Share

Usapan Pertama

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-08 01:00:51

"Berhenti kerja!" tegas Andi membuat Maya langsung tersenyum kecut lalu menyandarkan punggungnya ke sisi sofa kenapa Andi selalu membuatnya kesal.

"Mau kamu apa sih Mas? Kalo kamu ingin aku pergi bilang aja gak perlu dengan cara seperti ini semuanya salah, apa-apa salah." terang Maya.

Andi langsung memijit pelipisnya melihat Maya yang begitu keras kepala.

"Kamu kerja buat a-" belum sempat Andi menyelesaikan ucapannya Maya langsung memotongnya.

"Buat biaya persalinan anakku jangan kira karena aku sebatang kara.

Aku selalu bergantung samamu Mas, tidak! Kamu salah kamu memberiku uang setiap bulannya itu aku gunain untuk keperluan rumah dan dapur selebihnya aku taro di laci kamu.

Aku nggak pernah foya-foya uang kamu Mas walau gini-gini aku sadar aku miskin cukup kamu kasih makan aku udah bersyukur.

Selebihnya aku gak minta apa-apa aku gak pernah gunain uang kamu buat beli baju gak pernah. 

Baju gamis ibu hamil ini di kasih Wini Mas bukan aku yang beli.

Jadi tolonglah Mas jangan melarang-larangku lagi, aku juga pengen punya uang dari hasil keringatku sendiri.

Cukup sudah selama ini aku ngerepotin kamu sekaligus juga buat aku latihan jika aku sudah nggak di rumah ini lagi." lanjut Maya panjang lebar.

Andi yang mendengar itu malah campur aduk antara ingin marah dan kasihan.

Pasalnya ia tidak pernah tahu jika Maya menaruh uang lebihnya di laci.

"Kamu gak akan kemana-mana May jangan buat aku marah." bantah Andi.

Maya berusaha bangkit dari duduknya lalu mensejajarkan tubuhnya dengan Andi.

"Mau sampai kapan aku seperti ini Mas? Mau sampai kapan kamu umpetin aku disini? Mau sampai kapan aku berharap padamu? 

Mau sampai kapan aku di anggap sampah? Sampai kapan Mas? Apa sampai ajal menjemputku baru kamu puas?" cecar Maya.

Andi langsung menghela nafas panjang Maya selalu memberinya pertanyaan sulit.

"Bisa gak May ka-"

"Mau sampai kapan kamu terus berhubungan dengan perempuan kemaren secara diam-diam? 

Apa kamu tidak ada rencana untuk mengesahkan hubungan kalian secara hukum dan agama?" Maya terus mencecar Andi tanpa memberi jeda sedikitpun. 

Andi yang mendengar Nora di seret-seret seketika emosinya naik.

"May!" kini suara Andi mulai meninggi.

Ia bingung harus menjawab yang mana, karena semuanya sulit baginya. 

Maya tersentak mendengar bentakan itu pasalnya ini kali pertamanya ia di bentak suaminya itu.

Andi yang sadar ia membentak Maya langsung berusaha meraih tangan istrinya tersebut tapi langsung di tepis kasar oleh Maya.

"Udahlah Mas bersikap biasa aja tidak perlu repot-repot mengasihaniku.

Sekarang kamu ke kamar cek laci di situ semuanya yang sisa belanjaan aku taro di situ permisi." lanjut Maya lalu ia meninggalkan Andi di ruang tengah. 

Ia juga ingin menenangkan dirinya di kamar malas sekali berdebat dengan orang kaya yang selalu ngatur-ngatur kehidupannya.

Argh!

Andi menarik rambutnya frustasi ia tidak tau harus bagaimana menghadapi Maya.

Wanita itu menjadi sangat keras kepala dan tidak mau lagi menurutinya. 

Detik kemudian Andi bangkit lalu berjalan ke kamar ia membuka laci yang dimaksud Maya tadi.

Alangkah kagetnya ia melihat uang di dalamnya mulai dari pecahan logam hingga kertas.

Andi terduduk di depan laci tersebut dengan pandangan yang terus memperhatikan uang tersebut.

