“Haduuuhhhh! Ini kenapa mama keluar segala sih?! Arrrggghhhhhh!” teriak Rena dalam hati.
“Gak kenapa-kenapa ma, ini Rendy udah mau pulang kok. Iya kan Ren?” tanya Rena sambil melotot ke arah Rendy.
“Oohhh iya. Niatnya tadi gitu sih tante, cuma saya pikir sapa tante dulu aja sebentar baru pulang,” ucap Rendy sambil merapikan bajunya yang kusut sehabis didorong Rena.
“Ya sudah ayo masuk kalau gitu. Duuuhhhh senengnya calon mantu dateng,” ucap Fiona dengan wajah cerah.
“Mamaaaaaaaaa….”
Rena mendengus sebal. Jelas sekali Fiona mengabaikan anak perempuannya yang panas itu.
“Kok kalian bisa barengan? Habis kencan yaaaa?” tanya Fiona usil saat mereka bertiga sudah duduk di kursi ruang tamu.
“Enggak maaa, cuma anter pulang biasa,” jawab Rena cepat.
Rena tidak ingin Rendy menjawab pertanyaan mamanya itu sembarangan.
“Kiiiiii….&
Laura mengernyitkan dahinya.“Apa?” tanya Laura ketus.Rena belum menceritakan apapun pada Laura sehingga gadis itu tak punya informasi apapun. Kedua sahabat itu baru akan bertemu hari minggu besok.“Rena tanya aku mau sama dia atau kenangan kita…”Sebelum Rendy menjelaskan lebih lanjut, Laura langsung mendesah. Tentu saja Rendy langsung heran dengan sikap Laura itu.“Kenapa sih?” tanya Rendy heran.Pria itu kesal. Dia serius ingin bercerita, kenapa pula gadis di depannya ini harus mengacaukan suasana.“Wajar sih dia akan tanya begitu ke kamu,” jawab Laura lembut.Laura yang semula terasa tak bersahabat itu tiba-tiba menjadi lunak. Menyadari perubahan itu, Rendy merasa akan segera mendengar sesuatu yang tidak menyenangkan.“Kamu tahu kan dulu pas SMA aku sama Angga pacaran?” tanya Laura.“Hmmm, tahu sih. Tapi bukannya pas kelulusan kali
“Karena Rena, si high quality jomblo spek bidadari itu dengan bodohnya masih suka sama kamu,” ucap Laura kesal.Laura heran, bukankah sudah jelas sekali ya jawaban atas pertanyaan tadi hanya ada satu? Masih cinta!Rena menolak Rendy sudah pasti karena terlalu takut akan mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya. Namun, Rena juga tidak bisa membuka hati untuk orang lain. Dia tak ingin memulai hubungan baru dengan Rendy yang masih bersemayam kokoh di hatinya.“Kamu serius?”Rendy tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Rena yang menolaknya dengan tegas itu masih menyukainya?“Iya, masih. Terus bisa gak jangan kelihatan sejelas itu kalau lagi bahagia?”Melihat senyum Rendy yang mengembang itu membuat Laura sangat kesal.“Masa terberat dia adalah putus dari kamu. Murung, nangis dan teriak tiap hari udah dia laluin. Lewat dari semua itu, sampai detik ini, kemana pun dia pergi dia selal
Rendy mengerjap. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Aaa... Eeee... Eeeehhmmm... Maaf tante, gimana maksudnya?" tanya Rendy salah tingkah."Aadduhhh Reeenn, kan udah ditanya tadi mau nikah sama Rena atau enggak. Masa ulang pertanyaan yang sama sih? Pinteran dikit laaaaahhh," batin Rendy.Pria itu sedang mengutuk dirinya sendiri dalam hati."Iyaaa, tante tanya. Kamu mau gak kalau misalnya nikah sama anak tante?" tanya Fiona.Sejujurnya Rendy bingung. Rena menolaknya, dia sendiri bahkan belum bisa memastikan perasaannya. Namun, jika ia menjawab 'tidak', kesempatannya untuk mendapatkan Rena jelas akan tertutup."Kemarin pas kamu sama mama kamu main ke rumah, kami memang terkesan bercanda. Tapi, kalau kalian mau, kita berdua serius akan jodohin kalian. Kali ini, tante tanya kamu dengan serius. Apakah kamu mau menikah dengan Rena?"Rendy paham situasi mencekam ini bukan situasi yang tepat untuk bercanda. Meski terlihat tid
Rendy kembali duduk."Apa yang kamu takutin?" tanya Rendy."Aku takut kamu merasa aku terpaksa."Rena tak melanjutkan kalimatnya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan."Terpaksa nikah sama kamu kalau aku turutin permintaan mamaku. Jadi, aku minta waktu untuk pertimbangin. Aku gak mau kecewain mamaku, tapi aku juga masih berat rasanya kalau harus menikah sama kamu," jelas Rena."Aku tahu," gumam Rendy.Rendy tahu bahwa Rena pasti merasa berat untuk menikah dengannya. Hanya saja, dia juga senang Rena mau memikirkan hal itu dengan serius."Aku gak bisa janji akan jawab iya. Tapi kalau aku selesai mikir, terus jawabannya iya dan kamu masih bersedia nikah sama aku, kamu mesti inget kalau aku udah pertimbangin dengan baik. Aku cuma pengen kamu tahu itu, makanya kau setuju makan bareng sama kamu sekarang," jelas Rena.Rendy bisa melihat wajah malu Rena sembari gadis itu mengutarakan niatnya."Gengsinya yang ti
