Share

Bab 7

Author: Fortunata
last update Last Updated: 2023-07-10 14:37:11

Pelahan, Ferdian berjalan ke arah tempat mereka.

Ferdian terus mendekat. Untungnya, pria itu melewati mereka dengan tenang dan duduk di tempat yang cukup jauh.

“Fiiuuuhhhh,” ucap Mitha lega.

Meski begitu, nafsu makan Rena yang sudah hilang tetap tidak bisa kembali.

“Kenapa sih emangnya?” tanya Rendy.

“Itu namanya Ferdian, dia suka sama Rena.”

“Mitthhhaaaa…” ucap Rena dengan mata yang sudah membesar.

Mendengar itu, raut wajah Rendy berubah menjadi tidak menyenangkan.

“Hmmm… Terus kenapa kamu enggak mau dia gabung?” tanya Rendy pada Rena.

“Dia adalah sumber penderitaan Rena di kantor,” celetuk Mitha.

“Maksudnya?” tanya Rendy heran.

“Ferdian itu pacaran sama anak divisi dia juga yang namanya Silvi. Tapi mereka putus karena Ferdian suka sama Rena. Dia bilang terang-terangan sama Silvi kalau dia mau fokus dapetin Rena,” jelas Mitha.

"Aaaahhhh, yang itu ternyata orangnya," batin Rendy.

“Terus gimana? Kamu suka sama dia juga, Ren?” tanya Rendy pada Rena yang sudah memijat kepalanya. Kepala Rena mendadak terasa sakit.

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Rendy tanpa ia sadari. Terbesit rasa takut dalam dirinya.

"Kamu gila ya? Enggak mungkin!" jawab Rena tegas.

"Weehhh, santai bro! Aku kan cuma nanyaaa."

Rendy benar-benar refleks berkata seperti itu, ia tak menyangka bahwa Rena akan menyatakan penolakan dengan cukup lantang.

“Maaf..." ucap Rena.

"Aku enggak suka dia, Ren. Dia udah aku tolak. Tapi, dia tuh anggapnya kalau dia kurang berjuang gitu loh. Jadi tuh kayak dia akan terus deketin aku sampai aku jadi luluh. Pusing sama orang kayak begitu,” jelas Rena.

"Konsep perjuangan cinta nih ceritanya?" ucap Rendy.

Setelah mendengar kalimat Rendy barusan, raut wajah Rena berubah. Semula memang gadis itu sudah kesal, hanya saja ekspresi yang Rena tunjukkan kali ini membuat Rendy takut.

"Coba deh kamu tarik celana kain Rena sampai ke lutut," saran Mitha pada Rendy.

"Miittt..... jangan ngaco!"

Lagi-lagi Rena melotot pada Mitha.

"Memangnya ada apa sih?" tanya Rendy penasaran.

"Enggak ada apa-apa," jawab Rena cepat.

"Coba aja buka," kata Mitha lagi.

"GAK! Jangan macem-macem kamu Ren," ucap Rena pada Rendy.

"Udah biarin aja sik dia lihat," kata Mitha.

"Apa sih Miitttt..."

Di tengah ocehan dua gadis itu, Rendy yang penasaran benar-benar menaikkan satu celana kain Rena hingga ke lutut.

"Rendddyyy...."

"Itu apa Ren? Kamu kenapa? Kok bisa lebam gede begitu sih?" tanya Rendy.

Sebelum Rena menggeser kakiknya, Rendy sudah terlanjur melihat luka yang ada di lutut Rena.

“Bukan urusan kamu,” jawab Rena.

“Rena! Itu lebam sebesar itu gimana ceritanya sih?”

Rendy benar-benar geram karena Rena tidak menjawab pertanyaannya.

“Didorong Silvi,” ucap Mitha.

“Cewek jahat itu terus-terusan jahat ke Rena. Enggak cuma itu, si Ferdian juga enggak kalah nyusahin. Dia sampai nanya rumah Rena di mana sama temen-temen di tim kita dan sama HRD juga. Bilang mau lamar Rena ke orang tuanya,” jelas Mitha.

“Terus kalian pada kasih?” tanya Rendy tak habis pikir.

“Enggak lah. Rena cerita ke kita semua di tim kalau dari awal dia enggak suka. Anak ini nih yaaa sampai tunjukin chat dia sama Ferdian dan sumpah-sumpah bilang kalau dia enggak genit ke dia,” kata Mitha.

“Udah Mit udaaahhh iihhh.”

“Enggak bisa Renaaaa, mereka tuh keterlaluan soalnya,” ujar Mitha geram.

“Aku kasih tahu ya ke kamu. Si Silvi itu anggap Rena benalu di hubungan dia dan Ferdian. Benci banget pokoknya dia sama Rena. Dia tuh jahat banget! Pernah Rena lagi buru-buru terus dia sengaja siram air ke lantai, jadinya Rena jatoohhh. Terus tuh yaaa…”

“Udah Miiitttttt! Udah mau jam 1, cepetan naik ayoo,” ucap Rena sembari menarik Mitha untuk segera pergi.

