Share

Permulaan

Author: Zenkodok
last update Last Updated: 2021-10-04 06:56:02

Permulaan

Tiga bulan kemudian…

Clara membuka pintu rumah itu, mempersilahkan seorang gadis yang ia tidak sengaja temukan di jalanan pada malam dimana butiran salju turun. “Masuklah.”

Gadis itu mengamati seluruh penjuru ruangan itu. Terlihat sangat sederhana. Perabotannya pun tidak terlalu banyak. Seperti baru saja pindah. Cahaya pagi menelusup di balik tirai jendela. Ia kemudian menatap Clara dengan bingung.

“Mulai sekarang ini adalah rumahmu. Kau akan tinggal bersamaku di sini.”

Namun detik berikutnya Clara tersadar saat menyadari dahi gadis itu mengernyit. Ia segera meralat ucapannya. Tangannya merapikan beberapa helai rambut yang menjuntai, menutupi wajah gadis itu. Menyelipkannya di telinga.

“Maksudku, ini adalah rumah baru kita. Mommy baru saja menyewa tempat ini karena suasana di sini jauh lebih nyaman dari pada tempat lama kita Milly.”

Lagi, sorot mata gadis itu mengitari. Menjelajah seluruh isi rumah itu dengan seksama.

Sedangkan Clara kembali berbicara,

“Dan Mommy baru bisa memindahkan beberapa barang saja dari tempat lama kita.”

Gadis itu kemudian terkejut ketika Clara tiba-tiba menariknya, membawanya ke hadapan cermin. Clara mengumbar senyum hangat padanya. Kemudian mengeluarkan ponsel. Menggeser sesuatu dan memamerkan sebuah foto padanya.

“Lihatlah. Ini adalah foto kita sewaktu berada di rumah yang lama.”

Pelan, gadis itu mengambil ponsel Clara. Menatapnya lama, lalu memandang pantulan dirinya. Raut wajahnya berubah sedih.

“Apa yang terjadi padaku Mom?”

Pertanyaan itu langsung direspon Clara dengan pelukan hangat. Gadis itu walau ragu, membalas pelukan Clara. Tersenyum tipis.

“Kau mengalami kecelakaan dan aku tidak ingin kau mencoba mengingatnya. Tidak apa kau menyingkirkan kenangan buruk itu dari kepalamu.”

“Kau hanya perlu mengenang segala hal indah dalam kepalamu mulai sekarang.” Kemudian pelukan Clara terurai. Lekat ditatapnya bola mata hijau gadis itu.

“Kau adalah Milly Kincaid, putri yang sangat kusayangi. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu.”

Tubuh gadis itu kembali terdorong, terbenam dalam dekapan Clara lagi.

“Milly?” gumam gadis itu.

“Ya. Kau mungkin lupa identitasmu setelah kecelakaan itu. Tapi aku akan membantumu. Perlahan-lahan kau akan ingat masa-masa menyenangkan bersama yang pernah kita lewati sayang.” Rengkuhan Clara makin erat dan bibirnya turut memberikan kecupan singkat di kening gadis itu.

Maafkan dirinya yang bertindak egois. Perasaan tidak rela melepas kematian putrinya membuat ia melakukan semua ini. Kepada gadis yang terbangun dan seketika melupakan memori di kepalanya, Clara memanfaatkan-mengubah seluruh hal tentang gadis itu.

Walau ia tahu siapa gadis itu sebenarnya.

Pikiran itu terlintas begitu saja di benaknya. Hingga wajah gadis itu sekarang telah dipermaknya serupa dengan putrinya yang bernama Milly Kincaid, tapi telah meninggal beberapa bulan lalu akibat diperkosa dan ditinggalkan begitu saja dalam keadaan tak bernyawa.

Tidak akan ada yang mengenal gadis ini lagi.

Sebab mulai detik ini, gadis ini akan hidup sebagai putrinya.

Dan Clara bersumpah tidak akan membiarkan hal buruk itu dialami oleh putrinya lagi. Milly-nya.

***

“Kau sudah menemukannya?” tanya Fernandez Miller, salah satu karib Axton yang telah lama berteman sejak duduk di bangku junior high school. Lelaki itu duduk di sebelah sofa Axton sementara suara musik menghentak di sekeliling mereka.

Kerlap-kerlip lampu warna-warni menyala, membuat suasana malam itu semakin heboh. Beberapa para pasangan berdansa dengan vulgar di dansa floor. Memeluk dan berciuman dengan panas.

“Tidak…” balas Axton menuangkan botol berisi alkohol ke gelas. Menenggaknya kemudian. “Thomas sudah mencarinya.”

“Kurasa… kau harus melupakannya Axton,” ujar Fernandez ikut menenggak minuman yang dituangkan Axton ke gelasnya.

“Aku yakin ia masih hidup Andez.”

Kemudian Axton melirik ponselnya yang menampilkan wallpaper kemesraan dirinya dengan Evelyn. Di foto itu mereka terlihat bahagia dengan saling merangkul mesra dan gambar itu angelnya diambil dari atas kepala. Tentu saja Axton yang memegang kameranya.