Dari dulu Andi memang selalu memberikan uang pada Maya.

Tapi tidak sekalipun terlontar dari mulutnya untuk menyuruh Maya belanja kebutuhan pribadinya ia hanya mengatakan untuk keperluan rumah.

Tersadar dari lamunannya Andi langsung bergegas menuju gudang. 

Belum sempat ia mengetuk pintu terlihat pintu gudang belum di kunci.

Andi langsung mendekat dan melihat Maya dari sela pintu.

"Hari ini Bunda di gaji 120ribu, kita sisain 20ribunya untuk ongkos kita besok dan 100ribunya kita tabung buat biaya lahiran anak Bunda ini.

Walaupun capek tapi puas ya Nak akhirnya kita bisa nabung." ucap Maya pada bayi dalam kandungannya.

Ia memang selalu berbicara sendiri dengan bayinya sudah menjadi rutinitas bagi Maya.

Tanpa sadar dari balik pintu ada yang tersenyum melihat keakraban ibu dan anak tersebut.

Tapi perasaan Andi sesak saat melihat perjuangan Maya mengumpulkan uang.

Sekuat tenaga ia mengumpulkan keberanian lalu masuk begitu saja.

Maya yang kaget melihat Andi langsung berusaha berdiri sambil memegangi pinggangnya.

"May aku minta tolong berhenti kerja aku akan tanggung semuanya.

Kamu nggak perlu mikirin itu semua." ucap Andi dengan nada lembut.

"Itu artinya aku akan tetap tinggal disini setelah melahirkan karena ada hutang uang lagi." sanggah Maya membuat Andi kaget.

"Maya." 

"Mas aku pengen bebas, aku juga pengen bahagia. 

Aku tidak perlu harus banyak uang tapi setidaknya aku bisa menikmati hidupku yang singkat ini." lirih Maya dengan mata yang mulai berembun membuat Andi tidak sanggup melihat wajah itu.

 Kenapa Maya selalu menangis dari kemaren Andi tidak kuat melihat wanita itu menangis terlalu banyak kesedihan yang ia berikan.

"Oke kalo gitu kerjalah di kantorku." tawar Andi memilih jalan tengah.

"Mas tahu 'kan aku bukan orang berpendidikan dan sudah pasti aku tidak layak kerja disana." sanggah Maya.

Terdengar Andi mendengus kesal kenapa Maya selalu menolak semua keinginannya.

"Aku tidak mau tahu May kalo kamu ingin kerja kerjalah di kantorku." tegas Andi membuat Maya langsung menghela nafas panjang.

"Apa kamu akan menunjukkan kemesraan kalian secara langsung di hadapanku Mas?" tanya Maya lagi membuat Andi kaget.

"Maya please aku malas berdebat terus gak bakal ada ujungnya." lanjut Andi.

"Akan berujung jika kamu melepaskanku." gumam Maya pelan tapi terdengar jelas oleh Andi.

Andi tidak ingin memperpanjang perdebatan memilih pura-pura tidak mendengarkan apa yang Maya katakan.

"Besok kamu kerja di kantor aku tunggu." tegas Andi tidak ingin memperpanjang masalah.

"Mas;kamu mikir gak sih aku aja gak punya baju bagus untuk ke kantor dan sekarang kamu menyuruhku ke kantor untuk bekerja aku tahu aku di sana bakal jadi OB, tapi-"

"Itu urusanku May besok kamu siap-siap aku akan mengatur semuanya." potong Andi membuat Maya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu.

"Istirahat dan jangan mikirin yang macem-macem." tegas Andi lalu ia berbalik ingin keluar.

Belum sempat Andi keluar ia mendengar Maya meringis kesakitan membuatnya kembali berbalik.

"Akh." ringis Maya sambil mengusap-usap perutnya yang terasa kram.

Andi yang melihat itu buru-buru mendekati Maya.

"Kamu kenapa?" tanya Andi panik melihat Maya hampir luruh ke pantai.

"Sa--kit." lirih Maya sepelan mungkin.

Andi tiba-tiba panik melihat Maya karena dari awal ia memang tidak mau tahu.