“Tapiii… Tunggu… Kan belum selesaiiii,” kata Rendy.

Rena tidak menggubris Rendy dan buru-buru membawa Mitha pergi.

"Mithaaaaa, kenapa sih ember bangeeetttt?"

Rena tak membawa Mitha ke kantor. Ia menyeret Mitha ke kedai kopi yang masih ada di area kantor mereka untuk mengobrol.

"Biarin aja issshhh, biar temen kamu itu tahu dan jadi enggak mau sama Silvi," jawab Mitha.

"Maksudnya?" tanya Rena heran.

"Aku ada denger ada anak-anak yang minta Silvi gebet si Rendy. Apa lagi mereka tahu Rendy tuh temen kamu, makin disuruh-suruh deh. Emang kamu rela gitu temenmu jadian sama nenek lampir begitu?"

"Yaaaa, kalau Rendy nya mau juga aku enggak bisa apa-apa."

"Yaa jangan sampai mau dong, Ren! Lagian dia kelihatan jelas kok sukanya sama kamu, jangan sampai kehasut sama berita enggak bener. Udah kamu sama si Rendy aja," ucap Mitha mencubit lengan Rena.

"Awww, sakit ihh Mitthhhaaa!"

"Biarin!"

***

"Heran deh. Gila ya kamu? Dendam kok segitunya banget, ambil aja sih mantan pacarmu itu. Aku enggak mau sama dia, paham enggak sih sama kata-kata 'aku enggak mau'? Lulus SD kan?"

Kali ini Rena benar-benar murka. Silvi lagi-lagi ingin mendorongnya. Untung saja Rena tidak terjatuh lagi, kakinya saja belum sembuh.

"Duh... Kayaknya ada yang ngomong deh. Tapi siapa ya?" ucap Silvi pura-pura tidak mendengar Rena.

Tingkahnya benar-benar lebih parah dari anak kecil. Silvi pun pergi dengan santai.

"Ck, harusnya jatoh lagi tuh si gatel. Biar cacat aja sekalian," gumam Silvi sambil berjalan menjauh.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, Silvi tak menyadari bahwa dia baru saja melewati Rendy. Melihat Rena yang sudah memasang raut wajah tak menyenangkan di depan sana, Rendy menyadari bahwa yang Silvi maksud adalah Rena.

"Reennn..." ucap Rendy memanggil Rena.

"Kamu enggak apa-apa?” tanya Rendy.

“Enggak…” jawab Rena singkat.

"Dasar orang gila!"

Kali ini gantian Rena yang memaki.

"Ren, gimana kalau kamu pacaran sama aku?" tanya Rendy pada gadis di depannya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 22

    "Bodoh sih sejujurnya, kan gue udah bilang putusin ajaaa cowok kayak gitu. Cowok yang gak mau coba untuk deep talk tuh buat apa sih dipertahanin? Aaaaarrrggghhhh!! Sebel!!!!!"Rena hanya bisa mengumpat dalam hati. Dia tidak tega harus berkata seperti itu pada Mitha yang sedang sedih dan sakit."Sabar Rena saabbaaarrrrrr," batin Rena."Enggak mit, enggak bodoh kok. Jangan nangis lagi ya, Mit. Lo harus fokus buat sembuh dulu ya..."Rena hanya bisa mengucap hal itu berulang-ulang bak mantra sihir hingga tiba di apartemen Mitha.Mitha hanya menangis sesegukan di sepanjang jalan. Terlihat wanita yang pucat pasi itu menahan diri agar tidak berteriak histeris."Ren, kamu gendong aja ya. Kasihan kalo dibangunin," ucap Rena pada Rendy usai pria itu memarkirkan mobil di parkiran apartemen Mitha."Kamu gak cemburu?" tanya Rendy.Anehnya, Rena merasa senang dengan pertanyaan Rendy barusan. Perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu, dadan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 21

    "Malam dok," jawab Rena dan Mitha bersamaan."Saya demam," jawab Mitha lemah.Rasa dingin Mitha sudah sedikit berkurang kali ini."Sudah berapa hari demamnya mbak?" tanya dokter Yasmine."Dari kemarin malam mbak. Saya jam empat pagi tadi juga udah sempat ke klinik dan minum obat dari dokternya. Cuma memang demamnya belum turun-turun," jelas Mitha."Kalau saya boleh tahu, mbak nya diberi obat apa saja ya oleh dokter klinik?""Saya dikasih obat demam, obat radang tenggorokan, antibiotik sama vitamin dok. Untuk nama obatnya saya gak inget dan gak bawa juga," kata Mitha.Mitha menyesali mengapa tidak sempat memotret obat yang ia dapat dari klinik."Tadi dia buru-buru saya bawa ke sini karena udah terbaring di lantai pas saya sampai di apartemennya dok, makanya gak kepikiran buat bawa obatnya juga," jelas Rena pada dokter Yasmine."Baik kalau begitu. Maaf sebelumnya, dengan mbak siapa?""Saya Rena, teman saya ini Mitha, dok..."Dokter Yasmine pun tersenyum dan memegang kening Mitha."Cukup