“Entah dimana ia…” lirih Axton. Wajah temannya itu tampak kacau.

Fernandez menyandarkan punggung ke sofa. Ekor matanya melirik Axton. Temannya itu sekarang tengah mengusap wajahnya, mengerang.

“Aku berniat melamarnya malam itu di hari ulang tahunku.”

“Kau sudah menyiapkan segalanya dengan baik hm?”

Axton menggeleng akibat rasa pening mendera kepalanya. Ia kemudian menyandarkan kepala di sandaran sofa. Matanya menerawang hampa.

“Ya. Dan seharusnya hari ini ia bersamaku di atas ranjang.”

“Jika isi otakmu hanya tentang ranjang, maka kau bisa menghabiskan waktumu dengan gadis pirang itu.”

“Apa maksudmu?”

“Ia sangat tergila-gila padamu. Kau bisa menuntaskan fantasimu tentang Eve dengannya.” Fernandez melirik ke arah Chloe yang berjalan dengan gaun seksinya-mengekspos belahan dada juga paha mulusnya. Mengoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri, menghampiri Axton.

Gadis itu adalah teman senior high school mereka dan begitu terobsesi dengan Axton. Tapi pupus ketika Axton memacari Evelyn. Namun usai mengetahui kabar duka tentang Evelyn beberapa hari lalu, gadis itu kembali berusaha mendapatkan Axton kembali. Ia berharap bisa menggantikan posisi Evelyn di hati Axton.

“Hei Axton,” sapa gadis itu. Tangannya terjulur pada sisi kepala Axton di sandaran sofa, mengurungnya.

Mata Axton menggelap memandangi gadis pirang itu.

“Sepertinya kau sedang mengalami hari yang buruk hm.”

Fernandez menghela nafas melihat Chloe mulai menggoda Axton dengan jemari lentiknya. Bermain di sekitar pipi Axton. “Aku bisa menemanimu malam ini…”

“Dan kau…” Chloe menatap Fernandez dengan senyuman miring. “Bisa kau meninggalkan kami berdua?”

“Sayangnya aku tidak bisa.” Fernandez menolak mentah-mentah pengusiran Chloe. Ia kembali asik menuang minumannya.

Sementara Chloe berdesis dan pada detik yang sama Axton menarik kepala gadis itu, menciumnya dengan panas.

Fernandez yang melihat itu hanya tersenyum sinis. Tegukan demi tegukan cairan alkohol itu menjalar di kerongkongannya.

Satu hal yang Axton tidak ketahui bahwa dirinya yang menjadi dalang dari kecelakaan kekasihnya. Evelyn Blossom.

Dan Fernandez bersumpah akan menemukan gadis itu lebih dulu daripada Axton. Lalu menghabisinya. Jika perlu mengirimkan jasadnya setelahnya kepada Axton agar lelaki itu bisa merasakan sedih juga sehancur apa kehilangan orang yang memiliki andil penting dalam hidupnya

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kupu-kupu Kertas   Berhenti berharap

    Gila kamu, Indira!” protes Ava begitu Pak De tak terlihat lagi.Indira hanya menunduk dengan wajah merah padam, menahan malu dan jengah yang menerpa begitu birahinya mereda. Ava sadar, dirinyapun ikut bersalah dalam hal ini, terbawa suasana hingga terlarut dalam persetubuhan yang beresiko itu, tapi tetap saja…“Kalau ketahuan Pak De gimana?! kalau kamu hamil?”“Aku suruh pacarku tanggung jawab,” sahut Indira, lalu memalingkan muka.Angin berhembus masuk ke dalam studio, menghembuskan suatu perasaan yang aneh di dada Ava. Seharusnya ia merasa lega, namun perkataan Indira yang terakhir itu seperti seserpih perih yang menari pelan di permukaan hatinya.“Ava, maaf… nggak seharusnya aku ngelakuin ini sama kamu… dan… umm…” Indira terdiam, seperti hendak tak jadi melanjutkan kata-katanya.“Terus apa?”“Yang tad

  • Kupu-kupu Kertas   On The Night Like This

    Apa istimewanya seorang mas-mas brewokan bernama Mustava Ibrahim? batin Indira berusaha memungkiri. Dewa dan mantan-mantannya yang lain jauh lebih tampan daripada pemuda itu!7 hari sudah berlalu, tapi Indira terus mencoba memahami teka-teki di hatinya sendiri, pun demikian hati wanita memang sulit dimengerti. Tidak hanya bagi laki-laki, tapi juga si wanita itu sendiri. Kehadiran Ava dalam hidupnya benar-benar mengubah tone hidup-nya menjadi lebih berwarna. Berwarna seperti pelangi! Berwarna seperti lukisan! Marah, sedih, benci, bahagia, bercampur seperti palet-palet warna cat minyak yang dibaurkan ke dalam sanubarinya!Indira tertawa mengingat bagaimana ia pertama berjumpa Ava di air terjun, betapa tengik dan menyebalkannya anak itu! Huh! Tapi juga… remaja itu tersipu sendiri hingga pipinya perlahan bersemu.Dalam keheningan malam, Benak Indira kembali mengenang. Bagaimana saat Ava membelanya di Pub minggu lalu. Bagaimana saat Ava menampung isak tangisny