"Ka--kamu mau gimana? Ki--ta ke rumah sakit? Kamu mau lahiran?" cecar Andi membuat Maya mendongak lalu menggeleng.

"Nggak usah ini cuma kram nanti juga baikan, Mas istirahat aja." jawab Maya membuat Andi kesal.

Tanpa membuang waktu ia langsung membopong Maya membuat sang empu kaget bukan main pasalnya ini adalah kali pertamanya ia di gendong.

"Mas kamu mau ngapain?" tanya Maya yang masih berusaha menahan sakit di perutnya.

Tiba-tiba Andi merebahkannya di ranjang kecil itu kemudian duduk di dekat perut Maya lalu mengusap-usapnya lembut.

Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Ending

    "Bagaimana dengan Devan?"pertanyaan Andi sukses membuat Maya terdiam lalu kembali menunduk, air matanya kembali menggenang membuat Andi kaget."Hey ... kok malah nangis sayang, kenapa?" tanya Andi lagi sambil tangannya meraih wajah Maya.Maya menepis tangan Andi lalu berhambur kepelukan suaminya itu.Andi paham dengan posisi Maya, mungkin saja istrinya ini masih diambang kebimbangan dengan keputusannya.Andi mengusap punggung Maya lembut sambil menciumi puncak kepala wanita itu."Mas," lirih Maya."Iya sayang mau apa, hem?" "Bantu Kak Devan ketemu Wini please." pintanya membuat Andi diam sejenak."Kak Devan cinta banget sama Wini Mas, aku jahat.Aku udah buat Wini pergi, aku tuduh Wini yang bukan-bukan, hiks." Maya kembali terisak, Andi hanya tersenyum sambil tangannya mengusap air mata Maya."Ada syaratnya," tantang Andi."Apa itu?""Kamu nggak boleh nangis lagi, kalo kamu nangis-nangis terus kayak gini, aku nggak mau bantu." tegas Andi membuat Maya langsung mengangguk."Hu'um aku

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Jujur

    Devan benar-benar putus asa setelah melihat pesawat yang di tumpangi Wini lepas landas.Hatinya terasa perih dan ngilu, andai ia bisa mengulang waktu ingin rasanya ia memahami perempuan itu terlebih dahulu.***Tiga hari kemudian, Andi sedang di rumah orang tuanya, di ruang tamu mereka ngobrol terkait Andi dan Maya. Andi hanya diam mendengarkan omongan kedua orangtuanya."Assalamualaikum." panggil seseorang dari pintu membuat semuanya langsung menoleh, jantung Andi terasa berdetak lebih kencang melihat wanita itu.'Apakah pagi ini bener-bener fix semuanya berakhir, intinya apapun itu aku harus terima dengan lapang dada.' ucap Andi dalam hati."Sini Nak, kita ngobrol secara kekeluargaan dulu." ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Maya."Gimana May, disini Ayah dan Mama hanya mengikuti kemauan kalian. Rencana ini sudah lama dan banyak sekali pertimbangan." ucap Ayah memulai percakapan, Andi langsung tercekat."Em ... Maaf Ayah, Mama untuk keputusan aku serahkan ke Maya sepenuhnya, jadi

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Aku Pergi

    "Sebentar aku periksa dulu." ucap Devan.Maya langsung menjauh sedikit lalu Devan memeriksa Hana, bibir Maya terus berdoa begitu juga dengan Wini dan Andi."Alhamdulillah, Hana nggak kenapa-kenapa kok ini efek obat, Hana lagi istirahat aja kasih ketenangan dulu ya." terang Devan lalu mengusap kepala Hana.Maya kembali mendekap Hana lalu tangisnya kembali pecah, andai boleh mengubah keadaan Maya ingin sekali menggantikan posisi Hana."Hana ... jangan tinggalin Bunda, Nak. Hana satu-satunya kebahagiaan Bunda, kasian sama Bunda sayang, Bunda mohon banget sama Hana." irih Maya bahkan matanya mulai terasa perih dan kepalanya sakit karena terlalu lama menangis.Air mata Andi ikut berjatuhan melihat pemandangan menyakitkan itu di hadapannya.Wini tidak kuat melihat itu, ia langsung memilih keluar dan berlari ke taman belakang rumah sakit sambil menutup mulutnya menahan tangis.'Ya Allah aku mohon banget beri Hana kesembuhan, bayi itu hadir menjadi kebahagiaan buat semuanya menjadi pemersatu