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 20

    "Pfffftttt... ppfffffttt..."Rena benar-benar berusaha menahan tawanya."Tadi katanya gak akan ketawaaaaaa??" tanya Mitha cemberut.Meski begitu, Mitha tidak marah pada Rena."Iya... okee... maaf.. maaf.. aku gak akan ketawa lagi..."Rena berusaha berhenti tertawa secepat mungkin. Jujur saja, perut gadis itu sampai sakit menahan tawa."Ehhmmm... eehhheemmm..."Rena berdehem untuk membantu dirinya sendiri agar tak tersenyum. Gadis itu dengan cepat meraih botolnya agar bisa minum sehingga fokusnya dapat segera teralihkan."Okeee, tanya ke chatGPT," ucap Rena berusaha kembali serius pada topik pembicaraan mereka."Terus apa kata chatGPT?" tanya Rena usai meletakkan botolnya kembali ke meja.Mitha memajukan bibirnya. Meski terlihat tak senang, Mitha tetap ingin bercerita tentang kebodohan yang telah lama ia pendam ini."Menurut chatGPT, hal itu dikarenakan dalam hati aku merasa enggak dianggap sebagai bagian dari hidup pacarku. Umumnya, undangan pernikahan adalah ajang perkenalan pasangan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan    Bab 19

    "Dia adalah contoh nyata dari istilah 'kalau udah cinta, tai ayam pun rasa coklat'. Gak usah terlalu dipikirin," jawab Mitha dengan mimik wajah jutek andalannya."Pfffttttt, bisa-bisanya lo Mit..." sahut Olivia.Olivia sendiri tidak pernah terpikir lagi dengan istilah jadul itu hingga Mitha menyuarakannya."Hahahaa...""Hahaha, tapi bener juga sih ya.""Emang dia segitunya banget..."Seluruh anggota tim jadi menertawakan celotehan Mitha sebelumnya. "Halo???" ucap seseorang memecah gosip sore Rena and friends.Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara."Jamal... Jamal... Bisa-bisanya dateng sekarang, lagi seru nih kittaaaa..." ucap Olivia sedikit merajuk pada Jamal."Bikin kaget aja..." gumam Mitha."Hehe... Maaf ya, maaf banget. Bentar doang kok. Mau kasih undangan nikah buat kalian satu divisi," jawab Jamal malu-malu.Jamal pun meletakkan undangan fisik berbentuk amplop berwarna merah ke meja yang paling dekat dengannya."Waaahhh... Selamat Jamaallll, akhirnyaaaa...""Widihh

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 18

    "Aku gak janji ya mbak, kan ada beberapa orang yang lewat tadi pas aku lagi ngomong sama debt collector. Apalagi mbak tahu perlakuan Silvi itu parah banget ke aku. Jadi jangan berharap banyak, aku gak sebaik itu mbak," jawab Rena datar."Kenapa harus capek-capek rahasiain, biarin aja dia malu. Kalo emang bukan dia, biarin aja entar dia klarifikasi sendiri. Ngapain aku harus pusing pikirin dampak yang bakal dia dapet," gerutu Rena dalam hati.Rena langsung berdiri bersiap untuk keluar ruangan."Terus uangnya gak apa mbak gak usah dibalikin, anggap aja aku nyumbang. Buang sial. Aku pamit balik ke meja mbak," pamit Rena pada Hanna.Hanna tak bisa berkata apa-apa untuk menahan Rena. Wanita itu coba memposisikan dirinya di kaki Rena."Jika aku Rena, sepertinya aku akan langsung membuat pengumuman ke seluruh kantor agar dia malu," gumam Hanna.***"Si gatel lewat tuh...""Kapan sih dia resign, kesel banget harus lihat dia lewat..."Meski celaan ini sudah menjadi santapan sehari-hari, tetap

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 17

    "Halo... Pak... Saya bukan Silvi, ini siapa ya? Boleh jelasin dulu kenapa bapak cari Silvi?" tanya Rena berusaha menekan emosinya."MANA SILVI? SURUH DIA BAYAR HUTANG! MAU CUMA DAPET DUIT AJA, BAYAR GAK SANGGUP. KALAU GAK SANGGUP BAYAR JANGAN PINJEM!""Pak... Maaf ya, anda bisa kan bicara santai saja. Silvi siapa yang anda cari?""SILVIA ANDARINA LAH! SIAPA LAGI? BUDEG YA LO?!""Apa-apaan pria ini? Kurang ajar sekali!" maki Rena dalam hati.Rena yang diam sebentar itu menatap Mitha dan Rendy berjalan santai melewati dirinya."Kamu kenapaaa?" tanya Mitha dengan suara pelan."Gak apa, lanjut aja lanjut..." jawab Rena yang tak kalah pelan."Beneran kamu gak apa?" tanya Rendy.Terlihat sekali pria itu mengkhawatirkan Rena."Gak apa, lanjut aja kalian kalau mau pergi," jawab Rena lagi."Pak, Silvia Andarina sedang tidak ada di kantor. Sebaiknya anda langsung menghubungi ponsel Silvi saja, yang anda hubungi sekar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status