Prolog

Hanya satu kata yang bisa menggambarkan tentang diriku.

Membosankan.

Oh, sungguh, siapa yang mau tahu kisah hidupku yang sama sekali tak berwarna, penuh dengan gambar hitam-putih seperti TV zaman dulu? Aku hanya seorang gadis SMA biasa, tidak memiliki teman dan cenderung terlalu pendiam. Tidak ada yang berniat terlalu lama bersamaku, setidaknya, mengajakku mengobrol hanya untuk sekedar berbasa-basi.

Ah ... jangan berharap mereka melakukannya.

Kenapa?

Yah ... jelas. Karena aku membosankan. Mungkin, karena itulah aku juga menganggap hidupku turut membosankan. Suram, kosong, tidak menarik.

Namun ... hanya karena tindakan refleks. Di hari yang sama sekali tidak terduga. Di mana seharusnya aku sudah mati karena kecelakaan ... aku menemukan sebuah alasan untuk melakukan petualangan yang tidak pernah bisa dipikirkan siapa pun.

Petualangan yang menakutkan. Bahkan, seluruh tubuhku tidak bisa bergerak dan hanya dapat mematung dengan wajah pucat. Semua yang terjadi, semua yang kulihat, kudengar, dan semua yang aku rasakan saat itu benar-benar nyata.

Warnah merah darah ... keringat, jeritan kesakitan, dan di balik semua itu ... aku dapat melihat bagian tergelap yang selama ini tertutup rapat. Sebuah rahasia yang tidak pernah terbayangkan olehku. Sebuah kisah gelap yang menghubungkan diriku dengan pendahuluku. Sebuah ikatan yang menjerat dan memaksaku untuk menerimanya.

Kisahku. Hidupku yang berubah dalam seketika.

Hanya karena ... seekor kucing hitam yang kuselamatkan.