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Hana Masuk Rumah Sakit

    "Kamu masih sayang sama Andi?" tanya Devan, membuat Maya mendongak lalu menggeleng pelan.“Aku nggak tau kak, tapi aku nggak bisa ngebayangin jika Mas Andi beneran ninggalin Hana." lirih Maya, Devan tersenyum sekilas lalu menuntun maya untuk duduk.“Kamu ingat May, kamu selalu bilang Hana adalah kekuatan dan kebahagiaan kamu dan kebahagiaan Hana sekarang adalah Ayahnya.Kamu gak tega memisahkan Hana dengan kebahagiaannya dan yang aku lihat itu adalah kebahagiaan kamu juga.” ucap Devan Panjang lebar membuat Maya menunduk melihat Hana yang di balut jas Andi.“Tanyakan hati kecil kamu May, jangan hanya emosi sesaat kamu malah salah ambil langkah.Kamu malah ngorbanin Hana dan masalah aku nggak perlu khawatir, I am okey.Kamu tahu nggak alasanku selama ini selalu mengunjungimu hampir setiap hari?” tanya Devan, lagi-lagi maya hanya menggeleng.“Awalnya jujur aku suka sama kamu, tapi semakin hari apalagi melihat perjuangan Andi untuk menemui Hana itu sangat tulus.Aku langsung sadar ternyat

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Kamu masih sayang?

    “Nggak May ... Aku memang lagi ada tugas di luar kota, nanti begitu semuanya selesai aku segera kembali kok, aku akan datang jenguk Hana lagi." jawab Andi berusaha santai agar Maya tidak semakin curiga.“Bohong kan Mas, ada yang kamu sembunyikan dari aku dan Kak Devan.Kamu selama ini tetap kontakan sama Wini?” tanya Maya membuat Andi kaget, tapi sebisa mungkin Andi berusaha tetap tenang, sedangkan Devan langsung melihat Maya.‘Wini, Andi kontakan sama wini?’ ucap Devan dalam hati, sudah hampir tiga bulan ia tidak mendengar gadis lucu imut itu. Andi menggeleng sekilas lalu ia fokus melihat Hana, Maya yang melihat itu hanya tersenyum mengejek sambil menggeleng tidak habis pikir dengan Andi.“Mas ingin melihatku bahagia dengan Kak Devan, Mas tidak ingin melihatku menangis lagi, Mas ingin semuanya baik-baik saja.Namun itu semua cuma di mulut nyatanya Mas cemburu melihatku dengan Kak Devan, Mas nggak sanggup melihatku semakin hari semakin dekat dengan Kak Devan begini bukan yang Mas bil

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Menyerah

    Saat Andi hampir saja tertidur, Hana mulai serba salah dan merengek membuat Andi kembali membuka matanya.Ia melihat Maya sudah pulas sambil menggenggam erat tangannya.Perlahan ia melepaskan tangan Maya lalu ia beralih menggendong Hana karena jika tidak Hana pasti akan mengamuk seperti biasanya."Udah mainnya sayang, udah ngantuk?" ucap Andi mulai menimang-nimang Hana.Tapi bayi itu tidak langsung tidur melainkan serba salah seperti biasa mencari posisi ternyaman.Maya terjaga dari tidurnya mendengar suara Hana, ia melihat Andi sedang berusaha menenangkan putrinya."Mas." panggil Maya membuat Andi menoleh."Sini Hana biar aku susuin dulu." ucap Maya.Andi hanya mengangguk lalu merebahkan Hana di samping Maya, saat Maya hendak membuka kancing baju atasannya, tiba-tiba ia teringat ada Andi.Maya menoleh ke arah Andi membuat sang empu paham maksud Maya."Aku di ruang tengah aja." ucap Andi karena tahu pasti Maya malu menyusui Hana di depannya.Setelah Andi keluar, Maya langsung memberi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status