"Ogaaaahhhh, kamu aja pokoknya Ren. Kamu kan tahu aku dari dulu males banget tampil di depan umum begitu," ucap Tere.Tere Alina Hennesy, gadis blasteran Inggris itu tidak menyukai keramaian hingga sekarang. Pekerjaan yang ia pilih agar tak harus terlibat dengan kebisingan kantor adalah menulis novel.Novel Tere adalah salah satu novel Indonesia yang diterbitkan dalam beberapa bahasa dan juga diadaptasi menjadi film. Tentu saja, semua itu ia lakukan tanpa muncul satu kali pun ke publik."Sekali-kaliiiii, di nikahan Laura doaaannngggg," gerutu Rena."Gaaakkkk, jawabannya akan selalu enggak," jawab Tere."Kok kalian tega gitu siiihhh, kan aku nikah cuma sekaliiii. Momen sakral niihhhhh..." rajuk Laura pada mereka berdua.Rena dan Tere jadi tidak enak hati. Mereka adalah sahabat terdekat Laura.Dari semua tamu selain keluarga, Laura pasti mengharapkan kontribusi lebih dari mereka berdua."Mau nangis tuh, kamu aja gih..." sikut Ren
Rendy pun langsung melihat layar ponsel Rena yang tertera "Ferdian"."Yuk jalan..." ucap Rena setelah menolak panggilan dari Ferdian.Rena juga langsung membalikkan layar ponselnya.[ Kok gak diangkat? ]Melihat notifikasi pesan itu, Rena langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Gadis itu memilih diam sepanjang perjalanan.Rendy yang tak ingin memperburuk suasana hati Rena juga memilih untuk diam."Sampeeee..." ucap Rendy setelah mereka sampai.Rena tampak tidak antusias. Dia keluar dari mobil dengan lesu, masih enggan bersuara."Dasar pria menyebalkan" maki Rendy pada Ferdian dalam hati.Meski kesal, Rendy tetap berusaha tersenyum di depan Rena. Rendy merasa suasana hati Rena semakin buruk melihat restoran bakmi yang sangat ramai itu."Duh, waiting list nih kayaknya," gumam Rendy."Tunggu di sini ya, Ren," ucap Rendy pada Rena."Aku ikut aja, Ren. Gak mau sendirian," kata Rena.Ren
"Halo... Pak... Saya bukan Silvi, ini siapa ya? Boleh jelasin dulu kenapa bapak cari Silvi?" tanya Rena berusaha menekan emosinya."MANA SILVI? SURUH DIA BAYAR HUTANG! MAU CUMA DAPET DUIT AJA, BAYAR GAK SANGGUP. KALAU GAK SANGGUP BAYAR JANGAN PINJEM!""Pak... Maaf ya, anda bisa kan bicara santai saja. Silvi siapa yang anda cari?""SILVIA ANDARINA LAH! SIAPA LAGI? BUDEG YA LO?!""Apa-apaan pria ini? Kurang ajar sekali!" maki Rena dalam hati.Rena yang diam sebentar itu menatap Mitha dan Rendy berjalan santai melewati dirinya."Kamu kenapaaa?" tanya Mitha dengan suara pelan."Gak apa, lanjut aja lanjut..." jawab Rena yang tak kalah pelan."Beneran kamu gak apa?" tanya Rendy.Terlihat sekali pria itu mengkhawatirkan Rena."Gak apa, lanjut aja kalian kalau mau pergi," jawab Rena lagi."Pak, Silvia Andarina sedang tidak ada di kantor. Sebaiknya anda langsung menghubungi ponsel Silvi saja, yang anda hubungi sekar
"Aku gak janji ya mbak, kan ada beberapa orang yang lewat tadi pas aku lagi ngomong sama debt collector. Apalagi mbak tahu perlakuan Silvi itu parah banget ke aku. Jadi jangan berharap banyak, aku gak sebaik itu mbak," jawab Rena datar."Kenapa harus capek-capek rahasiain, biarin aja dia malu. Kalo emang bukan dia, biarin aja entar dia klarifikasi sendiri. Ngapain aku harus pusing pikirin dampak yang bakal dia dapet," gerutu Rena dalam hati.Rena langsung berdiri bersiap untuk keluar ruangan."Terus uangnya gak apa mbak gak usah dibalikin, anggap aja aku nyumbang. Buang sial. Aku pamit balik ke meja mbak," pamit Rena pada Hanna.Hanna tak bisa berkata apa-apa untuk menahan Rena. Wanita itu coba memposisikan dirinya di kaki Rena."Jika aku Rena, sepertinya aku akan langsung membuat pengumuman ke seluruh kantor agar dia malu," gumam Hanna.***"Si gatel lewat tuh...""Kapan sih dia resign, kesel banget harus lihat dia lewat..."Meski celaan ini sudah menjadi santapan sehari-hari, tetap