  • Kupu-kupu Kertas   Samsara

    Taksi yang ditumpangi Ava dan Indira melaju di sepanjang Jl. By Pass, jalan besar yang sekilas mengingatkan Ava pada Ringroad di Jogja. Cahaya lampu jalan yang berwarna jingga berpendar di wajah Indira yang duduk di sampingnya.“Ava,” Indira memecah kebisuan.“Ya?”Gadis itu memandangi pipi Ava yang membiru terkena bogem. “Aku beneran nggak nyangka semuanya jadi kaya gini.”Ava tak langsung menjawab.“Yang tadi pagi juga…” Indira menyebut peristiwa di air terjun tadi pagi, di mana ia telah mengata-ngatai Ava sebagai teroris.Bisu menyelinap lagi di antara jarak yang memisahkan tempat duduk mereka. Ava menarik nafas panjang. “Kenapa sih, kamu?” tanya Ava.“Nggak tahu,” jawab Indira pelan. Sungguh, dirinya sendiri pun tidak tahu kenapa ia bisa membenci pemuda itu.Ava mendengus, nafasnya mengembun pada kaca mobil yang dingin. “Pasti gara-gara nam

  • Kupu-kupu Kertas   Streets without signs

    Senja datang menjelang di Kuta yang semakin temaram. Matahari sudah menyembunyikan diri di balik horizon, menyisakan gradasi berwarna biru keunguan yang menyemburat dari balik kaki langit. Jalanan yang tadinya terik segera digantikan dengan riuh rendah dunia malam yang memenuhi setiap sudut jalan. Arus lalu lintas semakin padat merayap, dan trotoar mulai dipenuhi wisatawan asing yang baru pulang berselancar atau hendak keluar mengisi perut.Jalan Legian. Jika kalian kebetulan melancong ke Bali, sempatkanlah mengunjungi tempat ini. Lewat tengah malam, niscaya engkau akan mendapati klub-klub yang menyesaki kiri-dan kanan jalan seolah saling berlomba dan tak mau kalah dalam menarik perhatian setiap calon pengunjung, maka didentamkanlah musik sekeras-kerasnya dan dinyalakan lampu sorot sekilau-kilaunya. Jangan heran jika nanti engkau melihat bule-bule yang berjoget hingga trotoar di antara kemacetan yang berarak-arak.Seorang wanita dengan danda

  • Kupu-kupu Kertas   The pain caver

    Siang itu jalan menuju pantai tampak tidak sanggup lagi menampung volume kendaraan berplat luar kota yang semakin padat dari tahun ke tahun. Beberapa wisatawan asing melintas buru-buru di atas trotoar di kiri dan kanan jalan, menghindari panas matahari di balik baju-baju dan cinderamata yang dipajang bergantung-gantung pada art shop di pinggir jalan.Indira meliuk-liuk dengan skuter matic di antara kemacetan itu. Wajah blasterannya tampak berkerut-kerut melawan terik matahari. Siang itu benar-benar panas, angin yang berhembus juga angin yang benar-benar gersang, mengibarkan dress putih sepaha dan cardigans hitam yang dikenakannya untuk melawan terik.Indira melengguh kesal. Ia benar-benar kesal hari ini. Kesal kepada kemacetan ini, kesal kepada ayahnya, kesal pada Dewa, pacarnya yang tidak bisa dihubungi, kesal kepada semua! Terlebih lebih kepada mas-mas brewokan yang bernama Mustava Ibrahim itu.Sungguh, udara yang panas itu membuat kemarahan di dada Indira men

  • Kupu-kupu Kertas   Menyewa braya

    Hanyalah sesosok pohon beringin yang berdiri angkuh bak raksasa hijau di sekian sisa aroma kematian. Daunnya demikian merimbun, bertumpuk-tumpuk menghalangi jatuh cahaya ke puluhan orang yang berlalu di bawahnya. Ava berjalan dengan takut-takut, menghindari akar gantung yang menjuntai ke sampai tanah. Pohon Beringin itu nampak benar-benar wingit, apalagi dengan kain kotak-kotak hitam-putih yang dilingkarkan di sekelilingnya.Pagi itu hari Minggu, Galeri Pakde tentu tidak buka di hari Minggu. Maka Ava dan Kadek menyanggupi untuk menggantikan Pak De kerja bakti membersihkan areal Pura Dalem, yakni tempat peribadatan yang terletak di sekitar pekuburan untuk pemujaan alam kosmis demi menetralisir kekuatan positif dan negatif.Pekuburan itu nyaris tanpa nisan, karena prosesi pemakaman di tempat ini mengharuskan jenazah si Mati di lebur dalam api –pralina [SUP](1)[/SUP] -dilebur oleh Sang Siwa, sehingga menyisakan bade [SUP](2)[/SUP] -sarkofagus w

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status