadak berubah sikap, menjadi lebih lunak.Hati Reyhan bersorak girang saat ini. Ia tahu jika sang istri sangat bucin padanya. Ternyata benar kata sang ibu, minta maaf adalah solusi terbaik. Gendis tampak biasa saja."Oh, ya, Sayang, makasih banyak kamu udah bayarin biaya rumah sakit Ayu." Reyhan semakin tidak jelas."Oh, si Ayu sakit? Emang sakit apa?" tanya Gendis dengan wajah polos."Nggak usah bercanda, Sayangnya aku. Aku tahu, kamu suka ngasih aku dan keluargaku kejutan. Tapi, kali ini aku makasih banget. Kamu selalu ada saat aku terpuruk," kata Reyha

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 4

    Tagihan uang biaya perawatan Ayu jelas tidak main-main. Reyhan pusing dengan keadaan ini. Adam--sang adik ipar saat ini masih menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Gendis ternyata tidak main-main saat ini, laporan itu benar-benar dibuat."Pak, mohon ditandatangani, semua biaya sudah dibayarkan." Seorang perawat membuyarkan lamunan Reyhan yang sejak tadi memilih duduk di luar kamar rawat inap sang adik. "Janin dan ibunya berhasil selamat," kata perawat itu sambil menyerahkan map yang berisi jumlah tagihan milik Ayu. "Mbak... ini siapa yang bayar?" tanya Reyhan sambil menatap ke arah perawat cantik itu."Wah... kalo itu saya tidak tahu. Ini dari pihak administrasi hanya meminta saya untuk menyerahkan bukti tanda sudah lunas saja sebelum Bu Gendis pulang sore ini," kata perawat itu ramah."Oh, gitu? Baik. Terima kasih, Mbak. Mbak, saya boleh minta nomor ponsel? Siapa tahu ada yang adik saya butuhkan." Reyhan masih saja tebar pesona saat ini."Boleh, Pak." Perawat itu menyerahkan tiga

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 3

    Puluhan cabang restoran geprek milik Gendis saat ini memang sedang ramai-ramainya. Atas usulan Reyhan, Gendis akhirnya setuju buka cabang di luar kota. Bandung dan Bogor adalah salah kota yang dianggap cocok. Gendis mempercayakan semua pada sang suami. Jujur, kepercayaan itu justru membuat Reyhan bertindak sesuka hati. Pembangunan restoran itu memang sedang berjalan, tetapi suami Gendis justru semakin sibuk jajan di luar. Aplikasi kencan salah satu cara yang dipakai Reyhan untuk mendapatkan gadis-gadis itu."Kamu mau ngomong apa tadi?" tanya Gendis pada sang asisten--Novita. "Aku taruh tas dan barang-barang dulu," lanjut Gendis berjalan menuju ke arah meja besar yang letaknya di dekat ruang makan.Novita mengekori Gendis dengan perasaan takut luar biasa. Masalah rumah tangga Gendis sudah berada di ujung tanduk saat ini. Salah bicara bisa berakibat fatal. Novita tidak mau menambah masalah Gendis saat ini."Anu... Mbak Gendis, saya pernah lihat wallpaper Mas Reyhan ganti." Novita menat

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 2

    Gendis melajukan mobil menuju ke rumah. Jangan tanya ke mana Reyhan. Gendis sudah mengusirnya karena rumah itu dibeli atas nama dirinya. Reyhan entah pulang kemana, ibu satu anak itu sudah tidak peduli lagi."Mbak Gendis yakin dengan apa yang dilakukan saat ini?" tanya sang asisten saat mobil berhenti di lampu merah jalan menuju rumah Gendis."Yakin. Lagi pula, semua bukti sudah aku kantongi. Mau apa lagi dia?" Gendis mengembuskan napas kasar. "Nov, aku harusnya peka. Dari awal dia udah selingkuh. Bodohnya aku malah memaafkan. Dia itu hanya karyawan aku," kata Gendis yang kali ini semakin kesal."Mbak... sebenarnya aku mau cerita dari lama...." Novita tampak menjeda kalimatnya, sengaja memilih kalimat yang tepat agar tidak menambah rumit masalah rumah tangga Gendis."Kamu ngomongnya di rumah aja. Tanggung, bentar lagi sampai rumah," potong Gendis dengan cepat.Novita hanya diam saat ini. Antara takut dan tidak ingin memperkeruh keadaan. Gendis sejak dulu terkenal tegas. Saat ini sudah

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 1

    "Kamu yang ngotot cerai kok harus aku yang disalahkan? Kamu punya bukti apa kalo aku selingkuh?" Obrolan pasangan suami dan istri di depan dua keluarga kali ini sudah memanas. Reyhan merasa sang istri--Gendis sudah menuduh tanpa bukti di depan keluarga besar. Mereka memang sedang bertengkar besar masalah keluarga. Biasalah, konon jika menikah muda pasti ada saja masalah yang datang. Ego pasangan suami dan istri itu terusik satu sama lain. Lima tahun menjalin rumah tangga ternyata tidak membuat Reyhan berterima kasih pada sang istri. Rayhan bukan siapa-siapa tanpa Gendis. Mereka juga sudah dikaruniai seorang putra yang tampan berusia empat tahun. Apa yang sebenarnya Reyhan cari selama ini."Ndis, kamu jangan nuduh suami kamu yang bukan-bukan. Reyhan juga kerja, 'kan buat nafkahin keluarga. Menurut Ibu, dia laki-laki yang bertanggungjawab kok. Hanya kamu saja yang inginnya dimengerti terus." Bu Sulastri--Ibunya Gendis sangat membela menantu pembohong itu."Kamu harusnya dengarkan kata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status